jpnn.com, YOGYAKARTA - President Traditional Textile Arts Society of South East Asia (TTASSEA) Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam memiliki perhatian lebih terhadap perkembangan kain tradisional Indonesia.
Permaisuri Kadipaten Pakualaman ini menjadi salah satu penggagas acara pameran kain tradisional se-Asia Tenggara, 7th ASEAN Traditional Textile Symposium atau 7th ATTS 2019 di Yogyakarta.
BACA JUGA: Permaisuri Malaysia Terpesona dengan Songket Sumba Timur
Dalam keterangan persnya kepada wartawan, wanita yang bisa dipanggil Gusti Putri ini mengakui perkembangan kain tradisional Indonesia sudah kekinian. Motif kain batik, tenun, lurik melebur dengan motif kontemporer.
"Saya pengin kain tradisional industri khususnya di Yogya berkembang dengan baik. Meski saya tahu tantangannya besar sekali dengan kain tekstil motif batik produksi pabrik. Kalau punya rasa cinta Yogya, monggo-lah memakai batik yang memang batik, bukan tekstil," tutur Gusti Putri usai pembukaan acara ASEAN Traditional Textile Symposium 2019.
BACA JUGA: GKR Hemas Buka Simposium Tekstil Tradisional ASEAN 2019
Dalam acara yang berlangsung di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta ini, Gusti Putri juga berbagi tips agar generasi muda tidak terbawa image 'jadul' saat mengenakan batik.
Memilih corak batik yang cerah dan kekinian sangat disarankan untuk memunculkan kesan muda. (tik/jpnn)
BACA JUGA: Mengenal Bucalan, Ritual Jelang Dhaup Ageng Pakualaman 2019
Redaktur & Reporter : Tika Biantoro