jpnn.com, JAKARTA - Alasan pemerintah bahwa pelemahan rupiah lebih dipicu masalah ekternal dimentahkan Anggota Komisi XI DPR Heri Gunawan. Dia dengan terpaksa menyatakan ambruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) justru karena fundamental ekonomi kita yang tidak kuat.
Dikatakan Heri, ada sederet faktor eksternal yang pernah dijadikan kambing hitam oleh pemerintahan Joko Widodo sebagai penyebab melemahnya rupiah. Dan itu selalu berubah ubah.
BACA JUGA: USD Kian Perkasa, Polri Makin Waspada
Ketika rupiah melemah dari 12.000 ke 13.000 per dollar AS, dibilang karena the fed. Begitu dari 13.000 ke 13.500, karena geopolitik.
Saat rupiah 13.500 ke 14.000 lantaran perang dagang China - AS. Kemudian begitu melemah dari 14.000 ke 14.500, karena Turki. Terakhir adalah pelemahan dari 14.500 ke 15.000 karena Argentina.
BACA JUGA: Bamsoet Minta Otoritas Moneter Buru Spekulan Dolar
Heri pun tidak membantah bahwa Indonesia sebagai emerging market pasti kena imbas situasi global, tapi tidak separah ini.
"Kembali lagi kepada fundamental ekonomi kita, kalau kuat, rasanya hal ini tidak perlu kita khawatirkan seperti ini. Tetapi sayangnya fundamental kita ini belum kuat dan ini terkesan mohon maaf, sering ditutup-tutupi," kata Heri saat diskusi bertajuk 'Pelemahan Rupiah: Dampak dan Solusinya” di Pressroom DPR, Kamis (6/9).
BACA JUGA: Rupiah Anjlok, Suzuki Pertahankan Harga
Politikus Gerinda ini pun menyodorkan alasan menyatakan demikian. Contohnya ketika Presiden Jokowi menyampaikan nota keuangan 2019, dikatakan terjadi defisit sampai 3 persen.
Apa yang terjadi? Nota Keuangan yang disampaikan dengan nilai anggaran sekitar Rp 2.400 triliun, bukannya membuat mata uang rupiah membaik malah terus menurun.
"Nampaknya ada sesuatu yang patut dibuka dan diketahui bersama bahwa faktor fundamental kita memang kurang baik," sebut politikus asal Jawa Barat ini.
Contoh lain seperti defisit transaksi berjalan, defisit anggaran, kemudian BI mengoreksi suku bunga 125 basis point, hingga melakukan intervensi pasar.
Tetapi langkah BI lagi-lagi tidak mengangkat rupiah sekalipun sampai membeli bon Rp 80 triliun untuk menurunkan ten-yer kita yang sampai 8% lebih.
"Mungkin ada korelasinya antara politik dan moneter. Ini adalah sebuah kepercayaan. Apa yang disampaikan oleh pemerintah ternyata sentimen yang diambil oleh pasar itu tidak terlalu baik. Kenapa bisa seperti ini? Nah ini tentunya yang menjadi pertanyaan kita," tutur Heri.(fat/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oso Sedih, Pelemahan Rupiah Dijadikan Alat Politik Oposisi
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam