jpnn.com - PALEMBANG – Terkait dengan rangkaian acara menyambut Gerhana Matahari Total (GMT), kemarin (7/3) pukul 11.00 WIB, Hizbut Tahrir Indonesia DPD I Sumsel mendatangi Kantor Gubernur Sumsel. Mereka menyampaikan aspirasinya.
"Secara keseluruhan kami dukung acara jelang GMT demi meningkatkan wisatawan, tapi kami meminta sejumlah kegiatan seperti Festival Ogoh-Ogoh, Tari Pendet, Tari Kecak, Ruwatan Bumi Sriwijaya, Sambut Tuah Sungai, dan Pawang Hujan agar dihilangkan,” jelas Ketua HTI DPD I Sumsel, Mahmud Jamhur.
BACA JUGA: Pemkot Palu Siapkan 3 Spot Pengamatan GMT
Alasannya, hal itu tidak sesuai dengan budaya asli Sumsel, khususnya Palembang yang akar asli budayanya Islam. “Kami minta Pemprov Sumsel menyikapi gerhana tidak berlebihan,” imbuhnya.
Tak hanya itu, massa juga meminta penutupan Jembatan Ampera selama 12 jam direvisi kembali. Apalagi demi menyambut wisatawan dan menyediakan sarapan pagi di Jembatan Ampera.
BACA JUGA: Hey..! Papua juga Bisa Nikmati GMT, Ini Jadwalnya
“Ini bentuk ketidakadilan bagi rakyat. Jembatan Ampera kan urat nadi transportasi masyarakat Kota Palembang,” ucapnya.
Usai menyampaikan surat terbuka ke Gubernur Sumsel, HTI DPD I Sumsel juga mendatangi Pemkot Palembang memberikan surat terbuka “Selamatkan Aqidah Umat dan Generasi”.
BACA JUGA: Simak! Seruan Muhammadiyah soal GMT
Di depan kantor BPM-PTSP (Badan Penanaman Modal-Pelayanan Terpadu Satu Pintu) Pemkot Palembang, puluhan massa HTI itu membentangkan spanduk dan dipimpin langsung Mahmud Jamhur sambil membacakan pernyataan sikapa di hadapan asisten IV Pemkot Palembang, staf, dan masyarakat. (wia/uni/way/bsp/fad/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Bule Sudah Serbu Palu
Redaktur : Tim Redaksi