Gus Yahya Bicara Serangan Ideologi dan Peristiwa 11 September, Seru!

Sabtu, 11 September 2021 – 12:34 WIB
Foto arsip Pesawat United Airlines penerbangan 175 yang dibajak terbang ke arah Menara Kembar WTC, menyusul aksi serangan terorisme di New York, Amerika Serikat, Selasa (11/9/2001). ANTARA FOTO/REUTERS/Sean Adair/Foto Arsip/wsj.

jpnn.com, JAKARTA - Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kiai Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) berbicara tentang ideologi transnasional dan peristiwa 11 September.

Gus Yahya menilai pengelolaan tatanan dunia perlu diperkuat setelah peristiwa serangan teroris atas Gedung World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat, 11 September 2001.

BACA JUGA: Laksamana Yudo Margono Perintahkan Prajurit TNI AL Siap Siaga!

Menurutnya, salah satu cara yang harus dilakukan dengan menjaga keutuhan negara-bangsa.

"Negara-bangsa adalah fondasi tata dunia setelah Perang Dunia II yang menopang stabilitas dan keamanan global saat ini," ujar Gus Yahya.

BACA JUGA: Sindiran PD Kubu AHY ini Telak Banget Untuk Kubu KLB Deli Serdang

Dia menyatakan pandangannya saat menjadi pembicara pada peringatan 20 tahun serangan atas Gedung WTC yang diselenggarakan Regent University, Virgia, AS, Kamis (9/9) waktu setempat.

Menurut Gus Yahya, negara bangsa harus ditopang lewat tradisi keagamaan dan budaya lokal yang kukuh.

BACA JUGA: Lebih Bahaya Dampak Persaingan 2 Kubu ini Daripada Taliban Bagi Indonesia

Terutama dari serangan ideologi-ideologi transnasional yang didasarkan pada identitas agama, etnik atau ras, maupun gagasan-gagasan sekuler.

"Ini krusial sekali karena senyawa antara negara-bangsa, tradisi keagamaan dan budaya lokal adalah satu-satunya struktur dasar yang tersedia dalam tata dunia saat ini, untuk mengelola proses negosiasi global menuju peradaban yang harmonis," kata Gus Yahya dikutip dari siaran pers, Sabtu (11/9).

Menurut dia, melalui kecermatan dalam pola adaptasi terhadap globalisasi tersebut, tatanan dunia diyakini akan makin membaik.

Sebaliknya, jika negosiasi ini gagal, ketegangan-ketegangan baru bisa saja tak terhindarkan.

Pada kesempatan itu, Gus Yahya juga menjelaskan potensi besar yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU).

Menurutnya, NU memiliki tradisi keagamaan lokal yang kukuh serta bangsa Indonesia dengan visi Bhinneka Tunggal Ika dalam rangka membangun peradaban umat manusia.

Melalui tradisi keagamaan lokal dan visi bangsa itu, Gus Yahya menilai proses perwujudan konsensus menuju peradaban global yang harmonis bukan sekadar impian.

Gus Yahya diundang secara khusus oleh Regent University untuk berbicara pada pertemuan tingkat internasional yang membahas tentang pentingnya perdamaian global tersebut.

Gus Yahya menyampaikan paparannya melalui rekaman video.

Pembicara lain pada acara yang disiarkan secara internasional ini, antara lain mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Kemudian, pendiri Regent University Pat Robertson, tokoh-tokoh dari kalangan diplomatik, ahli dan pemegang wewenang militer, keamanan dan hukum, serta intelektual AS.

Dekan The Robertson School of Government di Virginia University Michele Bachmann yang memandu acara itu memberikan apresiasi atas pidato Gus Yahya.

Bahkan, Bachmann menyebut Yahya sebagai suara muslim terdepan dalam menghadapi ekstremisme.(Antara/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler