jpnn.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) bersiap menghadapi Korea Utara (Korut). Bulan depan mereka menguji coba dua jenis misil atau peluru kendali (rudal) untuk menangkis serangan Pyongyang.
Uji coba bakal dilakukan di wilayah Pasifik. Program pertahanan misil balistik itu memang disiapkan untuk mengatasi ancaman dari Korut dan Iran.
BACA JUGA: Korea Utara Terus Bertingkah, Jepang Siagakan Pasukan
Salah satu yang dites nanti adalah rudal standar edisi terbaru yang ditembakkan dari kapal angkatan laut (AL). Misil yang memiliki hulu ledak dan pendorong yang lebih canggih tersebut baru sekali diuji coba.
Dengan pendorong dan hulu ledak baru itu, misil tersebut mampu meluncur lebih jauh dan memiliki kesempatan lebih besar untuk mencegat dan menghancurkan misil yang diluncurkan Pyongyang. Yang ditarget adalah rudal balistik jarak menengah.
BACA JUGA: Presiden Diminta Tunjukkan Laporan Pajaknya
Sebenarnya program rudal pencegat digagas AS sejak satu dekade lalu. Namun, uji coba yang dilakukan baru separo sukses. Akhir Mei mendatang, giliran uji coba untuk mengetes pertahanan AS menghadapi misil interkontinental Korut.
Departemen Pertahanan AS menyatakan, yang dites adalah misil pencegat jarak jauh yang ditembakkan dari darat di Alaska dan California.
BACA JUGA: Korut Semakin Agresif, Tiongkok pun Resah
Saat memberikan pidato di atas kapal induk USS Ronald Reagan di Jepang, Wakil Presiden AS Mike Pence berjanji membalas habis-habisan setiap penggunaan senjata konvensional maupun nuklir oleh Korut.
’’Korut adalah negara yang paling berbahaya serta ancaman mendesak terhadap keamanan dan perdamaian di Asia-Pasifik,’’ tegas Pence, Rabu (19/4).
Sementara itu, ketegangan di Semenanjung Korea selama hampir dua pekan ini ternyata dipicu hal yang tidak nyata. Kapal induk USS Carl Vinson milik Amerika Serikat (AS) ternyata tidak menuju kawasan barat Samudra Pasifik, tetapi melintasi Selat Sunda menuju Samudra Hindia untuk berlatih perang dengan Australia.
Kapal induk itu seharusnya menuju Korut pada 8 April lalu. Saat itu Angkatan Laut (AL) AS mengaku mengerahkan kapal tersebut untuk melindungi sekutunya dari serangan Korut. Ketika itu dikatakan bahwa USS Carl Vinson tidak jadi ke Australia karena kondisi darurat dan tiba sepekan lagi.
Selang tiga hari, Menteri Pertahanan AS Jim Mattis menjelaskan bahwa kapal induk itu tengah berlayar menuju Korea Utara (Korut). Esoknya, Presiden AS Donald Trump membuat pernyataan serupa.
Entah bagaimana, kapal tersebut malah tetap mengacu pada rencana semula, yaitu berlayar dari Singapura ke Australia.
’’Kami sekarang menuju wilayah barat Samudra Pasifik seperti yang diperintahkan,’’ ujar salah seorang pejabat di Komando Pasifik Militer AS pada Selasa (18/4). Dia menambahkan bahwa latihan dengan Australia dipercepat dari jadwal yang seharusnya.
Tidak diketahui penyebab kesalahan tersebut. Yang jelas, banyak pakar masalah konflik di Korea yang mempertanyakan kredibilitas AS. Sebab, ketidaksinkronan antara ancaman dan tindakan itu justru membuktikan bahwa Washington hanya membual atas ancaman-ancamannya.
’’Jika Anda mengancam mereka (Korut, Red) dan ancamanmu tidak kredibel, itu hanya akan mengacaukan kebijakan apa pun yang kalian terapkan kepada mereka,’’ tegas Joel Wit. (Reuters/BBC/CNN/sha/c14/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Awas! Amerika Serikat Siagakan Unit Tempur
Redaktur & Reporter : Adil