jpnn.com, AMBON - Kongres Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ke-21 digelar di Kota Ambon pada 28 November sampai 2 Desember 2019. Sejumlah alumni GMNI mengharapkan organisasi mahasiwa yang telah berusia lebih dari 65 tahun ini kembali kepada jati diri dan prinsip-prinsip dasar perjuangannya dalam kongres yang mengusung tema Maritim ini.
Franklin Dahoklory, alumni GMNI Kota Ambon berharap Kongres GMNI tidak hanya acara seremonial menggantikan kepemimpinan saja tetapi momentum untuk merefleksikan diri, melihat ke belakang terkait dengan jati dirinya sebagai gerakan mahasiswa yang kritis dan konstruktif di tengah arus perubahan zaman.
BACA JUGA: Dukung Kongres GMNI, Menpora: Ayo, Optimistis Tatap Masa Depan
“GMNI harus menemukan jati dirinya dan kembali pada cita-cita perjuangan yang independen dan mandiri dan itu harus dirumuskan secara baik dan serius dalam rekomendasi-rekomendasi hasil kongres nantinya,” kata Franklin.
Sementara itu, Alumnus GMNI asal Yogyakarta, Ithor Lundayeh mengatakan Kongres GMNI jangan dijadikan sebagai bagian perpanjangan tangan dari partai politik dan elite partai tertentu.
BACA JUGA: GMNI Harus Melahirkan Kader yang Dapat Menangkal Radikalisme
“Jka hal itu terjadi, saya yakin almamater saya (GMNI) ke depan akan kerdil dan tentu tidak lagi diperhitungkan sebagai bagian dari pressure group (kelompok penekan) dalam merespons problem kebangsaan hari ini, karena apa? Karena GMNI itu sebagai organisasi kader,” urainya.
Alumnus GMNI Jakarta Saut Sinaga mengingatkan agar GMNI responsif terhadap perubahan. “Karena posisi geografis kita sangat strategis sehingga berbicara kemaritiman, perlu kajian dan diskusi yang matang oleh peserta kongres agar ide dan gagasan tentang kelautan Indonesia yang memiliki potensi besar bisa dikembangkan,” kata alumnus Universitas Tri Sakti ini.
BACA JUGA: PA GMNI Kirim Bantuan untuk Korban Tsunami Banten
Saut menambahkan GMNI juga harus memperkuat peran sosialnya dengan melakukan pemberdayaan dan advokasi terhadap persoalan-persoalan rakyat, seperti nelayan kecil dalam bekerja, dan jaminan kesehatan nelayan.
“GMNI itu harus dekat dengan rakyat, tidak boleh jauh dari problem sosial si Marhaen,” tegasnya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich