Guru Ini Sering Bikin Onar, Muridnya Disuruh Nyari Undur-undur

Kamis, 04 Desember 2014 – 16:27 WIB

jpnn.com - SIMALUNGUN – Sebulan lamanya siswa kelas 6 SDN 097322 Silau Bayu, Kecamatan Gunung Maligas, Simalungun, Sumut, tidak melangsungkan proses belajar mengajar sebagaimana mestinya. Ini terjadi karena ulah salah seorang guru PNS bernama Asnawaty Damanik yang selalu berbuat onar.

Beberapa orangtua siswa pun mendatangi kepala sekolah meminta agar mengambil tindakan tegas.

BACA JUGA: Pemerintah Desak Lapindo Bayar Hutang Ganti Rugi Rp 781 Miliar

“Senin depan siswa kelas 6 akan melangsungkan ujian semester. Kami meminta Kepala Sekolah Montrado Manik mengambil tindakan demi berlangsungnya ujian serta proses belajar yang aman dan nyaman,” ujar salah seorang orangtua siswa, Nuriman Sinaga (46), yang turut datang ke sekolah, Rabu (3/12).

Warga Huta I Siulak-ulak, Nagori Tumorang, Kecamatan Gunung Maligas, ini mengaku kesal dengan sikap kepala sekolah yang membiarkan kejadian tersebut berlarut-larut. “Bagaimana tidak. Satu bulan lamanya anak kami tidak melangsung proses belajar mengajar. Itu pun tidak dapat ditanggulangi kepala sekolah,” kesalnya.

BACA JUGA: Kota Jogja Terkumuh, Disusul Kabupaten Sleman

Dia mengatakan, persoalan ini sudah berlangsung cukup lama. Bahkan, selain protes secara lisan, para orangtua siswa juga sudah menyampaikan keberatan melalui surat tentang keberatan atas keberadaan Asnawaty di sekolah tersebut. “Sudah tiga kali kami mengirimkan surat keberatan ke pihak sekolah, terakhir tanggal 19 November 2014 lalu. Namun sampai sekarang guru yang bersangkutan tetap saja masih bebas membuat keonaran di sekolah tersebut,” tandas Nuriaman.

Isi surat pernyataan sikap itu menyatakan, dari hasil musyawarah orangtua siswa, mereka memohon agar kepala sekolah atau instansi bersangkutan memindahkan atau memutasi Asnawaty ke sekolah lain supaya tidak mengganggu SDN 097322 Silau Bayu.

BACA JUGA: Jadi Tersangka Korupsi, Direktur RSUD Cilegon Bantah Lalai

“Surat itu ditandatangani Pangulu Silau Bayu Samiin dan Ketua Komite SDN 097322 Hartono Saputra, tetapi tetap saja si guru yang suka mengganggu itu tidak bisa teratasi. Pemerintahan apa seperti ini? Menyelesaikan satu orang guru saja tidak mampu,” kesal Nuriaman.

Masdiati Damanik, guru wali kelas 6, menerangkan, peristiwa ini terjadi sejak tahun 2012 lalu. Awalnya, Asnawaty ditugaskan di sekolah tersebut pada 2011 dan memegang tugas sebagai guru wali kelas 4. Lalu, tahun 2012, saat kenaikan kelas, dia tidak mau lagi ditugasi sebagai guru wali kelas. Asnawaty kemudian dipindahkan menjadi guru olahraga dan bidang studi Aksara Simalungun. Namun tugas yang diberikan kepala sekolah tidak dikerjakan.

Katanya, Asnawaty lebih memilih tidur di rumah yang ada di komplek sekolah daripada mengajar siswa. “Bisa ditanya guru yang lain. Selama tahun 2012, Asnawaty hanya tidur di rumah di komplek sekolah,” terang Masdiati.

Dia mengatakan, memasuki tahun 2013, Asnawaty tidak lagi dibebani tugas-tugas di sekolah, baik menjadi guru bidang studi atau guru wali kelas. Karena semua yang ditugasi kepala sekolah, semua diabaikannya dan tugas yang seharusnya dikerjakan Asnawaty diambil alih oleh guru-guru honor.  

Bahkan, masih di tahun yang sama, Asnawaty menarik semua lembar jawaban ujian triwulan sekolah (UTS) kelas 5 saat ujian berlangsung. Masih di tahun yang sama, kertas ujian try out kelas 6 juga diambil Asnawaty dari tangan para siswa saat ujian berlangsung.

“Begitupun, kami tidak ambil open (tidak peduli, red), asal Asnawaty bisa aman. Dan, saat itu, Asnawaty juga membuat surat perjanjian disertai materai yang isinya tidak akan mengulangi perbuatannya,” jelas Masdiati.

Memasuki tahun 2014, Asnawaty berulah lagi. Mengantisipasinya, tepat pada tanggal 12 November, Masdiati mengaku mengunci pintu dari dalam saat proses belajar mengajar berlangsung.

Hanya saja, saat pintu dikunci, Asnawaty menggedor-gedor bahkan menendang pintu tersebut sampai terbuka. Saat peristiwa tersebut, Asnawaty mengatakan bahwa Masdiati tidak pantas menjadi guru wali kelas enam. Namun saat ditawari menjadi guru kelas 6, Asnawaty menolaknya.

“Pas ibu Asnawaty itu bilang saya tidak pantas menjadi guru kelas 6, saat itu juga saya mengatakan, ‘Nah, siapa yang mau menjadi guru kelas 6, ambil’ Tapi tidak ada yang mau. Karena saya juga sudah capek menghadapi orang seperti itu. Sewaktu saya mengadu sama kepala sekolah, katanya tunggu dulu, tunggu dulu,” papar Masdiati.

Masdiati menambahkan, atas segala keonaran yang dilakukan Asnawaty, kepala sekolah juga pernah marah sampai memukul meja. Hanya saja, kemarahan kepala sekolah diabaikan Asnawaty sambil mengatakan, “Ngapain marah-marah, tidak ada arti.”

Bahkan, kata Masdiati, saat kepala sekolah marah, Asnawaty malah joget-joget. “Begitulah kronologis yang telah diperbuat Asnawaty di sekolah ini. Tidak ada saya menutup-nutupi dan tidak ada membela siapa-siapa. Memang itu yang sebenarnya,” tegas Masdiati yang mengaku sudah mengajar di SDN 097322 sejak tahun 1997.

Tak terima atas pembiaran keonaran guru tersebut, Rabu (3/12) sekira pukul 08.00 WIB, sekitar 20 orangtua siswa mendatangi kantor guru, meminta kepala sekolah segara mengeluarkan Asnawaty dari sekolah.

Kepala SDN 097322 Montrado Manik yang mengetahui kedatangan para orangtua siswa mengajak mereka duduk bersama guna menemukan jalan keluar permasalahan ini.

Montrado mengatakan, untuk mengantisipasi kericuhan saat ujian yang akan dilangsungkan Senin depan, Montrado akan memindahkan kelas 6 ke ruangan lain. Selain itu, Montrado mengatakan, demi menjaga kekondusifan proses ujian berlangsung, pihaknya akan mengundang Dinas Pendidikan untuk mengawasi ujian.

“Persoalan ini sudah kita sampaikan ke UPTD dan Dinas Pendidikan Simalungun melalui surat nomor 421/83/SD/SB/2014,” ujar Montrado.

Cari Undur-Undur Dibayar Rp 5.000

Terpisah, DM, siswa kelas 6, mengatakan bahwa guru bernama Asnawaty memang suka mengganggu siswa. IM, siswa kelas 5, juga mengaku pernah disuruh Asnawaty mencari binatang undur-undur (sejenis serangga yang sering melobangi tanah dan bersarang di bawah tanah).

IM mengaku, mencari satu binatang undur-undur saja sulit. AG, siswa kelas 4 juga disuruh mencari undur-undur. Saat itu dia mengaku mendapatkan 25 ekor, lalu Asnawaty memberinya uang Rp5.000. Tapi, gara-gara mencari undur-undur, AG tidak belajar. “Kami tidak tau buat apa undur-undur itu. Kami takut nanya sama ibu itu. Asal disuruh, kami cari saja,” aku AG.

Masih di SDN 097322, IL, siswa kelas 6 dan temannya GL, mengaku pernah didorong Asnawaty saat menghapal mata pelajaran IPS, kemudian mereka disuruh duduk.

“Gak usah belajar saat ini karena gurunya ada dua,” kata IL menirukan perkataan Asnawaty.

“Kalau ibu Asnawaty datang, kami keluar semua, Bang, sambil main bola,” kata IL diaminkan teman-temannya.

IL menambahkan, satu bulan terakhir, Asnawaty setiap pagi, sekitar pukul 08.00 WIB, masuk ke ruang kelas 6 dan di ruangan itu dia menyantap sarapannya berupa nasi bungkus.

“Pernah kami pas ujian matematika, kertas jawaban dan soal ditarik semua sama ibu Asnawaty itu. Waktu ujian try out semua diambil, ntah untuk apanya,” terang IL diaminkan semua siswa kelas 6 sembari mengatakan bahwa siswa kelas 6 ada sebanyak 17 orang, perempuan delapan orang dan laki-laki sembilan orang.

Sementara, Asnawaty yang dikonfirmasi Metro Siantar (Grup JPNN) mengakui hal tersebut dan mengatakan bahwa dia melakukan hal tersebut karena kepala sekolah dinilainya tidak membagi tugas guru dengan baik.

Dia menilai, kepala sekolah lebih mengutamakan guru honor ketimbang guru PNS. “Saya guru PNS dan tugas-tugas yang diberikan kepala sekolah kepada guru PNS dan guru honor, itu tidak pas menurut saya,” kata Asnawaty.

Dia juga mengatakan akan menyampaikan persoalan ini sampai ke tingkat Kementerian.

“Sekarang saya sedang membuat surat. Apa yang terjadi di sekolah ini akan saya sampaikan ke Menteri,” katanya.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Simalungun Wasin Sinaga hingga saat ini belum berhasil dikonfirmasi terkait masalah tersebut. Telepon selularnya tak aktif saat dihubungi METRO. (end/aar)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pamit Nonton Konser, Siswi Hilang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler