Gibran Membidik Masa Depan Digital Anak Muda dan Visi Indonesia Emas 2045

Oleh: Ahmad Ripai

Sabtu, 30 Desember 2023 – 13:49 WIB
Sekretaris Jendral Majelis Milenial Gen Z Kota Tangerang Ahmad Ripai. Foto: dok pribadi for JPNN

jpnn.com - Edukasi digital skill bagi anak muda menjadi semakin penting di era yang didominasi oleh teknologi. Ahli seperti Marc Prensky (2001), seorang pendidik yang dikenal karena konsep "digital native," menggarisbawahi bahwa generasi muda saat ini tumbuh dalam lingkungan yang sangat terhubung dengan teknologi.

Dalam artikelnya, "Digital Natives, Digital Immigrants," Prensky memperkenalkan gagasan bahwa anak muda lahir dan dibesarkan dalam dunia digital, sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan teknologi yang lebih alami.

BACA JUGA: Kepemimpinan Kontingensi Gibran Menavigasi Dinamika Tantangan Era Modern

Namun, meskipun anak muda memiliki paparan yang tinggi terhadap teknologi, masih diperlukan upaya untuk membekali mereka dengan keterampilan digital yang lebih mendalam.

Ahli-ahli lainnya, seperti Douglas Rushkoff (2010), seorang penulis dan profesor media, mengemukakan bahwa pendidikan harus fokus pada pemahaman yang lebih dalam terkait teknologi.

BACA JUGA: Nelayan Putri Hijau Bengkulu Utara Deklarasi Dukungan untuk Prabowo-Gibran

Dalam bukunya, "Program or Be Programmed: Ten Commands for a Digital Age," Rushkoff menyoroti pentingnya bukan hanya menggunakan teknologi, tetapi juga memahami cara kerjanya secara mendalam.

Edukasi digital skill untuk anak muda melibatkan berbagai aspek. Selain keterampilan teknis seperti pemrograman, desain grafis, dan analisis data, penting juga untuk mempertimbangkan literasi digital, keamanan online, dan kemampuan kritis dalam mengonsumsi informasi.

BACA JUGA: Kubu Rival Serukan Solo Bukan Gibran, Kaesang: Ya, Memang Bukan

Pendidik seperti danalisa mencatat bahwa literasi digital tidak hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat lunak atau platform, tetapi juga kemampuan untuk memahami, mengevaluasi, dan membuat keputusan yang cerdas tentang informasi yang ditemui secara online.

Tidak hanya dari segi teknis, edukasi digital skill juga harus mengakomodasi berbagai kebutuhan dan latar belakang.

Ahli-ahli seperti Sonia Livingstone dan Julian Sefton-Green (2016) dalam buku mereka, "The Class: Living and Learning in the Digital Age," menyoroti pentingnya memahami bagaimana anak muda dengan latar belakang yang berbeda mengakses dan menggunakan teknologi.

Hal ini membutuhkan pendekatan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan serta tantangan yang dihadapi oleh setiap individu.

Selain dari perspektif pendidikan formal, perusahaan dan lembaga non-pendidikan juga memiliki peran dalam membekali anak muda dengan keterampilan digital.

Ahli-ahli seperti George Siemens (2008) dalam artikelnya, "Learning and Knowing in Networks: Changing Roles for Educators and Designers," menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat dan kolaborasi antara lembaga pendidikan, perusahaan, dan organisasi untuk menyediakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berubah.

Pendapat-pendapat ini menunjukkan bahwa edukasi digital skill untuk anak muda memerlukan pendekatan yang holistik dan inklusif, meliputi keterampilan teknis, literasi digital, kemampuan kritis, dan respons terhadap beragam kebutuhan individu.

Referensi dari ahli-ahli tersebut dapat menjadi dasar untuk mengembangkan program pendidikan yang komprehensif dalam mempersiapkan generasi muda menghadapi tuntutan masa depan yang semakin terdigitalisasi.

Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden nomor urut 2, juga menyampaikan pandangannya yang terfokus pada percepatan pembangunan demi mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Salah satu poin penting yang dia tekankan adalah kelanjutan dan peningkatan kebijakan hilirisasi yang telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pendekatan hilirisasi yang diusung tidak hanya terbatas pada sektor tambang, namun juga diperluas ke sektor-sektor lain seperti pertanian, perikanan, dan terutama sektor digital.

Gibran menekankan urgensi dalam menumbuhkan talenta-talenta yang memiliki keterampilan masa depan atau yang ia sebut sebagai ‘future skill’.

Menurutnya, untuk mencapai visi Indonesia Emas, diperlukan kemampuan untuk mengubah tantangan masa depan menjadi peluang, dan untuk itu, dibutuhkan generasi muda yang dilengkapi dengan keterampilan masa depan yang diperlukan dalam era digital.

Gibran menjelaskan bahwa fokus akan diberikan pada hilirisasi digital untuk menyiapkan anak-anak muda yang memiliki keahlian dalam bidang seperti kecerdasan buatan (AI), teknologi blockchain, robotika, perbankan syariah, dan kriptocurrency.

Dengan menggenjot konsep hilirisasi ini, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi negara konsumen besar, tetapi juga negara produsen yang mampu mengolah bahan baku hingga menjadi produk jadi.

Pendekatan ini menekankan transformasi dari sekadar konsumsi menjadi produksi, yang dapat membuka peluang ekonomi yang lebih luas bagi Indonesia.

Ini juga sejalan dengan aspirasi untuk membangun generasi yang terampil dan mampu berkompetisi di era digital yang semakin kompleks.

Dengan fokus pada hilirisasi digital, Gibran memberikan penekanan kuat pada pentingnya investasi dalam pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masa depan.

Visinya untuk Indonesia Emas 2045 menjadi cermin dari tekadnya untuk menciptakan generasi yang terampil dan siap menghadapi perubahan global dalam ranah teknologi dan digitalisasi. 

Penulis Adalah Sekretaris Jendral Majelis Milenial Gen Z Kota Tangerang

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler