Habib Luthfi Bilang Begini Soal Lagu Indonesia Raya

Senin, 27 September 2021 – 23:55 WIB
Ilustrasi - Anggota Wantimpres Habib Luthfi bin Yahya. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, BANTEN - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Dr (HC) Habib Muhammad Luthfi bin Yahya memaparkan pandangannya tentang Lagu Indonesia Raya.

Menurutnya, lagu tersebut merupakan sebuah ikrar, bahwa Indonesia merupakan tanah air dan tumpah darah yang dimiliki semua suku dan golongan di negeri ini.

BACA JUGA: Komponen Cadangan Siap Bantu TNI, 2.500 Orang Ikut Latihan di Pusdiklat Kopassus

"Kita telah berikrar 'Indonesia tanah airku', buktikan ikrar itu ke mana pun kalian (anak bangsa) melangkah."

"Itu bukan hanya sekadar lagu tetapi harus tertanam dalam diri," ujar Habib Luthfi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (27/9).

BACA JUGA: Tak Ada Anggaran Hibah untuk Pondok Pesantren di 2022

Menurut dia, ketika ikrar kebangsaan tersebut tertanam pada anak cucu generasi bangsa, maka penyakit radikalisme dan intoleransi yang melenceng dari nilai pokok Pancasila tidak akan menjangkiti atau ‘mengobok-obok’ kerukunan Indonesia.

Habib Luthfi juga memaparkan bahwa lambang negara Garuda Pancasila, bendera sang saka Merah Putih juga memiliki makna lain yang harus diketahui oleh para generasi penerus bangsa.

BACA JUGA: PKS Perjuangkan Ulama Asal Madura ini Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional

"Bendera Merah Putih tidak hanya sekadar simbol. Bendera Merah Putih mengandung makna kehormatan, harga diri, dan jatidiri bangsa," ucapnya.

Habib Luthfi menyatakan pandangannya saat berbicara di acara Dialog Kebangsaan Kebhinekaan Penyelamat Bangsa bersama Pimpinan Majelis Tinggi Lintas Agama dan jajaran Forkopimda Provinsi Banten dan Kota Tangerang, di Pendopo Trisna Wijaya, Modern Land, Tangerang, Minggu (26/9) malam.

Habib Luthfi lebih lanjut mengatakan menghormati Bendera Merah Putih memiliki makna yang mendalam sebagai hormat kepada bangsa, menghormati segala sesuatu dan seluruhnya yang ada pada bangsa ini dengan tidak memandang perbedaan agama, suku dan ras.

"Sejatinya juga, nasionalisme tanpa sejarah tentunya akan rapuh. Orang yang kuat dalam nasionalisme adalah orang yang mengenal sejarah dan tidak melupakan sejarah. Itu sudah sangat pokok," katanya.

Dengan mengetahui dan mengenal sejarah maka masyarakat akan paham bagaimana para pendahulu bangsa berjuang dan bagaimana mereka mencintai bangsanya.

Dia mengatakan generasi penerus bangsa harus tahu sejarah perjuangan hingga tegaknya Merah Putih di Nusantara agar tidak pula mudah terjerumus pada radikalisme.

"Bagaimana mengatasinya? Ya dengan turun ke bawah menyentuh masyarakat," katanya.

Habib Luthfi menilai apa yang dilakukan para ulama dalam menyiarkan nilai agama sudah cukup baik.

Tinggal bagaimana tokoh-tokoh dan pemuda bisa ikut berperan serta dalam memberikan kontribusinya untuk bangsa Indoenesia.

"Ayo kita bersama-sama turun seperti contohnya pertemuan malam ini. Kalaupun perlu kita tambahkan tokoh lokal sepertinya RT/RW, kepala desa, saya sangat mengharapkan sekali," katanya.

Dia juga menganggap upaya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara melalui sosialisasi dan menanamkan nilai-nilai bukan hal mudah.

Namun perlu adanya kerja sama berbagai lapisan dan haruslah menyentuh masuk kepada masyarakat langsung seperti melibatkan RT/RW setempat, bupati/wali kota, camat, lurah, kepala desa maupun tokoh-tokoh di lingkungan setempat.

"Tetapi tetap saja sebelum memberikan ilmu wawasan kebangsaan dan sebagainya, perlu datang dengan baik, menyentuh dahulu, membuat mereka mengenal lalu masukkan nilai-nilai apa yang ingin diajarkan," katanya.

Habib Luthfi pun juga berharap silaturahmi yang diinisiasi oleh BNPT kepada para ulama, tokoh, dan lapisan masyarakat perlu berkesinambungan.

Gerakan dan ideologi radikal hingga saat ini terus menerus merongrong negeri, untuk itu mengajarkan dan menguatkan nilai-nilai Pancasila merupakan upaya paling ampuh melawan ideologi yang mengancam negeri.

"Jadi tidak hanya bertempat di sini saja, mungkin bisa sampai ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung dan sebagainya. Tidak boleh berhenti di sini saja,” pungkas Habib Luthfi.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler