Gus Jazil Bicara Peran Ulama dan Santri Mempertahankan Kemerdekaan

Senin, 12 Oktober 2020 – 17:07 WIB
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid (Gus Jazil). Foto: Humas MPR RI.

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid mengatakan peringatan Hari Santri setiap 22 Oktober merupakan upaya untuk mengenang kembali bagaimana para ulama atau kiai dan umat Islam di Tanah Air ikut terlibat langsung dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di medan pertempuran.

“Umat Islam di bawah komando kiai memanggul senjata maupun tidak, pergi ke medan pertempuran untuk mempertahankan Indonesia dari penjajah yang menolak menyerah,” kata Jazilul di Jakarta, Senin  (12/10.

BACA JUGA: Saran Ketua MPR RI untuk Mengakhiri Polemik UU Cipta Kerja

 

Perjuangan itu menurut Waketum PKB ini, menunjukan bahwa para ulama dan umat Islam peduli terhadap masa depan bangsa ini. “Bayangkan bila para kiai tidak mengeluarkan Resolusi Jihad pada masa itu,” lanjut Jazilul.
 
Menurutnya, dengan adanya Resolusi Jihad, umat Islam yang berada dalam radius 94 km dari tempat masuk dan keberadaan musuh, penjajah, diwajibkan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA: Datangi Tempat Hiburan Malam di Medan, Kolonel Azhar Kecewa

 

“Seluruh umat Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan santri dengan senjata atau tidak wajib bela negara,” tuturnya. Sedang ummat Islam yang berada di luar radius 94 km, hukumnya fardu kifayah dalam ikut ke medan pertempuran.
 
Semangat para kiai dan umat Islam inilah yang menurut Gus Jazil -panggilan Jazilul, perlu diteladani oleh generasi bangsa ini. Sebab, kiai dan ulama terbukti mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan golongan.

BACA JUGA: Ruhut Sitompul: Masih Punya Nyali untuk Demo? Sudahlah

Seruan kiai dikatakan membuat umat Islam berani ke medan pertempuran. “Demi membela kebenaran mereka sudi menghadapi musuh yang terlatih dan memiliki senjata yang hebat pada masa itu,” ujar Gus Jazil.
 
Alumni PMII itu menceritakan pada 21 Oktober 1945, para kiai yang berasal dari Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya. Pertemuan membahas situasi terkini pada masa itu dipimpin oleh KH Abdul Wahab Hasbullah. Sehari setelahnya, tepatnya 22 Oktober 1945, Rais Akbar NU atau Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy’ari mendeklarasikan Resolusi Jihad.

Resolusi itu dikeluarkan untuk mempertahankan Surabaya dari penjajah yang menolak menyerah kepada bangsa Indonesia sekaligus melindungi rakyat dari kembalinya kekuatan asing menguasai negeri ini.

Resolusi itu menyerukan dan wajib hukumnya bagi umat Islam untuk berjuang ke medan pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan dilaksanakan oleh seluruh umat Islam.

“Sebagai seruan dari para kiai apalagi para pendiri NU, pastinya Resolusi Jihad dilaksanakan dengan penuh semangat oleh para santri yang jumlahnya ribuan. Dari sinilah menunjukan santri dan kiai mempunyai peran besar dalam mempertahankan kemerdekaan,” tambahnya.
 
Sejarah pada masa awal kemerdekaan itu juga menunjukkan bahwa kiai, umat Islam, dan santri mempunyai potensi yang besar bagi bangsa Indonesia.

Karena itu Gus Jazil berharap kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan keberadaan kiai, santri, dan pesantren. Ini penting sebab sesuai dengan tema Hari Santri tahun ini, yakni Santri Sehat Indonesia Kuat.

“Bila santri dalam kondisi yang lemah pasti Indonesia juga akan mengalami hal serupa,” pungkasnya.(jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler