jpnn.com - Bulan lalu kawasan Timur Tengah sempat memanas karena pemerintah Lebanon menuding Arab Saudi menyekap Perdana Menteri Saad Hariri di Riyadh dan memaksanya mengundurkan diri. Kini skandal serupa kembali terjadi di kawasan penuh konflik tersebut.
Mantan Perdana Menteri (PM) Mesir Ahmed Shafiq membuat pernyataan yang mengakibatkan pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) berang. Dia mengklaim tidak bisa meninggalkan negara yang dipimpin oleh Syekh Khalifa bin Zayed bin Sultan Al Nahyan itu.
BACA JUGA: UEA: Al Jazeera Mesin Pencetak Teroris, Layak Dibom
Pernyataan tersebut dibuat beberapa jam setelah Shafiq mengumumkan kepada publik bahwa dirinya bakal bertarung dalam pilpres Mesir pada April.
Versi mantan pilot angkatan udara Mesir itu, dirinya dilarang meninggalkan Abu Dhabi dengan alasan yang tidak jelas. Padahal, dia sudah menyatakan akan kembali ke Mesir secepatnya untuk menggalang dukungan atas pencalonannya sebagai presiden.
BACA JUGA: Teroris Sasar Masjid di Mesir, PDIP Ikut Berduka
Pada 2012, Shafiq pernah mengikuti pilpres melawan Mohamed Mursi. Dia kalah dan mencari suaka ke UEA. Sejak saat itu, dia belum kembali ke negaranya.
Dia menuding UEA telah mengintervensi urusan Mesir dengan menghalanginya berpartisipasi pada pilpres 2018. ”Saya menyerukan kepada para pemimpin UEA untuk menarik larangan bepergian saya,” tegasnya saat diwawancarai saluran televisi Al Jazeera.
BACA JUGA: 14 Hari Misterius di Riyadh, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
Menteri Urusan Luar Negeri UEA Anwar Gargash langsung memberikan tanggapan atas pernyataan Shafiq. Dalam serangkaian cuitan di akun Twitter-nya, Gargash menegaskan bahwa negaranya tidak pernah menghalangi Shafiq bepergian. Dia juga menyebut Shafiq sebagai orang yang kurang bersyukur.
”Shafiq mencari suaka di UEA dan melarikan diri dari Mesir setelah hasil pilpres 2012 keluar. Kami memberikannya fasilitas dan keramahan yang luar biasa meski kami keberatan dengan beberapa kondisinya saat itu,” bunyi cuitan Gargash.
Saat itu, Shafiq memang menghadapi masalah hukum. Berbagai dakwaan korupsi membelitnya meski kini dia sudah dinyatakan bebas. Sebagian kasus tidak terbukti dan sisanya dihentikan penyelidikannya.
Sejak awal tahun lalu, dia keluar dari daftar hitam bandara yang artinya Shafiq bebas pergi ke mana saja. Belum diketahui pernyataan siapa yang benar, Shafiq ataukah Gargash.
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi yang merupakan sekutu UEA bisa jadi berada di balik larangan terbang Shafiq. Namun, Profesor Samer Shehata dari University of Oklahoma, Amerika Serikat (AS), menegaskan bahwa hingga detik ini memang belum diketahui apakah benar Sisi ikut andil atau tidak.
Namun yang jelas, Arab Saudi dan UEA merupakan sekutu Mesir. Jika Shafiq tak bisa mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat pada pilpres Mesir, itu akan menguntungkan Sisi, Arab Saudi, dan UEA.
Sisi memang belum memutuskan untuk maju atau tidak dalam pilpres nanti. Dia hanya menegaskan bakal mengikuti keinginan rakyat.
Namun, banyak pihak yang menilai Sisi bakal maju dan memenangi pilpres. Para pendukung Sisi menganggap dia sebagai kunci stabilitas di Mesir setelah Arab Spring 2011.
Popularitasnya kian melonjak belakangan ini karena reformasi penghematan yang digulirkan tahun lalu dan usahanya memerangi militan di Sinai. Shafiq dan beberapa kandidat lain sebenarnya hanya memiliki peluang kecil untuk menang.
”Kenyataannya adalah sistem (pemilu) sudah diatur agar Sisi nanti menang,” jelas Shehata. (Reuters/Al Jazeera/sha/c6/any)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Manuver Saudi Gagal Total, Lebanon Sementara Unggul 1-0
Redaktur & Reporter : Adil