Gus Mus dan Gus Yahya, Relasi Paman-Keponakan di Politik Kekinian

Rabu, 15 November 2023 – 11:05 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Foto/Arsip: PBNU

jpnn.com - Pantun yang tidak selesai diucapkan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), dinilai menggambarkan ke mana arah dukungan organisasi Islam itu di Pilpres 2024.

Memang tidak eksplisit. Namun, tokoh pers nasional Dahlan Iskan menilai arahnya sudah bisa diterka.

BACA JUGA: Analisis Dahlan Iskan soal Relasi Gibran & Puan: Jateng Jadi Medan Perang

Dahlan menukil pantun yang tidak selesai diucapkan Gus Yahya itu; Panen kates unggahno jaran. Yen ono....

"Nanti sajalah.... kalian akan tahu sendiri...pokoknya jaran," begitu Dahlan mengutip perkataan Gus Yahya soal lanjutan bait pantun itu, dalam esainya berjudul 'Arah Jaran', Disway edisi Selasa (14/11).

BACA JUGA: Gestur Gibran bin Jokowi di Depan Ketum PDIP Megawati

Dahlan mengatakan pantun dengan sampiran 'jaran' (kuda) itu sengaja tidak dilanjutkan, tetapi siapa pun yang suka pantun bisa menebak kata apa yang akan muncul di akhir pantun.

"Kan, Anda sudah tahu: dari semua capres-cawapres hanya satu yang namanya berakhiran huruf 'a' dan 'n'," ujar Dahlan dalam esainya.

BACA JUGA: Jubir KIM Irwan Fecho: Prabowo-Gibran Menang Satu Putaran Target Realistis

Menurut Dahlah, dari pantun yang terucap sampirannya saja itu pula, orang bisa menebak ke mana arah PBNU.

"Videonya telah beredar luas. Yakni video sebuah acara di Kendal, Jawa Tengah," lanjut Dahlan.

Dalam acara itu, pengurus PBNU bertemu dengan semua pengurus NU se Jawa Tengah. Tuan rumah mengundang pula seluruh pengurus NU tingkat kecamatan se-kabupaten Kendal. Forum itu selain dihadiri Gus Yahya, juga ada Sekjen PBNU Saifullah Yusuf.

Saat pertemuan itu, salah satu pengurus cabang berdiri. Mengajukan pertanyaan seputar Pilpres. Dia mengaku banyak mendapat pertanyaan dari anggota.

"Warga NU itu kalau diberi kebebasan malah bingung," Dahlan mengutip pertanyaan pengurus itu.

Oleh karena itu, si pengurus NU tersebut minta ketua umum PBNU memberikan bocoran, siapa capres yang harus didukung.

Pengurus itu meminta syarat. Itu pun sudah cukup, tidak perlu menyebut nama pasangan capres-cawapres.

Namun, Dahlan menilai Gus Yahya seperti enggan memberi isyarat. Dia minta warga NU bersabar. Toh, Pilpresnya masih beberapa bulan.

Akan tetapi, akhirnya Gus Yahya berpantun: "Ampel dekat Kaliwungu. Orang-orang nempel ke NU". Lalu berpantun lagi: "Panen kates tumpakno jaran. Yen ono..."

"Gus Yahya tidak melanjutkannya. Tanpa pantun seperti itu pun Kiai NU seperti KH Imam Jazuli Cirebon sudah tahu ke mana arah PBNU," ucap Dahlan dalam esainya.

Kiai Jazuli adalah pencipta motto "NU kultural wajib pilih PKB, NU struktural sak? karepmu". Motto lainnya: "Warga NU Wajib Ber-PKB".

Kiai Jazuli boleh dikata menjadi kiai paling depan yang menginginkan NU punya satu saja wadah perjuangan politik: PKB. Sebaliknya, kata Dahlan, Gus Yahya tidak ingin NU jualan suara.

"Warga NU itu 56,9 persen. Kalau hanya dijual untuk satu-dua amplop itu menjatuhkan martabat," begitu Dahlan mengutip ucapan Gus Yahya.

Nah, konon yang akan Gus Yahya lakukan bukanlah menjual NU. "Kita akan melakukan aliansi. Bukan jualan," Dahlan mengutip perkataan Gus Yahya.

Aliansi yang dimaksud Gus Yahya adalah menjalin hubungan dengan yang punya misi sama dengan NU. Dengan demikian tujuan organisasi Islam terbesar di Indonesia itu bisa tercapai, yakni untuk kejayaan NU dan kejayaan Indonesia.

"Intinya: Gus Yahya ingin Indonesia maju. Caranya: apa yang sudah dicapai sekarang harus berlanjut. Dan itu berarti harus "numpak jaran" (naik kuda)," tutur Dahlan.

Bagaimana dengan Khofifah Indar Parawansa –Gubernur Jatim saat ini? Dahlan menilai sudah pula ada isyarat yang sangat kuat ke mana dia akan melabuhkan dukungan.

"Itu bisa dilihat dari susunan pengurus tim kampanye nasional Prabowo-Gibran. Ada nama KH Asep Saifuddin Chalim di sana," ucap Dahlan.

Menurut Dahlan, kiai pondok Amanatul Ummah Pacet, Mojokerto, itu adalah koin yang sama dengan Khofifah –beda sisi saja.

Ayahanda Kiai Asep baru saja diangkat Presiden Jokowi sebagai Pahlawan Nasional, sehari sebelum Hari Pahlawan kemarin.

Presiden Jokowi juga hadir ketika Kiai Asep menerima gelar profesor di UINSA Surabaya dua tahun lalu. Lebih 20.000 santri belajar di Amanatul Ummah. Perguruan tingginya sudah punya program S-3.

"Kiai Asep all-out menjadikan Khofifah gubernur Jatim. Orang Jatim tahu itu. Kiai Asep-Khofifah selalu sejalan," kata Dahlan.

Maka Dahlan mengaku sulit menebak berapa persen suara NU akan ke Ganjar-Mahfud, ke Anies-Muhaimin, dan ke capres-cawapres yang justru bukan dari kalangan NU, Prabowo-Gibran.

Relasi Gus Mus dan Gus Yahya

Dahlan juga tidak bisa menerka bagaimana dengan kelompok Rembang. Terutama, soal hubungan KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dengan Gus Yahya.

Bakal capres Pilpres 2024 Ganjar Pranowo (berpeci hitam) saat sowan kepada K.H. Mustofa Bisri alias Gus Mus di Rembang, Jawa Tengah, Senin (13/11/2023) siang. Foto: supplied

"Saya sulit membayangkan bagaimana hubungan Gus Mus dengan Gus Yahya," ucap Dahlan dalam esainya.

Menurut mantan Menteri BUMN RI itu, kedua tokoh tersebut adalah 'Bapak' dan 'Anak'. (Gus Yahya adalah keponakan yang sudah dianggap anak oleh Gus Mus). Satu kampung. Satu pondok. Satu hati.

Namun, Dahlan menilai mereka sepertinya berbeda pilihan di Pilpres 2024.

"Kali ini Gus Yahya pilih naik kuda. Gus Mus menjadi satu barisan dengan tokoh-tokoh nasional yang kini anti-Jokowi: Goenawan Mohamad, E?rry Riyana, Butet Kartaredjasa, dan teman-temannya," tutur Dahlan.

Para tokoh nasional yang disebut Dahlan itu baru-baru ini sudah menemui Gus Mus.

"Mereka baru saja ke Rembang. Ke rumah Gus Mus: menggalang gerakan. Memperluas jaringan," ujar Dahlan.(dis/jpnn.com)

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengundian Nomor Urut Pilpres 2024, Gibran Cium Tangan Bu Mega


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler