jpnn.com - JAKARTA - Pernyataan Fahri Hamzah di Twitter yang menyebut Joko Widodo sinting karena mendukung penetapan 1 Muharam sebagai Hari Santri Nasional memantik protes luas. Kali ini protes disampaikan Paguyuban Alumni Pondok Pesantren Indonesia (PAPPI).
“Pernyataan Jokowi Sinting yang ditujukan kepada Jokowi yang akan memperjuangkan Hari Santri nasional ini melukai hati kaum santri," kata Ketua PAPPI, Ahmad Sahal, Kamis (3/7).
BACA JUGA: Curigai Isu Komunis untuk Alihkan Kasus Korupsi
Menurutnya, pernyataan Fahri itu jelas berupaya menggagalkan wacana yang sudah sejak lama menjadi salah satu keinginan kaum santri. Padahal, kata Sahal, Tahun Baru Hijriah 1 Muharram sering dirayakan kaum santri di lingkungan pondok pesantren di Indonesia sehingga tidak ada salahnya juga ketika salah satu hari besar umat Islam itu dijadikan sebagai Hari Santri Nasional.
Bagi PAPPI, kata Sahal, Hari Santri Nasional sangat penting sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan atas perjuangan kaum santri pada masa pra-kemerdekaan hingga saat ini. Sebab, sejarah mencatat kaum santri memiliki kontribusi dalam peradaban dunia, khususnya di Indonesia.
BACA JUGA: Fitnah Bertubi-Tubi ke Jokowi Kotori Demokrasi
“Siapa yang tak kenal dengan KH Hasyim Asy’ari yang bertekad membangun sebuah negara dengan nilai-nilai persatuan dan kedaulatan yang diawali dengan khasanah keilmuan keagamaan?” kata Sahal.
Sebaliknya, PAPPI berharap pemerintah merespons wacana tentang Hari Santri Nasional sebagai sebuah gagasan yang perlu diapresiasi. Dengan mencanangkan Hari Santri Nasional, katanya, diharapkan kaum santri dapat dihargai dan memiliki perannya kembali dalam memberikan kontribusi pembenahan mental bagi seluruh generasi muda di Indonesia.
BACA JUGA: Kampung Naga Daulat Jokowi jadi Ki Jaka Winata
“Oleh karena itu, PAPPI mengecam keras pernyataan politisi PKS Fahri Hamzah yang terkesan menghina dan mendiskreditkan kaum santri,” tegasnya.
Menurut Sahal, di antara anggota PAPPI adalah Ridwan Darmawan dari PP Darussalam Ciamis, Faishol Abrori dari PP Al-Multazam Jember, Ahmad Rijal dari PP Husnul Khotimah Kuningan, Tajam Teguh dari PP Modern Ar-Risalah Ponorogo, Akbar El-Wasil dari PP KH. Zaenal Mustafa di Suka Hideng Singaparna, dan Mansur dari PP Almasturiah, Sukabumi.(rmo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pakar Komunikasi: Obor Rakyat Rusak Kebebasan Pers
Redaktur : Tim Redaksi