jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip) Prof Dr Andi Cahyo Kumoro ST MTia mengatakan migrasi zat Bisphenol A (BPA) dari kemasan plastik lebih cepat prosesnya.
Menurut Andi, ada dua pemicu cepatnya proses migrasi BPA, yakni goresan dan panas.
BACA JUGA: Arzeti Bilbina Ingatkan Para Ibu Agar Teliti Memilih Kemasan Plastik
"Jika ada pemanasan dan goresan migrasi BPA akan lebih cepat dibandingkan tidak ada guncangan atau tidak ada perlakuan thermal," kata Andi kepada awak media, baru-baru ini.
Dia mengungkapkan kemasan plasti dengan kode daur ulang 7 memiliki potensi besar cepat terjadinya migrasi BPA. Oleh karena itu, kemasan tersebut wajib menjadi perhatian serius.
BACA JUGA: Ingatkan Para Orang tua, Komnas Anak: Pilihlah Produk Kemasan Plastik Berizin BPOM
Dia pun menyarankan untuk tidak menyimpan kemasan plastik terlalu lama di rumah. Sebab, saat plastik mulai rapuh maka mempermudah migrasi BPA dari struktur polikabrbonat yang ada.
"Artinya, kalau produknya mengandung minyak atau kemasannya sudah lama ditambah ada pemanasa, penggoresan lalu dikocok-kocok misalnya, itu akan mempercepat laju peluruhan atau migrasi senyawa BPA ini ke produk yang tersimpan dalam kemasan tersebut," bebernya.
BACA JUGA: Kemenperin: Isu Negatif BPA pada Galon Memengaruhi Industri Makanan & Minuman
Dia juga mengingatkan bahaya yang ditumbulkan jika terpapar BPA. Dikatakannya, di anak-anak akan mengganggu sistem saraf, kemudian akan mengubah perilakunya. Bagi ibu hamil, bisa terjadi miscarriage atau keguguran.
Andri pun setuju jika di Indonesia perlu menerapkan regulasi pelarangan penggunaan kemasan plastik yang mengandung BPA.
Dia juga mendukung apabila BPOM sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap keselamatan konsumen mampu melakukan pembatasan.
"Jadi, saya rasa sudah semestinya BPOM mengusulkan regulasi yang lebih jelas dan terkontrol bahwa produk yang menggunakan kemasan sebaiknya bebas BPA," tuturnya. (jlo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh