Good News, Ini Progres Program Revitalisasi Citarum

Rabu, 25 April 2018 – 21:32 WIB
Salah satu bagian Sungai Citarum yang dipenuhi sampah. Foto: Radar Bandung/JPG

jpnn.com, BANDUNG - Program Revitalisasi Sungai Citarum Harum yang dicanangkan Presiden Joko Widodo mulai menunjukkan hasil positif. Ada kesadaran dan perubahan pola hidup masyarakat di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum seiring berjalannya program yang digulirkan pada 22 Februari 2018 itu.

Hal itu terlihat dari temuan Kodam III Siliwangi tentang kesadaran masyarakat DAS Citarum. Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) III Siliwangi Kolonel Arh Desi Ariyanto menyatakan, sebagian masyarakat di bagian hulu Citarum sudah mulai mengubah pola bertani.

BACA JUGA: KLHK Menangani Empat Kasus Pencemaran Sungai Citarum

Menurutnya, petani di hulu Citarum tidak hanya mementingkan ekonomi, tapi juga menyadari pentingnya ekologi. Petani buruh yang menanam kentang sehingga menimbulkan hutan gundul di hulu Citarum, kini mulai paham pentingnya menjaga lingkungan.

Kentang merupakan tanaman semusim yang untuk menanamnya harus menggemburkan tanah sehingga mempermudah laju erosi. Sedangkan untuk memanennya juga harus mencabut akarnya sehingga mengoyak tanah.

BACA JUGA: Citarum Tercemar, Direksi Perusahaan Asing Dipanggil

"Permasalahan di hulu itu kan hutan gundul dan masyarakat kebanyakan kerja jadi buruh tani perkebunan kentang. Sekarang mereka sudah mulai sadar bahwa hal itu akan merugikan," ujar Desi di Bandung, Rabu (25/4).

Merujuk data Balai Besar Sungai Citarum pada 2016, lahan kritis Sungai Citarum sudah mencapai 26.022 hektare. Sedangkan tingkat erosinya mencapai 592,11 ton per hektare per tahun.

BACA JUGA: Warga Sekitar Citarum Tolong Jaga Ribuan Bibit Pohon Baru

Desi menambahkan, para petani di DAS Citarum mulai menanam buah-buahan, kopi dan tanaman berbatang keras lainnya. Untuk itu, Satgas Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Citarum menyediakan bibit agar petani mengubah komoditas pertanian mereka.

Menurut Desi, Satgas Citarum mengakomodasi keinginan para petani akan jenis buah yang akan mereka tanam. Yang penting, tanaman petani bukan yang merusak ekologi.

“Sudah ribuan pohon ditanam. Jadi tidak menanam sayuran lagi yang tidak punya kekuatan ekologis atau menahan longsor," kata Desi.

Menurutnya, perubahan komoditas tanaman tak serta-merta berdampak pada perekonomian warga di hulu sungai terpanjang dan terbesar di Tatar Pasundan itu. Namun, Desi meyakini ke depan masyarakat di hulu Citarum makin mandiri. “Setidaknya kini sudah tidak lagi jadi buruh," katanya.

Namun, masih ada pekerjaan besar lainnya untuk merevitalisasi Sungai Citarum. Yakni mengedukasi masyarakat agar tak membuang sampah ke sungai yang bermuara di Laut Jawa itu.

Merujuk temuan Tim Survei Kodam III Siliwangi, pada akhir 2017 ada 20.462 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Selain itu masih ada limbah berupa tinja manusia mencapai 35,5 ton per hari dan kotoran ternak 56 ton per hari.

Untuk limbah sampah, kata Desi, Satgas Citarum menyediakan tempat pembuangan sampah (TPS) sementara di dekat permukiman warga. Menurutnya, warga membuang sampah ke Citarum karena bingung tak ada TPS.

“Ternyata mereka bingung mau dibuang kemana. Tempat sampah penuh. Ini yang dibetulkan Satgas Citarum. Setelah sosialisasi, akhirnya di beberapa tempat dibuat TPS sementara," paparnya.

Karena itu, Satgas Citarum juga menggandeng bhayangkara pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Bhabinkamtibmas) serta bintara pembina desa (Babinsa) di DAS Citarum sebagai penanggung jawab bank sampah. "Bahkan Babinsa, Bhabinkamtibmas jadi direktur bank sampah," terangnya.

Solusi lain dalam mengatasi persoalan limbah dan sampah adalah menjadikannya sebagai bahan pupuk. Misalnya, limbah manusia paling banyak di DAS Citarum ada di Kecamatan Kertasari dan Pacet.

Masyarakat setempat diajari cara mengelola limbah kotoran hewan dan manusia menjadi pupuk. Ada pula program daur ulang sampah. “Sehingga tidak ada yang sia-sia," katanya.

Adapun untuk penanggulangan limbah industri, Satgas Citarum mengedepankan proses hukum yang berkepastian. Satgas Penegakan Hukum Citarum di bawah Polda Jawa Barat yang kebagian porsi melakukan penindakan.

Hasilnya pun positif. Kini, setiap laporan tentang pabrik yang membuang limbah ke Citarum langsung ditindaklanjuti.

“Dahulu kalau kita melaporkan ada pabrik yang buang limbah pasti menunggu lama, itu pun belum tentu disentuh. Kalau sekarang dengan Perpres 15 Tahun 2018 (tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, red), begitu masyarakat melihat ada pabrik buang limbah, Direskrimsus langsung turun. Jadi cepat sistemnya sekarang," tegasnya.

Satgas Gakkum Citarum juga mengambil sampel air dari instalasi pengelolahan air limbah (IPAL) pabrik yang diduga mencemari Citarum. Bahkan sudah ada IPAL yang disegel. “Ini sudah banyak ditindak," imbuhnya.(jpg/ara/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi: Insyallah Bermanfaat bagi 27 Juta Penduduk


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler