Kisah Perempuan Berkerudung dan Hantu Api di Pelintasan Kereta

Kamis, 12 Desember 2013 – 00:12 WIB
Suasana jam sibuk di pelintasan kereta Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, Rabu (11/12). Foto: Boy/JPNN

jpnn.com - Tujuh nyawa melayang akibat kecelakaan Kereta Rel Listrik 1311 dari arah Serpong menuju Jakarta dengan truk tangki bahan bakar minyak yang melintas dari arah Tanah Kusir menuju Pondok Aren di pelintasan Pondok Betung, Bintaro Permai, Jakarta Selatan, Senin (9/12). Kini, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) tengah menyelidiki penyebab insiden itu. Namun, warga di sekitar lokasi kejadian punya cerita sendiri tentang hal mistis di sekitar lokasi.

Boy M. Kusdharmadi, Jakarta

BACA JUGA: Ditunggui Makhluk Halus Bermuka Rata

SEOLAH sudah menjadi hal lazim ada kisah mistis yang mengiringi insiden kecelakaan yang memakan korban jiwa. Rel kereta pun tak jauh dari kisah-kisah mistis itu. Pascakecelakaan di siang bolong itu, pelintasan rel kereta di Pondok Betung itu menjadi perhatian masyarakat. Apalagi, kecelakaan kali itu merupakan insiden terbesar sejak tragedi kecelakaan kereta di Bintaro pada 19 Oktober 1987 yang menewaskan tak kurang 150 orang.

Selain karena adanya ledakan yang menimbulkan kobaran api yang besar, kecelakaan kali ini juga menyebabkan tujuh nyawa melayang dan puluhan penumpang KRL lainnya harus dirawat di rumah sakit. Pelintasan itu memang sudah dibuka sehari setelah peristiwa memilukan itu. Lalu lintas kereta juga terpantau sudah normal.

BACA JUGA: Ningsih Terjepit di Kolong Gerbong, Rosmaliah Selamatkan Empat Anaknya

Hanya saja, ketika melintasi pelintasan, kereta harus mengurangi kecepatan. Frekuensi kendaraan roda dua maupun empat yang melewati pelintasan kereta baik dari arah Tanah Kusir menuju Pondok Aren maupun sebaliknya juga terlihat padat. Sedangkan petugas kepolisian terus berjaga-jaga untuk memastikan kelancaran lalu lintas dan keselamatan pengguna jalan.

Menurut beberapa warga, lokasi pelintasan itu hanya beberapa ratus meter dari lokasi kecelakaan kereta yang dikenal dengan Tragedi Bintaro pada 1987 silam. Salah satu warga setempat, Taswa menuturkan, di pelintasan itu memang sudah kerap terjadi kecelakaan. Hanya saja tidak sebesar seperti sekarang, apalagi pada 1987 silam.

BACA JUGA: Selamat Setelah Memecahkan Kaca dengan Tendangan

"Di sini memang sering terjadi kecelakaan. Kemarin juga pernah, tapi tidak sampai meninggal dunia. Hanya patah tulang saja," kata pria 64 tahun itu saat ditemui di sekitar rel, Rabu (11/12).

Pria yang lebih dikenal dengan panggilan Ta itu duduk santai di teras sebuah warung menghadap rel kereta. Matanya menerawang memandang kemacetan pintu pelintasan oleh aktivitas warga yang lalu lalang.

Bekas kuli yang mengaku sudah lama pensiun karena faktor usia itu mengaku sudah sejak tahun 1970-an bermukim di sekitar rel. Karenanya, ia mengaku sering mendengar kisah-kisah mistis di sekitar lokasi.

Taswa pun seolah paham betul tentang perubahan-perubahan lahan dan bangunan di sekitar rel dan rumah tempat tinggalnya. "Banyak pohon pisang dulu di sini," tuturnya.

Ia pun tak menampik adanya kesan angker di kawasan itu. Bahkan, dia  menyebut pernah ada yang melihat sosok perempuan berjilbab di pelintasan rel. "Perempuan berjilbab pernah terlihat," katanya.

Ia mengatakan, tidak semua orang bisa melihat sosok perempuan itu. "Kalau yang begituan tidak semuanya, hanya orang-orang tertentu saja," paparnya.

Namun, kata dia, sosok perempuan itu tidak pernah mengganggu masyarakat setempat. "Tidak, tidak pernah menggangu," ujarnya.

Penjaga pintu pelintasan kereta, Dahlan juga mengaku pernah mendengar adanya makhluk gaib di sekitar rel di Bintaro itu. "Tapi, kalau dia muncul kapan kita tidak tahu. Itu perkiraan saya," ujarnya.

Menurutnya, maklhuk gaib itu lebih dikenal dengan sebutan ganaspati. Namun, ia mengaku belum pernah melihatnya. "Kalau dia keluar bentuknya seperti api," ujarnya.

Dahlan menuturkan, dirinya sudah kerap meminta masyarakat untuk tidak menerobos jalur ketika kereta hendak lewat. "Sering kita imbau pakai microphone, bahkan sampai teriak-teriak," imbuhnya.

Sedangkan Kepala Kepolisian Sektor Metropolitan Pesanggrahan, Jaksel Komisaris Polisi Deddy Arnadi mengatakan, kondisi lalu lintas di pelintasan kereta itu memang padat. Ia pun meminta masyarakat untuk bersabar ketika menunggu kereta melintas.

"Masyarakat harus sabar. Memang kendalanya kalau pagi dan sore itu volume kendaraan cukup tinggi baik mobil dan sepeda motor,"  ujarnya.

Saat ini kepolisian tengah mendalami kasus itu. Sudah tujuh saksi diperiksa. Namun, belum ada pihak yang ditetapkan menjadi tersangka. (boy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Merasakan Nikmatnya Transportasi Publik Modern di Tokyo


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler