Golkar Harus Percaya Diri Tanpa Melibatkan Jokowi

Selasa, 05 Desember 2017 – 11:28 WIB
Presiden Jokowi. Foto: Biro Pers Setpres

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, Leo Agustino mengatakan Partai Golkar sebagai partai besar harus percaya diri dalam mengatasi persoalan internal setelah ketua umumnya Setya Novanto menjadi tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Partai berlambang pohon beringin itu mestinya bisa mengatasi masalah internal tanpa menyeret-nyeret Presiden Joko Widodo ataupun Wakil Presiden Jusuf Kalla.

BACA JUGA: Ternyata Papa Novanto Sembunyi di Gedung DPR

Menurutnya, Golkar merupakan partai yang unik dan dinamis. Karena keunikannya, maka partai yang kerap menjadi jawara di era Orde Baru itu bisa bertahan hingga saat ini.

"Kalau kedinamisannya jangan ditanya, sebab partai ini selalu menjadi ajang rebutan tokoh politik nasional,” kata Leo, Selasa (5/12).

BACA JUGA: Sebaiknya Setnov Mundur dari Ketua DPR daripada Dilengserkan

Menurut Leo, Presiden Jokowi yang bukan kader Golkar justru harus berhati-hati mencermati berbagai upaya untuk menariknya ke masalah internal partai berlambang beringin itu. Sebab, siapa pun ketua umum Partai Golkar pasti punya ambisi pribadi.

“Saya tidak terlalu bersepakat apabila ketum partai tidak punya agenda pribadi," tegasnya.

BACA JUGA: Tak Ada Alasan Pleno Golkar Menunda Pelaksanaan Munaslub

Dia memandang secara tersurat sangat mungkin mereka akan menyatakan arah kebijakan yang mereka ambil berasal dari aspirasi akar rumput. "Tapi, implementasinya selalu saja akan ada agenda balik layar yang tidak pernah kita ketahui,” katanya.

Menurut Leo, ada hal yang menarik dari sikap yang diperlihatkan Presiden Jokowi soal Golkar. Meski Jokowi sudah berkali-kali tak mau melakukan intervensi ke partai politik, tapi ada saja upaya untuk menyeretnya ke dalam persoalan Golkar.

“Jangan-jangan memang gelagat politisi kita yang selalu mengambil kesempatan dalam setiap jabatan yang disandangnya untuk merealisasikan agenda-agenda pribadinya. Oleh karena itu Jokowi mewanti-wanti sejak awal meski dia tahu tabiat politisi kita,” kata Leo.

Meski demikian Leo mengakui bahwa Golkar memang perlu mengganti ketua umum. Sebab, partai yang kini dipimpin Novanto itu menghadapi tantangan besar, yakni Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.

“Pada dasarnya saya setuju Golkar harus di-take over guna menjaga citra partai. Ini bukan hanya terkait dengan perhelatan tahun 2019, tapi juga Pilkada Serentak tahun 2018. Golkar perlu mendulang suara guna persiapan 2019,” paparnya.

Hanya saja, Leo juga mengingatkan siapa pun ketua umum pengganti Novanto nanti bisa menjaga konsolidasi dan mengayomi semua kelompok kepentingan di Golkar.

“Sebagai pemimpin yang baik ya memang harus mampu mengayomi semua walau dalam internal partai saya pikir akan terjadi pergantian gerbong,” tuntasnya.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Airlangga Pastikan tak Ada Kubu-Kubuan di Tubuh Golkar


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler