jpnn.com - Selain ”hutan batu” yang diakui UNESCO sebagai cagar budaya dunia, Kota Kunming memiliki destinasi wisata pegunungan yang elok. Diantaranya adalah Pegunungan Jiaozi dan Xishan.
GUNAWAN SUTANTO, Kunming
BACA JUGA: Berfantasi di Belantara Hutan Batu Kunming
Kereta gantung yang merangkak naik sejauh 350 meter menuju ketinggian 3.850 meter di atas permukaan laut seolah membawa saya dan rombongan wartawan Indonesia dan Malaysia menemui keluarga Cullen si manusia vampir di film Twilight. Kereta gantung itu membawa kami menuju salah satu spot terbaik di Gunung Jiaozi, Feilai Waterfall.
Ada beberapa cara untuk menuju air terjun yang membeku saat musim semi tersebut. Yang memiliki banyak waktu bisa menempuh jalur pendakian. Menyusuri jalur pedestrian dari kayu yang naik turun gunung. Cara kedua menggunakan kereta gantung seperti yang kami tempuh Minggu lalu (8/12).
BACA JUGA: Bersuami Dokter Umplung, Tiga di Antara Empat Anak Ikuti Jejak
Kami naik dari Daheqing Station yang ada di ketinggian 3.500 meter.Sambil diayun-ayun kereta yang berjalan pelan, pengunjung bisa menyaksikan pesona keindahan Gunung Jiaozi yang angkuh di kejauhan. Angin sesekali bertiup kencang. Itu membuat kereta gantung yang maksimal untuk dua orang tersebut terayun ke kanan dan kiri.
Persis seperti dalam adegan Twilight, saat ada tamu tak diundang, gagak selalu muncul di rumah keluarga Cullen. Teriakan burung hitam itu juga terdengar dari dalam cable car yang kami naiki. Sesekali mereka terbang mendekat, menunjukkan sosoknya kepada penumpang kereta gantung.
”Wah, itu dia, ada dua burung yang mendekat,” ujar Sutrisno, wartawan harian Analisa, Medan. Dia berupaya mengabadikan burung gagak yang mendekat tersebut. Akibatnya, goyangan kereta gantung kami makin terasa. Sekitar 20 menit kami bergelantungan di atas hutan pinus sebelum sampai di upper station.
BACA JUGA: Dani Ferdian, Pendiri Dokter Volunteer, Penyebar Prinsip Mengabdi kepada Masyarakat
Dalam perjalanan siang itu, kami dipandu Pao Kui Kuen, asisten manajer di Kunming Jiaozi Mountain Development Co Ltd. Seperti kebanyakan pemandu wisata di Kunming, Pao juga tak cakap berbahasa Inggris. Dia lebih banyak menyampaikan penjelasan dengan bahasa Mandarin. Meskipun, kalau ditanya dalam bahasa Inggris, dia tetap paham.
”Mari kita lanjutkan perjalanan penyusuri aliran-aliran air yang membeku,” ujar Pao.
Baru menapak beberapa meter, rombongan dibuat kagum saat melihat sebuah aliran air kecil yang menjadi es. Shutter-shutter kamera pun bergantian mengabadikan fenomena unik bagi pengunjung.
”Ayo, kita naik lagi. Itu baru sebagian kecil dari apa yang akan saya tunjukkan,” ajak Pao.
Sekitar 600 anak tangga harus kami naiki untuk menuju Feilai Waterfall. Dalam perjalanan itu, kami juga menemukan sejumlah aliran air yang membeku, termasuk Sungai Huaxi. Sungai tersebut cukup lebar dan jika tidak beku, aliran airnya tampak sangat deras.
”Dari sini kita bisa berfoto dengan pemandangan yang lebih bagus,” ujar Pao menunjuk ke arah jembatan kayu yang disediakan di spot Sungai Huaxi.
Dari atas jembatan tersebut saya bisa melihat gugusan pegunungan di Kunming yang begitu elok. Menjelang sore, kabut seperti tirai yang menyelimuti gunung yang berada di barisan belakang gugusan.
”Saat sunset pemandangannya lebih bagus lagi,” kata Pao sambil mengabadikan aktivitas kami dengan kamera DSLR-nya.
Jika punya banyak waktu, pengunjung bisa menjelajahi Gunung Jiaozi hingga puncaknya di ketinggian 4.223 meter. Dari kejauhan saya melihat ada beberapa pengunjung yang melakukan pendakian itu. Kebanyakan mereka wisatawan muda. Ada yang tampak membawa tabung oksigen di antara mereka.
Pengelola tempat wisata itu menyediakan empat pilihan paket perjalanan pendakian. Yakni, paket 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 9 jam. Pao menjelaskan, Gunung Jiaozi bisa dinikmati dalam musim apa pun. Sebab, ada keindahan berbeda yang ditawarkan setiap musim.
”Karena itu, untuk menggambarkan keindahannya disebut four seasons in one mountain,” paparnya.
Gunung Jiaozi berada sekitar 180 km dari pusat kota Kunming. Perjalanan ke kawasan tersebut membutuhkan waktu sekitar 3,5 jam. Bus yang kami tumpangi berhenti di Sifangjing Tourist Service Center. Saat musim dingin, di area dengan ketinggian 3.140 meter itu pengunjung bisa menikmati salju yang turun.
Di Sifangjing Tourist Service Center tersebut pengunjung bisa mempersiapkan segala sesuatu untuk pendakian gunung. Misalnya, membeli peralatan mulai sarung tangan sampai jaket-jaket bermerek seperti The North Face, Jack Wolfskin, dan Salomon. Dari situ kita akan diangkut dengan bus khusus yang berukuran lebih kecil.
Kendaraan itu membawa kami ke pemberhentian bus Xiapingzi di ketinggian 3.500 meter. Bagi penggemar cycling, jalur bus tersebut sepertinya perlu dicoba sebagai trek bersepeda. Sebab, jalur menanjak dan berliku di lokasi itu tak begitu curam dan pemandangannya pun keren. Bus yang membawa kami pun tak perlu ”ngeden” untuk melahap jalur tersebut. Lokasinya hampir mirip tanjakan di Genting Highlands, Malaysia.
Selain Jiaozi Mountain, objek wisata perbukitan lain yang bisa kita nikmati di Kunming adalah Xishan Mountain. Lokasi wisata tersebut ada di sebelah barat pusat Kota Kunming sehingga disebut Western Hills. Lokasi itu juga memiliki nama Sleeping Buddha Hills karena konon bentuknya seperti Buddha yang tertidur.
Spot tersebut menyuguhkan pemandangan Kota Kunming dan danaunya yang besar, Dianchi. Pemandangan itu bisa dinikmati dengan menyisir pinggir bukit atau menggunakan cable car terbuka seperti di objek wisata Jiuxiang Karst Cave. Di situ pengunjung akan menemui Dragon Gate. Konon, jika seseorang bisa memegang bola di atas kepala naga, keinginannya akan dikabulkan.
”Kalau belum mengunjungi Western Hills, berarti Anda belum ke Kunming,” ujar Yoyo Yang, pemandu dari Kunming Municipal Tourism Bureau. (*/c10/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Perempuan Berkerudung dan Hantu Api di Pelintasan Kereta
Redaktur : Tim Redaksi