Gotong Royong Oposisi demi Bantuan untuk Rakyat Lapar

Minggu, 24 Februari 2019 – 02:58 WIB
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido. Foto: Al Jazeera

jpnn.com, KARAKAS - "Saya harap mereka membiarkan bantuan itu masuk," ujar Yaneidi Guzman kepada Reuters, Jumat (22/2). Perempuan 38 tahun tersebut merupakan salah seorang di antara ribuan penduduk Venezuela yang mengalami malanutrisi.

Sepertiga bobot tubuhnya lenyap karena kurang makan. Gajinya ditambah gaji sang suami tidak cukup untuk membeli vitamin dan obat-obatan. Sebab, prioritas utama mereka adalah perut tiga buah hati.

BACA JUGA: Amankan Bantuan, Guaido Nekat ke Perbatasan

Melambungnya jumlah penduduk yang mengalami malanutrisi itulah yang mendorong pemimpin oposisi Juan Guaido melanjutkan rencananya. Yaitu, membawa masuk bantuan dari Amerika Serikat (AS).

Sayangnya, rencana itu kini semakin sulit terealisasi. Penyebabnya, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menutup akses dari berbagai arah.

BACA JUGA: Mati-matian Menghalangi Bantuan untuk Rakyat

"Perbatasan dengan Brasil akan ditutup sepenuhnya hingga pemberitahuan selanjutnya. Lebih baik mencegah daripada menyesal kemudian," tegas Maduro dalam pidatonya Kamis malam (21/2).

Pernyataan itu dia sebar luaskan lewat seluruh stasiun TV Venezuela. Selain perbatasan Venezuela dengan Brasil, perbatasan dengan Kolombia segera ditutup.

BACA JUGA: Krisis Venezuela: Beli Pasta Gigi Saja Harus ke Luar Negeri

Tetapi, kebijakan Maduro itu tidak membuat Guaido berhenti berusaha. Dia tetap ngotot membawa masuk bantuan pangan dan obat-obatan ke Venezuela.

Brasil menginginkan bantuan itu dibawa dengan menggunakan truk ke Venezuela. Namun, Guaido punya gagasan yang lebih menarik. Yakni, membentuk rantai manusia.

Sedikitnya ada 600 ribu relawan yang akan menjadi rantai pembawa bantuan. Lewat cara itu, dia yakin bantuan akan masuk. Asalkan, militer tidak ikut campur.

Tiongkok yang merupakan sekutu Venezuela, mengecam langkah Guaido itu. "Jika bantuan kemanusiaan itu dikirim paksa ke Venezuela, itu mungkin akan memicu konflik dan membawa konsekuensi serius," tegas Jubir Menteri Luar Negeri Tiongkok Geng Shuang.

Beberapa pengamat memang menegaskan bahwa masuknya bantuan itu ujian kesetiaan bagi militer. Apakah mereka akan setia kepada Maduro atau mengalah dan membiarkan penduduk yang kelaparan mendapatkan bantuan.

Pada hari yang sama dengan pidato Maduro, mantan Kepala Intelijen Militer Venezuela Hugo Carvajal menyatakan dukungannya terhadap Guaido. Pria 58 tahun yang kini menjadi anggota Kongres dari Partai Sosialis itu mendesak militer putar haluan. Meninggalkan Maduro dan mendukung Guaido.

"Anda telah membunuh ratusan pemuda di jalanan yang mencoba mengklaim hak mereka," tegas Carvajal kepada The New York Times. (sha/c4/hep)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Diam Mati Kelaparan, Melawan Dibantai Pasukan Pencabut Nyawa


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler