jpnn.com - Masalah perdukunan sedang menjadi viral.
Yang pertama soal adu sakti antara seseorang yang disebut Gus Samsudin dengan seorang pesulap yang disebut sebagai ‘’Pesulap Merah’’.
BACA JUGA: Bikin Merinding, Pesulap Indonesia Hebohkan Asia Got Talent
Yang kedua film layar lebar ‘’Pengabdi Setan’’ sedang diputar di bioskop di Indonesia dan kabarnya banyak ditunggu oleh pecinta film klenik dan horor.
Dua hal itu terjadi hampir bersamaan dan menunjukkan kecenderungan publik terhadap perdukunan dan klenikisme yang sangat besar.
BACA JUGA: Dukun Palsu Pelaku Penipuan dan Pencabulan Ini Akhirnya Diringkus, Nih Penampakannya
Kasus Samsudin menunjukkan fenomena paradoks antara perdukunan dan kemajuan digital.
Di satu sisi, Samsudin mempraktikkan klenikisme, tetapi di sisi lain dia memanfaatkan media digital untuk mencari pengikut.
BACA JUGA: 4 Fakta Mengejutkan Pembakar Mobil Via Vallen, Alat Perdukunan, Berlagak Bego
Dukun sesakti apa pun sulit punya pengikut sampai satu juta orang.
Akan tetapi, dukun digital seperti Samsudin punya subscriber sampai 1 juta dan kanalnya di Youtube ditonton jutaan orang.
Dia membuat konten secara rutin dan memamerkan ‘’kesaktian’’ dengan melakukan pengobatan atau memamerkan kekuatan gaib.
Di Blitar, Jawa Timur, Samsudin punya padepokan yang diberi nama ‘’Nur Dzat Sejati’’.
Dia melengkapi namanya dengan sebutan ‘’Jadab’’, dari bahasa Arab yang berarti eksentrik dan mempunyai ilmu linuwih yang berbeda dengan orang-orang kebanyakan.
Dalam tradisi sufi, seorang ulama disebut ‘’jadzab’’ atau ‘’majdzub’’ ketika dia sudah menyatu dan tenggelam dalam kecintaan kepada Allah, sehingga tidak lagi memikirkan hal-hal duniawi.
Mereka yang majdzub sering kali bertingkah seperti layaknya orang gila.
Samsudin tentu bukan orang gila. Dia menyebut dirinya sendiri jadab, mungkin sebagai bagian dari strategi marketing.
Samsudin mengaku bahwa dirinya bukan gus atau kiai.
Sebutan gus hanya diberikan kepada anak kiai, tetapi sekarang sangat sering seseorang muncul dengan embel-embel gus supaya lebih berwibawa.
Dalam sebuah unggahan di medis sosial Samsudin mengaku bukan gus tetapi sekadar tukang pulung pencari rongsokan.
Ungkapan itu mungkin dimaksud merendahkan diri.
Akan tetapi, ketika dia menyebut dirinya sebagai jadzab maka hal itu berarti dia memberi julukan tinggi kepada dirinya sendiri.
Julukan jadzab hanya khusus diberikan kepada seseorang yang dianggap sebagai wali, dan tidak pernah ada wali yang menempelkan gelar jadzab di belakang namanya.
Fenomena Samsudin sudah pernah muncul sebelumnya di Jawa Timur.
Pada 2018, di Probolinggo muncul seseorang yang menyebut dirinya Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Dia mempunyai padepokan dengan banyak pengikut yang meyakini bahwa dia punya karamah dan kesaktian.
Dimas Kanjeng mengaku bisa menggandakan uang dan banyak orang yang percaya.
Ternyata hal itu hanya tipu-tipu dan dia dilaporkan ke polisi karena menggelapkan yang sampai Rp 10 miliar.
Akan tetapi, Dimas Kanjeng lolos dari hukuman karena pengadilan memvonisnya nol tahun.
Dimas Kanjeng kembali ditangkap karena tuduhan pembunuhan.
Dia diduga membunuh atau memerintahkan pembunuhan terhadap pengikutnya yang mulai mempertanyakan kesaktiannya.
Di padepokannya, ditemukan kuburan yang diduga berisi korban pembunuhan. Dimas Kanjeng akhirnya divonis 18 tahun.
Fenomena Dimas Kanjeng memunculkan paradoks yang membuat heboh.
Salah satu pengikut setia Dimas Kanjeng ialah Marwah Daud Ibrahim yang dikenal sebagai salah satu ilmuwan dan cendekiawan terkemuka di Indonesia.
Marwah, profesor dengan gelar doktor dari American University, Amerika Serikat, menjadi pengikut dan pembela setia Dimas Kanjeng karena mengakui kehebatan ilmunya.
Marwah sangat yakin Dimas Kanjeng tidak melakukan penipuan, tetapi memiliki karamah dan mukjizat.
Marwah bahkan pasang badan ketika Dimas Kanjeng menjadi tersangka kasus pembunuhan dan penipuan penggandaan uang.
Marwah bergabung dalam padepokan Dimas Kanjeng sejak 2011.
Dia yang menjadi Ketua Komisi Perempuan dan Anak Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Sekjen Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu mengaku sudah melakukan istikharah.
Dia mengaku tiga kali melihat Dimas Kanjeng bisa mendatangkan uang dengan mata kepalanya sendiri.
Marwah mantap habis-habisan membela Dimas Kanjeng.
Keyakinan Marwah Daud makin tebal karena Dimas Kanjeng yang dikenal humble dan sederhana ini berjanji menggunakan uang dari padepokan untuk pendidikan dan beasiswa anak Indonesia.
Marwah gerah kepada publik yang tidak mempercayai karamah yang dimiliki Dimas Kanjeng.
Dia mendorong Dimas Kanjeng untuk membuktikan karamah di depan publik agar tidak disebut sebagai penipuan.
Langkah Marwah yang percaya penuh terhadap klaim Dimas Kanjeng disayangkan sejumlah kalangan mengingat Marwah Daud dikenal sebagai akademisi yang seharusnya mengedepankan rasionalitas dan akal sehat.
Marwah Daud akhirnya menepati janjinya setia kepada Dimas Kanjeng dan memutuskan mundur dari MUI.
Marwah Daud Ibrahim, mengatakan Dimas Kanjeng ialah guru yang baik.
Dia menganggap Dimas Kanjeng sebagai orang istimewa yang dianugerahi ilmu dan karamah, bahkan bisa menjadi aset bangsa.
Menurut Marwah, saat ini adalah momen yang tepat untuk pergantian peradaban.
Indonesia membutuhkan peradaban yang berilmu dan beriman.
Percaya kepada Allah, percaya kepada yang gaib, dan menjalankan perintah Allah.
Menurut Marwah, tidak sembarang orang bisa memiliki kemampuan mirip kemampuan Dimas Kanjeng.
Dia bercerita, sebelum memutuskan bergabung dan menjadi Ketua Yayasan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Marwah mengaku sudah melakukan kontemplasi dan perenungan panjang.
Fenomena Marwah menjadi bukti paradoks antara rasionalitas dan spritualitas.
Orang sekelas Marwah bisa menjadi pengikut setia Dimas Kanjeng, apalagi orang-orang awam.
Karena itu, kemunculan spritualis yang mempraktikkan perdukunan dengan dilengkapi atribut fisik yang meyakinkan selalu mampu menarik banyak pengikut.
Dimas Kanjeng selalu berpakain khas hitam-hitam dengan peci tinggi dan rambut kelimis.
Dia juga memakai pakaian kebesarn mirip sultan lengkap dengan surban putih berhiaskan permata.
Dengan penampilan semacam itu, Dimas Kanjeng mampu menghipnotis orang untuk mempercayai kemampuannya.
Nama yang dipakainya juga mentereng, Dimas Kanjeng Taat Pribadi, sangat khas dan punya daya jual tinggi.
Samsudin juga memakai strategi yang mirip dengan Dimas Kanjeng.
Tongkongrannya khas dan meyakinkan.
Dia gemar memakai gamis panjang berwarna serba hitam.
Rambutnya panjang dicat warna merah dan ditutup peci hitam.
Salah satu penampilannya yang unik adalah tidak pernah memakai alas kaki ketika berjalan.
Di padepokannya, dia melakukan praktik pengobatan dengan metode spiritual.
Dengan kepiawaiannya memanfaatkan media sosial, dia mendapatkan banyak pengikut.
Namanya makin viral setelah Deddy Corbuzier mengundangnya untuk bericara di podcast dan memamerkan kesaktiannya.
Dia mengaku punya ilmu Kulhugeni yang merupakan kemampuan spiritual untuk dapat melakukan berbagai hal yang berada di luar nalar manusia.
Samsudin sering mempraktikkan ilmu Kulhugeni untuk dapat menyembuhkan orang sakit dan mengusir sarang hantu di beberapa tempat angker seperti ghosbuster.
Dia sering membagikan konten pertemuan dengan makhluk halus dan menantang mereka dengan ilmu yang dimilikinya.
Karena konten berbau mistis, dia menjadi viral dan ditonton jutaan orang.
Akan tetapi, kesaktian Samsudin dianggap palsu.
Seorang pesulap bernama Marcel Radhival membongkar kepalsuan itu dan menyebutnya hanya trik untuk membohongi orang.
Marcel dikenal dengan sebutan ‘’Pesulap Merah’’, karena berambut merah dan berpakaian serbamerah, menantang Samsudin adu sakti.
Perseteruan Samsudin vs Pesulap Merah diikuti dengan antusias oleh netizen dan dua-duanya menjadi kondang mendadak.
Si Pesulap kemudian dilaporkan oleh Samsudin ke polisi karena dianggap mencemarkan nama.
Keduanya saling lapor dan sama-sama mendapatkan perhatian besar dari netizen.
Dunia klenik dan perdukunan membuat orang terlena oleh berbagai kesumpekan hidup dan menjadi sarana eskapisme yang murah meriah.
Film layar lebar Pengabdi Setan juga punya fungsi sama, menjadi pelarian untuk melupakan berbagai kesulitan hidup yang mengimpit. (*)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Cak Abror