Gibran Rakabuming Raka, Masih Tak Terlihat Seperti Anak Seorang Presiden

Senin, 28 November 2016 – 08:28 WIB
Gibran Rakabuming Raka. Foto: Anggi Praditha/Kaltim Post

jpnn.com - ASLI, Gibran Rakabuming Raka tak terlihat seperti seperti seorang anak presiden. Ke mana-mana tanpa pengawalan ketat. Dia terlihat santai selama di Balikpapan.

Ajie Chandra, Kaltim Post

BACA JUGA: Jualan Kucing Hutan, Eh...Pembelinya Aparat yang Menyamar

KEDATANGAN putra sulung Presiden Joko Widodo ke Kota Minyak, Minggu (27/11), bukan untuk berwisata. Gibran datang dalam rangka grand opening salah satu bisnis kulinernya Markobar, yang berlokasi di area Pasar Segar, Balikpapan. 

Tampak, pria kelahiran 1 Oktober 1987 itu seperti masyarakat pada umumnya yang datang ke pusat tongkrongan di Balikpapan. Sekali lagi, tanpa pengawalan. 

BACA JUGA: Modal Awal Rp 70 Ribu, Kini Omzet Rp 1 Juta Per Hari

Dia terlihat santai dengan memakai kaus oblong berwarna hijau dan celana panjang berwarna abu-abu serta sneakers.

Dari pantauan Kaltim Post, orang yang berkunjung di ke sana seperti cuek. Bisa jadi, mereka tidak mengetahui bahwa ada anak presiden yang datang. Namun, beberapa orang yang tahu, khususnya pembeli martabak Markobar meminta berfoto bersamanya. Gibran pun tak menolak. 

BACA JUGA: Pak Tayib si Penggali Liang Lahat, Mampu Kuliahkan Anaknya

Tidak seperti artis, yang harus meminta izin kepada manajer hanya untuk berfoto. Atau dihalangi oleh keamanan yang ketat. 

Dalam kunjungan ke Balikpapan itu, Kaltim Post mendapat kesempatan mewawancarai suami dari Selvi Ananda itu secara khusus. Berikut hasil wawancaranya.

Bagaimana Anda pertama kali mengenal kuliner?

Kalau kuliner sejak kecil, namun untuk bisnis kuliner, saya mengenalnya setelah lulus kuliah di Singapura tahun 2010 lalu. Saat kuliah saya belum mengenal bisnis itu. Pikiran saya juga belum ke arah sini. Saya pun melihat bisnis kuliner ini sangat potensial.

Kapan Anda memulai belajar kuliner? 

Sejak lulus kuliah, saya kembali ke Solo dan mendalami kuliner. Langsung terjun ke lapangan melihat langsung proses bisnis kuliner. 

Dengan siapa Anda belajar kuliner?

Saya belajar autodidak. Tanpa bantuan ayah atau siapapun. Saya hanya terjun ke lapangan dan memahami bagaimana jalannya bisnis kuliner. Saya tidak memiliki latar belakang tata boga atau kuliner. Untuk itu saya terjun kelapangan untuk memahaminya. Namun, untuk urusan dapur saya percayakan kepada ahlinya.

Kenapa Anda membuka bisnis kuliner?

Saya memandang kuliner sangat mempunyai potensi besar di Indonesia. Tinggal bagaimana kita mengemasnya dengan menarik. Awalnya saya berbisnis kuliner di bidang katering. Alasannya karena bisnis ini potensi besar karena belum menjadi industri, hanya berupa usaha rumah tangga.

Apakah ini bidang studi Anda semasa kuliah?

Saya kuliah mengambil jurusan ilmu marketing di Management Development Institute of Singapore (MDIS). Tidak ada hubungannya sama sekali dengan dunia kuliner.

Apa hal yang tersulit ketika membuka usaha?

Banyak sekali tantangan ketika memulai bisnis. Kita harus paham produk kita diterima di pasar atau tidak. Tapi karena dari awal memiliki niat serius dan tekun perlahan masalah itu dapat diatasi  

Selain Markobar apakah ada usaha lainnya?

Ada, semuanya di bidang kuliner. Mulai awal katering, Markobar, susu segar, coffee shop, pasta, ceker, dan lainnya.

Bersama siapa Anda menjalankan bisnis ini?

Untuk Markobar saya menjalankan berdua sama teman. 

Sejak kapan Markobar dirintis?

Markobar ini sebenarnya sudah ada sejak 1996. Baru satu tahun ini saya bergabung.

Kenapa tertarik dengan Markobar?

Markobar ini sangat terkenal di Solo dan ramai. Namun mereka tidak melebarkan sayap. Hanya fokus di Solo saja. Melihat potensi, saya dorong Markobar membuka cabang di luar daerah. Kami saling tukar visi dan misi. Akhirnya sampai sekarang Markobar ekspansi ke daerah lain di Indonesia.

Apakah ayah Anda (Presiden Jokowi) sudah mencoba menu Markobar?

Sudah, namun hanya dua kali saja.

Mengapa memilih Balikpapan sebagai lokasi Markobar?

Sebelum penetrasi pasar, kami telah melakukan survei dan observasi. Di Balikpapan ini daya beli masyarakat tinggi. Dan kotanya terus berkembang. Dipilih area Pasar Segar, karena di daerah ini sangat ramai dan menjadi pusat keramaian di Balikpapan.

Sudah berapa cabang Markobar di Indonesia?

Sampai saat ini sudah sekitar 17 cabang. Termasuk di Balikpapan ini pertama kalinya di Kalimantan.

Bagaimana potensi usaha di Kaltim?

Untuk kuliner, saya melihatnya masih sangat cerah. Kota ini, kota berkembang. Maka, bagaimana kita mengemas kulinernnya agar dapat diterima. Contohnya Markobar penetrasi pasarnya tidak terlalu sulit. Siapa yang tidak suka martabak. Tinggal keemasannya sana harus kreatif, maka pasar dengan mudah menerima.

Bagaimana rencana Markobar di Kaltim?

Setelah melihat pasar di Balikpapan bagus, saya akan mencoba ke Samarinda dan Banjarmasin.

Anda ini masih muda, tentu punya impian. Apa itu?

Ya, ingin jadi pengusaha sukses. Bisa memberi nafkah orang banyak dan punya pegawai banyak.

Apakah karena nama besar ayah Anda atau ada campur tangan ayah, sehingga usaha Anda besar?

Tidak ada. Namun, keluarga sangat mendukung. Namun, karena sudah memiliki kesibukan masing-masing. Jadi sekarang sudah sendiri-sendiri menjalaninya.

Apakah Anda berencana mengikuti sepak terjang ayah?

Tidak ada, saya fokus untuk berbisnis kuliner saja.

Adakah tips yang bisa Anda bagi kepada pengusaha muda lainnya?

Intinya dalam menjalankan usaha jangan mudah menyerah dan takut rugi. Berani mengambil risiko, kerja keras inovatif, produk harus berbeda dengan yang lain. Kalau hanya jadi follower ‘kan percuma. (rom/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Amat Pantang Meludah di Depan Mayat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler