jpnn.com - JAKARTA - Masyarakat di kota-kota besar di Indonesia semakin tak bisa dipisahkan dari perangkat ponsel pintar serta aplikasi digital yang dipasang di dalamnya. Sungguh, perkembangan Industri information and Communication Technology (ICT) yang demikian pesat telah mengubah gaya hidup para penggunanya.
Managing Director GfK Indonesia Guntur Sanjoyo mengatakan, agar dapat mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif lewat penggunaan media berteknologi tinggi, GfK meluncurkan Crossmedia Link Produk di Indonesia market, pertama di Asia Pasifik.
BACA JUGA: Nih... 26 PO dan 56 Bus Paling Bandel
"Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, Internet, pendapatan iklan dan e-commerce," kata Guntur Sanjoyo dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/9).
Disebutkan, sekitar 61 persen warga di kota Jakarta, Bodetabek, Bandung, Semarang, dan Surabaya, memiliki ponsel pintar. Rata-rata pemakaian ponsel pintar selama 5,5 jam per hari dan puncaknya terjadi pada malam hari. Ini belum termasuk saat mereka melihat televisi yang menghabiskan 4 jam per hari, dan mendengarkan radio sekitar 60 menit.
BACA JUGA: Kata Rieke, Di Tanjung Priok Juga Ada Buruh Tiongkok
Menurut Guntur, kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi sejumlah perusahaan khususnya di bidang fast moving consumer good (FMCG), ICT dan elektronik untuk memantau perilaku konsumen.
“Kondisi sekarang berbeda dengan 10-15 tahun lalu, terutama untuk mengetahui perilaku konsumen,” ujar Guntur.
BACA JUGA: Mentan Bilang, Lebih Kuat dibanding 1998
Dikatakan, media di masa lalu dengan mudah didefinisikan melalui perangkat yang mereka tampilkan . Program televisi hanya muncul di media TV, sedangkan berita dan artikel di majalah hanya muncul dalam bentuk media cetak. Namun, sekarang seiring dengan perkembangan internet dan "conected device' kini program TV dan majalah juga bisa dilihat melalui laptop , tablet dan mobile phones.
Karena itu, kata Guntur dengan pertumbuhan konektivitas internet yang tinggi terutama di kelas menengah di Indonesia telah menciptakan kebutuhan yang besar akan data berkualitas tinggi untuk memahami perilaku konsumen lokal yang kompleks dalam penggunaan media. Hal ini dibutuhkan sejumlah metode dan perangkat pengukuran yang andal, efisien dan akurat secara lintas media untuk mengetahui perilaku konsumen saat ini.
Guntur mengatakan, untuk menjawab tantangan tersebut, GfK memperkenalkan Crossmedia Link yang mampu mengukur perilaku konsumsi konsumen secara efektif melalui penggunaan media berteknologi tinggi. Indonesia terpilih sebagai pasar pertama di Asia Pasifik untuk mengembangkan Crossmedia Link karena termasuk negara yang memiliki pertumbuhan pasar tercepat di seluruh dunia dari segi penetrasi dunia online, Internet, pendapatan iklan dan e-commerce. Selain Indonesia, Crossmedia Link saat ini juga tersedia di Turki, Rusia, Brazil, Jerman, Belanda, Polandia, Afrika Selatan , Inggris dan Italia.
Dijelaskan, salah satu indikasi bisa dilihat dari data APJII yang menyebutkan bahwa penetrasi internet di Indonesia masih rendah, sekitar 35% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 252,4 juta orang. Belum lagi potensi pasar smartphone yang diprediksi bisa mencapai 120 juta unit per tahun dimana saat ini baru 40 juta unit per tahun.
Ditekankan lagi bahwa diluncurkannya GfK Crossmedia Link (GXL) ini untuk menjawab perkembangan teknologi yang demikian pesat. “Dalam era digital seperti sekarang ini menjadi hal yang wajib bagi para pemilik website untuk memahami perjalanan konsumen di dunia digital. Tujuannya agar bisa menolong mereka dalam mengungguli para kompetitor,” ujarnya.
Dipaparkan, GXL ini menggunakan teknologi LeoTrace dengan single-source panel atau data satu sumber lintas media terpercaya yang secara efektif memonitor perilaku konsumen lewat berbagai layar termasuk desktop, smartphones dan tablets.
Caranya dengan membenamkan sebuah software milik Gfk ke dalam berbagai perangkat setiap panel (smartphones, tablet, desktop dan laptop).
“Saat ini telah dilakukan uji coba dimana ada sebuah panel berisi 6.000 orang melintasi lima kota-kota utama di Indonesia tengah dibangun dan secara otomatis memonitor penggunaan dan perilaku mereka lewat perangkat-perangkat ini. Selain itu, penggunaan TV dan media cetak juga diukur secara periodik,” ujar William S Kusuma, GXL Indonesia Commercial Lead, Consumer Choices, GfK Indonesia.
William mengatakan, dengan kemampuan GXL yang bisa diandalkan ini akan mendukung pengukuran dan perencanaan strategi media untuk perusahaan-perusahaan global ataupun lokal. Para merk dan pengiklan bisa memasang target, memonitor dan mengevaluasi kampanye iklan mereka dengan lebih baik lagi, menggunakan cara profiling yang lebih jitu dan tepat sasaran serta mampu mengevaluasi keefektifan kampanye lewat berbagai media yang berbeda.
Dijelaskan bahwa di Indonesia, Croosmedia Link dilakukan berdasarkan pada monitor digital secara pasif dikombinasikan dengan diary inputs untuk TV, radio dan media cetak. “Set data kami yang unik memungkinkan para klien untuk memahami kompleksitas perilaku media saat ini dan menciptakan hubungan diantara segmentasi data yang dimiliki mereka hari ini,” ujar William. (rl/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ah, Lupakan saja Janji Swasembada Beras
Redaktur : Tim Redaksi