H+1 Jangan ke Bogor

Sabtu, 03 Agustus 2013 – 02:46 WIB

jpnn.com - BOGOR – Masa Lebaran, separuh jalanan Bogor diprediksi bakal mengalami kelumpuhan. Sepanjang libur Hari Raya Idul Fitri 1434 H nanti, puncak kemacetan akan mengkristal pada H+1. Saat itu jangan harap bisa dengan mudah ke keluar atau kembali ke Bogor.

Jalur Puncak akan menjadi episentrum kepadatan arus lalu lintas. Arus mudik dari Jabodetabek menuju jalur selatan akan berhadapan dengan arus balik dari arah Bandung. Kondisi tersebut semakin parah saat arus pelancong menuju kawasan Cisarua dan sekitarnya mulai mengalir secara bergelombang.

BACA JUGA: Arus Mudik Mulai Padati Tol Bekasi

Satuan Lantas Polres Bogor memperkirakan, sedikitnya 30 ribu kendaraan roda empat dan 50 ribu sepeda motor akan memadati jalur tersebut setiap harinya. Padahal seperti ketahui, kapasitas volume kendaraan jalur Puncak sangat terbatas.
    
Sebanyak 17 titik kemacetan di jalur sepanjang 15 kilometer itu pun hingga kini belum teratasi. Antara lain, tanjankan Pasir Angin, Cimory Resto, Taman Wisata Matahari (TWM), Pasar Cisarua, Taman Safari Indonesia (TSI), Warung Kaleng, Gunung Mas, Masjid At-Ta'awun, Restoran Rindu Alam, dan Bukit Gantole.
    
Persoalannya beragam, dari mulai penyempitan jalan atau bottle neck di simpang Gadog, parkir on the road di sekitar rumah makan atau restoran, saling salip kendaraan roda dua, plus pemenggalan arus di akses masuk objek wisata, seperti TWM dan TSI.
    
Sekitar 1.300 personel diterjunkan untuk mengawal arus lalu lintas dan memecah kebuntuan saat terjadi stagnan di jalan raya. “Kami pertebal personel di sejumlah titik rawan kemacetan,” kata Kasat Lantas Polres Bogor AKP Mohammad Chaniago kepada Radar Bogor (JPNN Group), Jumat (2/8).
    
Kondisi serupa terjadi di jalur Transyogi atau jalur timur Bogor. Jalur ini dimulai dari Cibubur, Gunungputri, Cileungsi, Jonggol, Cariu, Tanjungsari, kemudian melalui Tanjungsari menuju Cianjur. Kepadatan arus lalu lintas akan terjadi flyover Cileungsi, karena terjadi penyempitan jalan. Sementara volume kendaraan tinggi.
    
Pemudik di jalur Transyogi harus siap menghadapi beragam hambatan, salah satunya kerusakan jalan di Cibeet sepanjang 800 meter. Pengerjaan rehabilitasi jalan tersebut belum rampung hingga kini. Sedangkan, rencananya pengerjaan harus dihentikan pada H-3. Hanya tersisa waktu empat hari.
    
Persoalan di kawasan timur Bogor itu memang cukup kompleks. Apalagi, akses angkutan barang untuk industri sudah mulai diperbolehkan beroperasi kembali pada H+1. “Untuk jalan nasional memang H+1 sudah mulai bisa untuk angkutan barang, berdasarkan arahan pemerintah pusat. Tapi, untuk jalan daerah dibuka pada H+7,” kata Kepala Dinas LLAJ Kabupaten Bogor, Subiantoro.
    
Subiantoro mengatakan, sekitar 40 persen jalur alternatif Transyogi dalam kondisi rusak. Sehingga tidak menjadi solusi untuk memecah arus. “Sedangkan jalur alternatif Puncak dan jalur alternatif Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) dalam kondisi mantap,” terangnya.
    
Jalur alternatif Puncak dapat diakses melalui pertigaan Bendungan atau pertigaan Pasir Muncang. Para pengguna jalan akan melintasi Megamendung, kemudian keluar di Cisarua. Hanya, kondisi jalan bergelombang dan cukup ekstrem, sehingga mengancam keselamatan para pengendara.
    
Sedikit bergerak ke arah Sukabumi. Jalur Bocimi menghadapi persoalan serupa dengan jalur Transyogi, yakni angkutan barang untuk kebutuhan industri. Jalan bergelombang dan tidak tertibnya pengendara sepeda motor menjadi persoalan paling krusial, sebab memaksa pengemudi roda empat untuk menurunkan lajunya.
    
Derasnya arus kendaraan menuju jalur alternatif Bocimi akan berdampak terhadap traffic lalu lintas di Kota Bogor. Pasalnya, akses masuk jalur tersebut melalui Batutulis, kemudian melintasi Pamoyanan menuju Cihideung.
    
Celakanya, Jalan Pahlawan untuk jalur alternatif Bocimi dipastikan akan diserbu pelancong menuju sejumlah objek wisata, yakni The Jungle Waterpark dan Kebun Raya Bogor. “Kami bersama kepolisian memang concern dalam pengaturan rekayasa lalu lintas di lokasi tersebut,” kata Kepala Dinas LLAJ Kota Bogor, Suharto.
    
Bukan hanya Jalan Pahlawan, Jalan Sholeh Iskandar dan Jalan Pajajaran akan menjadi biang kemacetan akibat banyaknya destinasi wisata kuliner dan wisata belanja. Hati-hati untuk Jalan Sholeh Iskandar, belum rampungnya proyek Bogor Out Ring Road (BORR) tahap II tentu saja bisa membatasi ruang gerak kendaraan.
    
Sementara untuk Jalan Pajajaran, antrean kendaraan akan terjadi di dua titik. Pertama, dari pertigaan Bantarjari hingga pertigaan Lodaya. Perburuan barang diskon di sejumlah factory outlet akan mengakibatkan antrean panjang sekitar dua kilometer.
    
Kedua, dari Terminal Baranansiang hingga Plaza Ekalokasari. Lagi-lagi, karena derasnya arus lalu lintas menuju Jalan Pahlawan. Setiap akhir pekan titik tersebut memang menjadi momok bagi para pengguna jalan. Apalagi, pada momen liburan hari raya.
    
Bagaimana dengan jalur alternatif? Belum tersambungnya Jalan Panduraya dengan Jalur R3 di Vila Duta tentu akan menghambat. Padahal, seharusnya menjadi solusi untuk memecah kepadatan arus kendaraan. Jalur alternatif lainnya, bagi kendaraan roda empat dari arah Cibinong bisa menghindari pusat kota dengan menggunakan Jalan Tol BORR menuju Jalan Tol Jagorawi. Kawasan Terminang Baranangsiang di pusat kota memang patut dihindari, bila tak ingin terjebak dalam kemacetan panjang. (cr17/e)

 

BACA JUGA: Tertibkan PKL, Gerindra Dorong Ahok Bersikap Tegas

BACA JUGA: Mendagri Ogah Ladeni Permintaan Ahok

BACA ARTIKEL LAINNYA... YAD Buka Kantor Pelayanan di Jakbar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler