Golkar Tagih Komitmen Pemberantasan Korupsi Pemerintah

Hari Anti Korupsi Sedunia

Jumat, 10 Desember 2010 – 06:39 WIB

JAKARTA - Peringatan hari anti korupsi sedunia digunakan Partai Golongan Karya (Golkar) untuk melakukan evaluasi penegakan hukum pemerintahPartai Golkar menuntut adanya perbaikan penegakan hukum, terutama dalam tindak pidana korupsi

BACA JUGA: PKNU: Partai Kecil Sengaja Diobok-obok

Selama tahun 2010, Golkar menilai pemberantasan korupsi yang dilakukan pemerintah justru semakin lembek, jauh dari harapan.

"Ketika negara menyatakan perang, korupsi justru semakin merajalela," kritik Bambang Soesatyo, anggota Komisi III DPR dari Partai Golkar dalam keterangan pers di ruang fraksi, kemarin (9/12)
Dalam keterangan itu, Bambang didampingi Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar Ibnu Munzir, dan sejumlah aktivis Koalisi Nasional Anti Korupsi.

Menurut Bambang, lemahnya pemberantasan korupsi bukan disebabkan strategi pemberantasan korupsi yang belum efektif saja

BACA JUGA: Mundurnya Ketua Demokrat DIY Tanpa Intervensi Kraton

Sikap pemerintah dan penegak hukum yang inkonsisten lah yang membuat penegakan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya
"Inkonsistensi itu terbaca di sejumlah kasus," ujar Bambang.

Dalam kasus Cicak dan Buaya misalkan, sikap pemerintah yang serba abu-abu menyebabkan status hukum Bibit-Chandra terkatung-katung

BACA JUGA: PKNU Gelar Muktamar di Atas Kapal Pelni

Pada skandal Bank Century, inkonsistensi itu demikian mencolokPemerintah tidak menunjukan kepedulian, sementara institusi penegak hukum sama-sama enggan"Bahkan terkesan takut, untuk menindaklanjuti proses hukum skandal itu," sorot BambangHal ini kemungkinan disebabkan adanya indikasi skandal ini melibatkan nama sejumlah orang kuat"Padahal (kasus Century) sudah menjadi keputusan DPR,? sebut dia.
  Hal lain yang patut menjadi sorotan adalah vonis ringan atau vonis bebas dalam persidangan sejumlah tersangka koruptorVonis itu tak hanya megecewakan publik, tetapi juga melahirkan tafsir lainBegitu juga pada masalah kebijakan obral remisi terhadap para terpidana korupsi?Apa pun argumentasi pemerintah maupun penegak hukum, vonis ringan dan remisi untuk para koruptor dilihat sebagai inkonsistensi," ujar Bambang.

Inkonsistensi itu, lanjut Bambang, malah mengundang tawa ketika baik Presiden maupun semua institusi penegak hukum memberi perhatian ekstra pada kasus GayusNamun ujung pangkal dari kasus ini juga tidak jelasPadahal, kasus Gayus harusnya menjadi pintu masuk penuntasan mafia pajak dan hukum"Kalau pajak bersih, penerimaan bisa Rp 1000 triliun lebih," sorotnya.

Ibnu Munzir juga menilai momentum hari anti korupsi sedunia harusnya menjadi momentum pemerintah memperbaiki diriTahun 2011 nanti, pemerintah memiliki tantangan berat untuk menuntaskan sejumlah pekerjaan rumah pemberantasan kasus korupsi"Mudah-mudahan tahun depan lebih baik lagi," ujarnya(bay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Maju Pilkada, Istri Gubernur Riau Daftar ke Demokrat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler