JAKARTA -- Direktur Profesi Pendidik, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Achmad Dasuki menerangkan, jumlah guru produktif untuk bidang studi kejuruan, masih langka. Dengan kata lain, jumlahnya masih cukup minim.
"Kendala tersebut diakibatkan karena belum semua Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan (LPTK) mampu menyediakan bidang studi kejuruan," jelas Dasuki kepada JPNN ketika ditemui di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional, Rabu (26/5)Bidang-bidang produktif yang dibutuhkan antara lain, pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambahan dan galian, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, transportasi dan komunikasi, keungan,persewaan dan jasa perusahaan.
Sementara, lima bidang produktif yang paling banyak membutuhkan guru , adalah keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (6.377 guru), transportasi dan komunikasi (5.636), dan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan (2,722).
Dasuki menerangkan, untuk memenuhi guru baru pada sekolah menengah kejuruan (SMK), khsusunya guru kelompok produktif, diperlukan peran 22 Politeknik yang sangat besar
BACA JUGA: Dana Pendikan Habis untuk Bayar Guru
Tujuannya untuk meningkatkan kualifikasi akademik guru dan calon guru SMK produktif berkualifikasi D-3 menjadi D-4Lebih jauh Dasuki menambahkan, kebutuhan guru SMK produktif dari 2010-2014 sebanyak 33.342 orang
BACA JUGA: RI-UE Teken MoU Dana Hibah Pendidikan Rp 2,4 Triliun
Dari jumlah tersebut, lanjut Dasuki, sebanyak 21.656 orang merupakan kebutuhan guru SMK produktif yang termasuk kategori bidang studi langka.Sementara untuk memenuhi guru SMK produktif yang langka tersebut, pihak Kemdiknas pada tahun 2010 memprogramkan sebanyak 5.445 guru ikut diklat khusus di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK) teknologi yang relevan
BACA JUGA: Guru Malas, Tunjangan Profesi Dicabut
(cha/jpnn)BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Malas, Tunjangan Profesi Dicabut
Redaktur : Tim Redaksi