jpnn.com, JAKARTA - Grant Thornton mengungkapkan perlunya kesiapan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim.
Indonesia pun terus menunjukkan komitmennya untuk menurunkan emisi karbon antara lain melalui perbaikan pengelolaan Forest and Other Land Use (FOLU) serta mempercepat transisi energi menuju Energi Baru Terbarukan.
BACA JUGA: Dukung NZE, PTVI Cetak Catatan Cemerlang dalam Laporan Keberlanjutan 2022
Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dalam konferensi tersebut dan mendapat apresiasi dari banyak negara.
Indonesia juga mendapat apresiasi dalam beberapa forum terkait pencapaian penurunan emisi, khususnya terkait dengan restorasi mangrove dan penurunan deforestasi.
BACA JUGA: Deni Daruri: Pengungkapan ESG 17 BUMN Dalam Laporan Keberlanjutan Meningkat
CEO Grant Thornton Indonesia Johanna Gani mengatakan perubahan iklim telah menjadi isu sentral dalam agenda global, memunculkan tantangan baru bagi perusahaan di seluruh dunia.
"Sebagai respons terhadap perubahan cuaca ekstrem, peningkatan suhu global, dan perubahan pola cuaca, perusahaan perlu melakukan persiapan yang matang untuk menghadapi perubahan iklim dan membangun ketangguhan bisnis”, ujar Johanna dalam keterangannya di Jakarta, Senin (29/1).
Johanna menjelaskan perlu adanya langkah konkret dari perusahaan seperti memulai investasi dalam teknologi hijau, dan energi terbarukan, pemantauan emisi karbon, serta teknologi ramah lainnya dapat menjadi langkah penting dalam persiapan perusahaan menghadapi perubahan iklim.
Tidak hanya itu, Grant Thornton juga menilai perlu adanya pelatihan dan pendidikan bagi karyawan untuk menghadapi perubahan iklim serta dampak yang ditimbulkan, sehingga dapat tercipta budaya perusahaan yang peduli terhadap lingkungan.
"Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah pelaporan keberlanjutan dan transparansi," ujar Johanna.
Grant Thornton menekankan bahwa laporan keberlanjutan yang jelas dan transparan menjadi kunci untuk membangun kepercayaan dari regulator, masyarakat, organisasi lingkungan, media massa hingga investor, yang tentunya dapat meningkatkan reputasi dan kredibilitas suatu perusahaan.
“Menghadapi perubahan iklim bukan lagi pilihan, melainkan keharusan untuk bisnis yang berkelanjutan. Perusahaan perlu mengambil langkah - langkah proaktif untuk membangun ketangguhan bisnis mereka, mengurangi risiko, dan memanfaatkan peluang yang muncul dari perubahan iklim, terutama dalam pembuatan laporan keberlanjutan," katanya.
Johanna menambahkan melihat betapa pentingnya laporan keberlanjutan pada saat ini dan ke depannya, Grant Thornton Indonesia menetapkan komitmen keberlanjutan pada organisasi kami, terutama pada penyusunan laporan keberlanjutan perusahaan.
"Selain itu, tentunya Grant Thornton Indonesia juga siap membantu perusahaan dalam menetapkan strategi dan manajemen keberlanjutan serta membantu menyiapkan maupun meninjau laporan keberlanjutan mereka”, pungkas Johanna.
Seperti diketahui, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP28 yang berlangsung di Dubai pada 30 November - 12 Desember 2023 lalu telah menghasilkan beberapa kesepakatan di antaranya menyerukan peralihan dari transisi bahan bakar fosil, serta meningkatkan kapasitas energi terbarukan global sebanyak tiga kali lipat.
Selain itu, COP28 juga berhasil menggalang pendanaan senilai USD 58 miliar serta 11 janji dan deklarasi yang berkomitmen terhadap aksi iklim.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul