Golkar Respons Positif Dorongan Agar KIB Usung Internal di Koalisi Besar

Selasa, 18 April 2023 – 21:58 WIB
Ketua DPD Golkar Jawa Timur Sarmuji. Foto: Humas DPR for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Partai Golkar merespon positif pernyataan Pengamat politik dari Indonesia Political Power Ikhwan Arif yang mendorong Koalisi Indonesia Berstau (KIB) mencalonkan kadernya sebagai capres dan cawapres di Koalisi Besar.

Bagi Golkar, Ketua Umum Airlangga Hartato layak dipertimbangkan untuk menjadi capres.

BACA JUGA: Info Terbaru dari Prabowo soal Mbak Puan dan Koalisi Besar

"Apa yang disampaikan pengamat sejalan dengan keinginan seluruh kader agar Ketua Umum menjadi calon presiden," ujar Ketua DPD Golkar Jawa Timur, Sarmuji, Selasa (18/4).

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI itu berharap dengan Ketua Umum menjadi capres koalisi besar, suara partai lebih mudah dikonsolidasikan.

BACA JUGA: Analisis: Prabowo Capres Koalisi Besar, Cawapres Lebih Baik Airlangga dari Cak Imin

Soal bagaimana negosiasinya, Sarmuji menyerahkan mandat penuh kepada Ketua Umum sesuai hasil Munas.

"Munas telah memberikan mandat kepada Ketua Umum untuk menentukan proses pilpres," tegasnya.

BACA JUGA: PAN Dukung Prabowo Sebagai Capres yang Diusung Koalisi Besar? Zulhas Menjawab Tegas

Sarmuji juga setuju pilihan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bergabung dengan koalisi besar dapat terwujud karena didukung oleh mesin partai yang kuat.

Sebelumnya, Arif mengatakan rekomendasi capres atau cawapres dari KIB mempermudah wacana peleburan koalisi besar semakin terwujud.

"KIB bisa saja menyusun langkah power sharing dengan mengusung salah satu kader untuk menjadi capres atau cawapres dan kemudian disodorkan ke dalam koalisi besar," ujar Pengamat politik dan pendiri Indonesia Political Power Ikhwan Arif, Senin (18/4).

Peleburan KIB-KIR menjadi koalisi besar tidak lepas dari peran Jokowi.

Restu Jokowi akan membuat kedua koalisi bersatu dan menjadi kekuatan besar.

Kekuatan ini mampu menghadapi PDIP meski Jokowi adalah kader PDIP.

Artinya koalisi besar yang direstui Jokowi akan berhadapan dengan PDIP sebagai koalisi tunggal yang mengusung capres dari garis keturunan Sukarno.

"PDIP ingin merapat ke Koalisi Besar lantaran muncul narasi Prabowo-Airlangga dan PDIP tidak mau ketinggalan sebagai salah satu partai pendukung pemerintah," tambahnya.

Arif menambahkan PDIP menyadari mereka berpotensi kalah jika koalisi besar terbentuk.

Keyakinan PDIP sebagai tuan rumah koalisi merupakan respons dari ketakutan mereka ditinggalkan koalisi pemerintah.

"Sehingga PDIP harus mengambil langkah percaya diri sebagai tuan rumah dari koalisi," lanjutnya.

Di satu sisi lain, Jokowi merestui capres dari koalisi besar yang sepertinya mengarah ke sosok Prabowo Subianto.

Arif menambahkan jika restu Jokowi sudah diperoleh Prabowo, bisa saja posisi wakilnya akan jatuh pada KIB, yaitu Airlangga atau bisa saja sebaliknya.

Karena itu, masuknya PDIP dalam wacana peleburan koalisi besar semakin mempersulit konsolidasi partai jika partai itu mendorong capres Koalisi Besar dari kadernya sendiri.

"PDIP tentu akan meminta jatah capres atau cawapres, sementara koalisi besar kemungkinan akan mengusung Prabowo-Airlangga. Posisi capres akan sulit didapatkan PDIP karena sudah jatahnya Prabowo atau Airlangga untuk maju," tegasnya. (dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler