jpnn.com, JAKARTA - Situasi kurang kondusif menimpa perusahaan-perusahaan raksasa teknologi dunia seperti Amazon, Meta, dan Twitter.
Tak hanya di lingkup global, beberapa perusahaan teknologi di Indonesia juga mengalami situasi serupa, seperti Shopee, Grab dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo).
BACA JUGA: Kabar Terbaru PHK 1.300 Karyawan GoTo, soal Kompensasi Panen Apresiasi
Ekonom Pusat Inovasi dan Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Izzudin Al Farras Adha mengatakan karyawan yang pernah bekerja di perusahaan-perusahaan teknologi besar akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan.
"Misalnya mantan karyawan GoTo, dia akan lebih mudah diserap pasar. Mereka akan punya kesempatan kerja lebih tinggi. Yang membedakan mungkin dari lama tunggunya dan bergantung pada pengalaman kerja yang memang bervariasi," katanya.
BACA JUGA: GoTo PHK Besar-besaran, Bagaimana Nasib Karyawan?
Terlebih, kata dia, saat ini hampir seluruh perusahaan di berbagai sektor tengah berupaya melakukan digitalisasi, termasuk sektor-sektor formal, sehingga SDM di bidang teknologi akan sangat dibutuhkan.
"Seperti pascapandemi, ada dua sektor industri yang berkembang cukup pesat, yaitu sektor konstruksi dan perdagangan. Dua sektor itu tentu membutuhkan SDM di bidang teknologi. Jadi, tinggal bagaimana SDM tersebut melakukan adaptasi sesuai dengan budaya dan lingkungan kerja yang baru," ujar Farras.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai ada beberapa penyebab terjadinya PHK di perusahaan-perusahaan teknologi global seperti Amazon, Meta, dan Twitter.
Menurut Bhima, perusahaan perlu melakukan efisiensi untuk menekan biaya di tengah kondisi ekonomi global yang menghadapi tantangan cukup berat di tahun depan.
Selain itu, agar bisnis perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
Penyebab lain adalah adanya faktor reorganisasi perusahaan, sebagai contoh Twitter.
Setelah diambil alih Elon Musk, Twitter melakukan reorganisasi dengan mengurangi hampir setengah dari total karyawannya.
"Apa yang terjadi di global, efeknya tentu juga terbawa ke Indonesia. Kalau di global terjadi pemangkasan atau reorganisasi masif, maka efeknya banyak perusahaan rintisan atau startup di Indonesia melakukan hal yang sama untuk bertahan," sebut Bhima.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul