Gimana nih, kok Buku K13 Belum Juga Datang?

Rabu, 02 Agustus 2017 – 08:40 WIB
Siswa SD. Foto: Jawa Pos Group/dok.JPNN.com

jpnn.com, PALEMBANG - Proses belajar mengajar tahun pelajaran baru 2017-2018 sudah berjalan beberapa pekan.

Namun ironisnya buku Kurikulum 2013 (K13) belum sampai di sekolah. Baik itu buku untuk pegangan guru maupun siswa. Solusinya pembelajaran menggunakan buku fotokopian.

BACA JUGA: Ini Permintaan Para Raja dan Sultan kepada Mendikbud

Buku K13 belum sampai sekolah itu diungkapkan oleh Kepala SDN 136 Kota Palembang Fauzanah. Dia mengatakan sekolahnya menjalankan K13 sejak tahun lalu. Sehingga tahun ini siswa kelas 1, 2, 4, dan 5 belajar berbasis K13.

"Sayangnya buku belum sampai. Pembelajaran pakai fotokopian," katanya saat dikunjungi Jawa Pos kemarin.

BACA JUGA: Jadi Presiden SEAMEO, Mendikbud Komitmen Memperluas Akses PAUD

Dia berharap buku yang sudah dipesan itu segera datang ke sekolah supaya pembelajaran lebih nyaman.

Kondisi serupa juga disampaikan Wakil Kepala SMPN 4 Kota Pelembang Bidang Kesiswaan Asmaboti. Perempuan berkerudung itu menjelaskan, siswa dan guru menggunakan fotokopian.

BACA JUGA: Mendikbud: Tidak Boleh Sembarang Orang Mendadak Jadi Guru

Caranya adalah sekolah mengunduh file PDF buku K13 yang dikeluarkan Kemendikbud. "Kemudian digandakan sendiri untuk bab-bab awal," jelasnya.

Dia mengatakan buku K13 yang dibutuhkan untuk siswa kelas 7 dan 8. Sejatinya buku K13 untuk kelas 7 tahun lalu masih ada. Tetapi tidak bisa digunakan karena ada revisi-revisi.

Asmaboti mengatakan sekolah sudah memesan ke Tiga Serangkai (TS). Namun sampai sekarang buku belum sampai di sekolah. Guru matematika itu berharap Kemendikbud bisa ikut mendorong penerbit untuk segera mengirim buku ke sekolah.

Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan Kemendikbud sudah memperkirakan potensi keterlambatan buku K13.

Untuk itu sudah disiapkan CD softcopy dan tautan untuk mengunduh secara bebas. "Tidak apa-apa menggunakan fotokopian dulu," jelasnya.

Muhadjir mengatakan sekolah sebaiknya tidak memfotokopi buku secara penuh. Cukup yang bagian awal, sambil menunggu buku dari penerbit.

Sebab jika difotokopi secara penuh, sekolah keluar biaya mahal. Belum lagi membayar ongkos pemesanan ke penerbit yang dipilih.

Dia menjelaskan Kemendikbud sudah menghentikan model pemesanan buku K13 menggunakan e-katalog. Sebab model e-katalog hanya dikuasai oleh beberapa penerbit saja.

"Sekarang saya open. Semua boleh mencetak. Sekolah kalau mau, bisa cetak sendiri juga," katanya.

Muhadjir mengatakan sistem e-katalog dihentikan karena banyak yang protes. Tapi setelah dibuka bebas seperti ini, menurutnya tetap dikuasai penerbit-penerbit besar.

Dia berpesan kepada penerbit yang dipercaya sekolah, untuk segera menuntaskan pekerjaannya. Apalagi file juga sudah bebas untuk diunduh. Sebab hak copywrite sudah dibeli Kemendikbud. (wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Bullying Kembali Marak, Begini Respons Mendikbud


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler