jpnn.com, JAKARTA - Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (HA IPB) mengapresiasi Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari pusat penelitian beras dunia, International Rice Research Institute (IRRI) karena 3 tahun terakhir mampu mencapai swasembada beras.
Hal itu mengemukan dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Kementan, Jumat (19/8).
BACA JUGA: KNPI Apresiasi Kinerja Kementan yang Sukses Bawa Indonesia Swasembada Beras
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyebutkan Indonesia bisa mencapai swasembada beras pada 2019-2021 merupakan prestasi yang teladan bagi negara lain disaat krisis.
Menurut dia, ini menjadi tantangan ke depan, yakni iklim ekstrim, geopolitik, dan ancaman krisis pangan secara global.
BACA JUGA: Diakui Lembaga IRRI Sudah Swasembada, Kementan: Stok Beras Nasional Meningkat
"Kami harus menjaga swasembada berkelanjutan ke depan dengan melakukan berbagai upaya,” kata Suwandi dalam BTS Propaktani tersebut.
Suwandi menambahkan selain mempertahankan swasembada secara berkelanjutan dalam rangka meningkatkan ekspor dari komoditas beras, tantangan berikutnya adalah diversifikasi produksi dan konsumsi pangan.
BACA JUGA: Indef Dukung Kementan Perkuat Pangan Bahan Baku Lokal
Ini menjadi peluang yang baik untuk mendorong pengembangan sorgum, singkong, jagung, dan pangan lainnya untuk ditingkatkan produksinya.
"Kami bangkitkan lagi itu supaya tumbuh, menjalankan upaya ini secara komprehensif tapi tidak hanya beras, komoditi lain tetap didorong dengan kualitas yang naik kelas,” jelasnya.
Ketua Umum DPP HA IPB, Walneg S Jas memberikan ucapan terima kasih kepada pemerintah, para petani Indonesia, seluruh warga Indonesia, dan Kementan atas penghargaan yang didapat dari IRRI.
Dia menilai penghargaan itu merupakan bentuk apresiasi lembaga internasional dengan sukacita atas kerja keras bangsa Indonesia dalam mempertahankan surplus pangan selama 3 tahun terakhir.
“Tentu pencapaian ini spesial karena dengan adanya krisis pandemi dan dinamika lain yang kurang menguntungkan," ucapnya.
Menurut Walneg, Kementan melakukan berbagai macam upaya dalam rangka mempertahankan dan meningkatakan surplus pangan komoditi lainnya.
Upaya itu tentu dikolaborasikan dalam berbagai unsur, baik dalam konteks intensfikasi, ekstensifikasi, dan konteks perbaikan perkembangan teknologi.
"Termasuk juga program yang terus-menerus dari Program Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan Berbasis Korporasi," terangnya.
Direktur Utama PT. Food Station Tjipinang Jaya, Pamrihadi Wiraryo menuturkan Indonesia surplus beras pada periode 2019 hingga 2022 dengan rata-rata per tahunnya mencapai 2,4 juta ton.
Hal itu bisa terwujud akibat peningkatan produktivitas padi dari 5,11 ton/Ha meningkat menjadi 5,23 ton/Ha.
“Saya rekomendasikan untuk mempertahankan surplus ini adalah dengan Good Agriculture Practice berupa penyediaan benih unggul, metode budi daya yang efektif dan efesien, peningkatan coverage area sistem irigasi dan pendampingan dari penyuluh, praktisi atau swasta serta penanganan pascapanen yang dilakukan dengan penggunaan mekanisasi pertanian,” paparnya.
Sementara itu, Akademisi IPB University, Adi Hadianto mengungkapkan bagi negara Indonesia, peningkatan produksi pangan dalam negeri (khususnya beras) terbukti mampu mengurangi food insecurity di dalam negeri dan mengurangi ketergantungan terhadap impor beras.
Dengan demikian, pencapaian swasembada pangan beras merupakan salah satu komponen penting yang harus dicapai dari ketahanan pangan nasional.
“Faktor penting lainnya mengapa swasembada beras harus dicapai dan dipertahankan adalah besarnya jumlah penduduk yang membutuhkan ketersediaan pangan beras dalam jumlah besar,” ungkap Adi. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Perluas Subtitusi Pangan Lokal, DPR: Sudah Saatnya Berpikir Cemerlang
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian