Guru Besar IPB dan ITB Sambut Baik Upaya Kementan Wujudkan Pertanian Berkelanjutan

Sabtu, 11 Juni 2022 – 18:42 WIB
Kementan menggelar bimbingan teknis pembuatan Biosaka sekaligus demplot di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Jatisari, Kawarang, Sabtu (11/6). Foto: Dokumentasi Kementan

jpnn.com, KARAWANG - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mewujudkan penerapan pertanian berkelanjutan.

Upaya tersebut mendapat sambutan baik guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).

BACA JUGA: Kementan Ajak Jajarannya Jaga Ketahanan Pangan Nasional, Ini Tujuannya

Seperti diketahui, Kementan terus mendorong penerapan pertanian berkelanjutan melalui penggunaan bahan-bahan organik lewat demplot, uji coba dan riset Biosaka yang terbuat dari rerumputan yang dicampur dengan air lalu dihancurkan.

Setelah itu dapat diaplikasikan langsung di lahan untuk semua jenis tanaman.

BACA JUGA: Kementan Berkomitmen Realisasikan 100 Persen Pengadaan Alsintan Bersertifikat TKDN

Mengupas tuntas Biosaka berbahan alami ini, Kementan menggelar Webinar Bimbingan Teknis Propaktani pembuatan Biosaka sekaligus demplot di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Jatisari, Kawarang, Sabtu (11/6).

Hadir pada bimtek tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi.

BACA JUGA: Kementan-Kemenperin Terus Kembangkan IKM Hilirisasi Pangan

Kemudian hadir juga Prof Robert Manurung dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB, Prof Iswandi Anas dari IPB, Muhamad Ansar penggagas Biosaka serta Dr Rachmat dari Direktorat Serealia memberikan pengalaman dan penjelasan dari aspek ilmiah mengenai biosaka.

Mentan SYL mengapresiasi dan menyambut baik inovasi Biosaka ini demi masa depan pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan.

Dia menegaskan akan terus mengawal dan menuntaskan masalah pertanian, termasuk mendukung inovasi-inovasi baru yang dapat meningkatkan produksi dan meningkatkan kesejahteraan petani.

"Saya ucapkan terima kasih atas keterlibatan banyak pihak. Butuh tangan bersama, karena pertanian tidak bisa berjalan sendiri. Masalah pupuk merupakan salah satu masalah yang harus kita pecahkan bersama," kata Mentan SYL.

Dirjen Tanaman Pangan Suwandi menambahkan penggunaan bahan organik memiliki manfaat yang banyak.

Selain menekan biaya produksi, juga mengurangi hama penyakit sehingga hasil panen lebih bagus.

Tak hanya, manfaat lainnya adalah tanah menjadi lebih subur, harga hasil panen menjadi bagus, dan membuat petani mendapat untung yang besar.

Menurut Dirjen Suwandi, dengan semakin mahalnya harga pupuk dunia harus mencari alternatif dan solusi dalam memangkas biaya produksi pangan.

"Saat ini menjadi momentum untuk petani beralih ke produk-produk yang tersedia di alam, murah dan bisa dibuat sendiri seperti pupuk kompos, pupuk organik cair, kascing (bekas cacing), Biosaka, dan inovasi lainnya," ujarnya.

Prof Robert Manurung mengatakan Biosaka bukanlah pupuk, tetapi elisitor.
Tanaman elisitor adalah suatu tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder.

"Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan. Elisitor intinya memberikan signal pada tanaman dan si tanaman tersebut melakukan reaksi ditubuhnya sehingga dia bisa memunculkan sel-sel hebat dan hormon-hormon yang bagus buat pertumbuhan,” paparnya.

Sementara itu, Prof Iswandi Anas menjelaskan tanaman dapat tumbuh sehat, kuat, produksi tinggi, vigor atau kuat, tahan serangan hama penyakit hanya pada tanah yang sehat.

Tanah yang sehat itu memiliki sifat kimia, fisik dan biologi yang baik dan tidak ada senyawa beracun.

"Kita masih harus sama-sama berjuang agar sistem pertanian perkelanjutan di Indonesia bisa terwujud," kata Prof Iswandi.

Dia meyakini pertanian yang berkelanjutan secara teknologi dapat dilaksanakan karena secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial dapat diterima masyarakat dan tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan.

"Langkah yang harus dilakukan adalah gunakan pupuk organik dan hayati, kurangi takaran pupuk kimia atau pestisida dengan bijak dan ecofarming,” terangnya.

Lebih lanjut Prof Iswandi menyampaikan pupuk utama itu adalah pupuk organik, sedangkan pupuk sintesis itu adalah pupuk tambahan.

Pupuk organik dapat memperbaiki hampir semua sifat tanah (fisik, kimia, biologi tanah), mengandung semua unsur hama esensial 13/16, dapat dibuat sendiri oleh petani di lokasi dan mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia.

"Yang kurang dalam pupuk organik adalah NPK yang bisa ditambahkan sebagai pelengkap penting,” tegasnya.

Rachmat dari Direktorat Serealia Kementan menjelaskan Biosaka berbahan alami yang diperoleh dari tanaman sehat sekitar.

Budidaya padi dan kedelai sudah menunjukan hasil yang sangat menjanjikan pada daya tahan tanaman terhadap stres serta peningkatan produktivitas lahan padi dan kedelai.

Dia menambahkan pemanfaatan biosaka sebagai bahan elicitor di Indonesia relatif masih baru dan masih perlu terus diuji dan dikembangkan di masa depan di berbagai daerah dengan kondisi dan karakteristik lahan berbeda.
Salah satu pemanfaatan biosaka yang sangat potensial dan menjanjikan adalah dalam penanganan stress budidaya tanaman pada lahan dengan PH rendah dan salinitas tinggi.

“Barang ini (biosaka) hanya bisa dibuat sendiri, gratis, bahannya dari alam dan kita gunakan untuk alam. Jadi tidak diperjualbelikan dan tidak ada yang jual juga," kata Rachmat.

Dia berharap biosaka menjadi sebuah gerakan masal para petani sebagai upaya menyelamatkan alam, kembali ke alam dan memanfaatkan bahan alami untuk kelestarian dan keberlanjutan.

Muhammad Anshar selaku penggagas Biosaka mengatakan produknya berasal dari rumput-rumputan, ilalang atau tanaman apapun yang ada di sekitar lahan sawah ataupun tegalan asalkan dalam kondisi sehat.

Proses pembuatan Biosaka harus secara manual (diremas) tidak dapat menggunakan alat seperti blender atau sejenisnya.

"Saya yakin Biosaka yang dibuat bisa menghilangkan ketergantuan para petani dari pupuk bersubsidi (kimia) dan sudah terbukti biaya produksi jadi hemat sekitar tiga juta," ujarnya.

Perlu diketahui, dalam BTS Propaktani ini para peserta diajari langsung oleh Anshar cara memilih dedaunan, rumput untuk membuat Biosaka.

Mereka antusias dan langsung mempraktikkan cara meramu, memeras dan melihat kualitas hasil biosaka yang masing-masing dibuat.

Banyak yang penasaran mencoba, beberapa petani, penugasan lapang berhasil mempraktikkannya.

Untuk pemilihan rumput pembuatan Biosaka, harus memakai rumput yang sehat yang tidak tercampur bahan kimia dan harus diketahui masa pertumbuhan rumput berada di fase vegetatif atau generatif. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler