jpnn.com - JAKARTA – Upaya grup Astra untuk meningkatkan porsi bisnis nonotomotif agar kelak bisa menjadi 50 berbanding 50, antara lini bisnis otomotif dan nonotomotif sudah digalakkan mulai saat ini. Salah satunya dengan mulai merealisasikan bisnis barunya di infrastruktur energi.
Anak usaha perusahaan perseroan, yaitu PT United Tractors Tbk (UNTR), mencapai kesepakatan mengembangkan proyek listrik 2.000 megawatt (mw) Tanjung Jati, Jepara, Jawa Tengah, dan menjalin ikatan jual beli dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
BACA JUGA: Wuihh... Bank Syariah Mandiri Sediakan Rp 500 Miliar
Corporate Secretary UNTR Sara K. Loebis mengatakan, perseroan bersama Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co (keduanya asal Jepang) telah mencapai kesepakatan untuk mengembangkan ekspansi proyek Tanjung Jati B, pembangkit tenaga listrik batu bara unit 5 dan 6. Dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian pengikatan jual beli listrik (PPA) dengan PLN.
Proyek yang dikerjakan dengan skema build, operate, and transfer (BOT) itu adalah untuk membangun dua unit pembangkit listrik ultra-supercritical di Jawa Tengah dengan kapasitas masing-masing 1.000 mw. Itu merupakan proyek 5 dan 6 yang berdekatan dengan pembangkit listrik unit 1-4 yang lebih dahulu ada.
BACA JUGA: Ini Penjelasan Menteri ESDM Soal Pungutan Ketahanan Energi
Selanjutnya, hasilnya akan dipasok ke PLN untuk periode 25 tahun, terhitung sejak dimulainya operasi komersial dua unit pembangkit listrik tersebut. ''Nilai proyeknya belum bisa kami umumkan karena terkait kesepakatan dengan Sumitomo dan Kansai,'' ucapnya kemarin.
UNTR tidak akan menjadi pemegang saham mayoritas dalam proyek tersebut. Namun, perseroan bakal menjadi pemasok utama kebutuhan batu bara melalui anak usaha, yaitu PT Pamapersada Nusantara (Pama). ''Kebutuhan batu bara sekitar 6 juta sampai 7 juta ton per tahun,'' kata dia.
BACA JUGA: Premium Lebih Mahal dari Solar, Ini Alasannya
Sambil proyek berjalan, menurut dia, kesepakatan harga jual listrik dengan PLN juga terus dibahas. Proyek itu diperkirakan mulai konstruksi pada 2016 sejalan dengan finalisasi kesepakatan.
Sara menyebutkan, dua mitra tersebut dipilih karena berpengalaman dalam hal pembangunan infrastruktur listrik. Sumitomo sudah mengerjakan banyak proyek sejenis. Begitu juga Kansai yang dianggap memiliki kompetensi sebagai operator. (gen/c19/tia/pda)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menko Rizal Bahas Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Hasilnya?
Redaktur : Tim Redaksi