GSMA Perkirakan Penetrasi 5G di Indonesia Meningkat Pesat pada 2030

Minggu, 15 September 2024 – 18:44 WIB
Head of APAC di GSMA, Julian Gorman saat ditemui di kawasan Gambil, Jakarta Pusat. Foto: Romaida/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA PUSAT - GSMA menyoroti kemajuan Indonesia dalam teknologi seluler serta potensi pertumbuhan di masa depan.

Hal tersebut disampaikan oleh Head of APAC di GSMA, Julian Gormana pada acara Digital Nations Summit dan tercatat dalam modul yang dipublikasi GSMA bertajuk Mobile Economy Asia Pacific 2024.  

BACA JUGA: Kementerian ATR/BPN Meraih Best Use Video Kategori Kementerian di GSMA 2021 

Pada 2030, Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar smartphone terbesar kedua di Asia Pasifik, dengan 387 juta koneksi smartphone.

Sementara itu, penetrasi jaringan 5G diperkirakan terus bertumbuh hingga mencapai 32% dalam kurun enam tahun mendatang.

BACA JUGA: Permudah Komunikasi di IKN, Telkomsel Siapkan Jaringan 5G dan 4G

Julian menekankan pentingnya 5G dalam meningkatkan daya saing industri Indonesia.

Menyadari pentingnya itu, Julian menilai Indonesia perlu membangun ekosistem yang mendukung, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

BACA JUGA: Penumpang Pesawat Bakal Bisa Internetan dengan Jaringan 5G

"Dampak transformasional teknologi seluler, termasuk 5G, menekankan perlunya Indonesia membina ekosistem yang dinamis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi," kata Julian saat ditemui di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Meskipun 5G di Indonesia saat ini masih berada di tingkat awal, Julian meyakini Indonesia mampu bergerak cepat dalam kurun beberapa tahun ke depan.

Menurut Julian, setiap negara memiliki langkah tersendiri untuk mencapai target yang diperkirakan.

Berkaca pada Thailand, penetrasi  jaringan 5G di negara tersebut meningkat cepat dalam kurun empat tahun.

"Sebagai contoh, tahun 2020, Thailand itu kondisi seluruhnya jelek. Jadi, 4G-nya pelan, harganya mahal, dan lain-lain. Namun sekarang, 2024, hampir 2025, Thailand itu coverage 5G-nya sudah sekitar 85%," kata Julian.

"Penggunaan 5G-nya sudah sekitar 30%. Mereka memiliki 5G di rumah sakit, ada 5G dipelabuhan, ada 5G di pabrik-pabrik, dan lain-lain," sambung dia.

Julian mengungkapkan berdasarkan data tersebut, dia meyakini arah perjalanan suatu negara dapat diubah dengan dukungan dari berbagai stakeholder.

"Bila ada kerja sama dan konsensus dari pemerintah dari operatornya, dan dari ekosistemnya itu sendiri," imbuhnya.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Dr. Ir. Ismail menyampaikan pernyataan serupa.

Kolaborasi dengan pemangku kepentingan ialah salah satu strategi penting untuk membangun kerangka kerja yang komprehensif bagi visi digital Indonesia dalam pengembangan dan penggunaan teknologi digital.

Dia menilai meletakkan dasar untuk peluncuran 5G yang mulus dan berkelanjutan mampu menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam ekonomi digital global.

"Selain Roadmap Spektrum IMT Indonesia yang penting, yang merupakan bagian sentral dari strategi transformasi digital kami, fokus pada pengembangan dan pelepasan pita frekuensi utama untuk memungkinkan layanan canggih seperti 5G," kata Ismail panjang lebar.

Pada kesempatan yang sama, Kemenkominfo menandatangani Nota Kesepahaman dengan Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (WANTRII).

Kerja sama itu bertujuan untuk mempercepat transformasi digital di seluruh industri melalui penggunaan 5G dan pengembangan ekosistem perangkat teknologi digital. (mcr31/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Xiaomi Siapkan 2 HP Baru dengan Jaringan 5G, Ini Bocorannya


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler