Habib Salim PKS Ungkap 4 Pelajaran Penting dari Sosok M. Natsir

Selasa, 05 April 2022 – 12:33 WIB
Ketua Majelis Syura PKS Habib Salim Segaf Aljufri bersama Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini. Foto: Fraksi PKS.

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Salim Segaf Aljufri mengatakan Muhammad Natsir merupakan tokoh pemersatu bangsa yang mengembalikan wilayah-wilayah Indonesia serikat bentukan Belanda ke pangkuan NKRI. 

Menurut Habib Salim, elite politik harus belajar dari Muhammad Natsir bagaimana mencari titik temu kebangsaan di tengah tantangan dan ancaman disintegrasi nasional.

BACA JUGA: HNW Ajak Semua Pihak Teladani M. Natsir, Taati Konstitusi, dan Selamatkan NKRI

"Ada empat pelajaran penting dari sosok Muhammad Natsir,” kata Habib Salim membuka Mimbar Demokrasi dan Kebangsaan Edisi Spesial Peringatan Mosi Integral Muhammad Natsir 3 april 1950, dengan tema Spirit Transformasi dan Kolaborasi dalam Menjaga Integrasi Nasional yang digelar Fraksi PKS DPR, Senin (4/4). 

Habib Salim mengatakan yang pertama, M. Natsir punya jiwa dan pikiran besar untuk Indonesia, visioner, dan melampaui problematika bangsanya. “Bangsa ini bangsa besar. Butuh konsepsi besar untuk menjaga keutuhannya," ujar menteri sosial RI 2009-2014, itu. 

BACA JUGA: PKS Mulai Bergerak Mengadang Wacana Penundaan Pemilu 2024

Kedua, kejelian Muhammad Natsir dalam menemukan dan membangun titik temu kebangsaan. Menurutnya, Natsir ialah seorang tokoh politik yang cerdas, santun dan elegan, pandai berkomunikasi dan jago lobi dalam urusan-urusan kebangsaan sehingga mampu menyatukan NKRI dengan Mosi Integralnya. 

"Natsir yang tokoh Partai Islam Masyumi menegaskan tidak ada dikotomi bahkan tidak ada jarak antara agama dan nasionalisme. Baginya, menjadi nasionalis berarti harus agamis. Sebaliknya, menjadi agamis berarti harus nasionalis. Tidak ada perdebatan," kata Salim. 

BACA JUGA: Habib Salim Beri Bantuan Bedah Rumah Tidak Layak Huni di Lombok Timur

Ketiga, Muhammad Natsir mempraktikkan politik adiluhung atau high politic, bukan politik pragmatis apalagi oportunis. 

Oleh karena itu, ujar Salim, siapa pun terutama pejabat publik dari partai dan golongan mana pun, harus menampilkan politik yang menjunjung tinggi etika dan moralitas yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. “Sifat-sifat ambisius dan oportunis dalam berpolitik akan merusak demokrasi dan menghancurkan kohesi sosial dan integrasi nasional kita,” ungkapnya dalam siaran pers, Selasa (5/4). 

Keempat, lanjut dia, masih relevan dengan tema, Muhammad Natsir adalah tokoh yang mencontohkan semangat transformasi dan kolaborasi dalam membangun bangsa. 

"Kita butuh pemimpin yang negarawan, yang taat konstitusi dan Pancasila, yang aktif membangun kohesi sosial, aktif melakukan transformasi dan kolaborasi dengan seluruh elemen bangsa, memiliki rasa empati dan kepedulian serta terus menggalang solidaritas sosial nasional," kata mantan Dubes RI untuk Arab Saudi, ini. 

Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini dalam sambutannya mengatakan pihaknya tiap tahunm menggelar peringatan Mosi Integral Muhammad Natsir. 

Menurut dia, hal itu sebagai wujud Fraksi PKS DPR menghormati jasa M. Natsir sebagai pahlawan NKRI dan menyambung mata rantai sejarah agar tidak terputus, sehingga generasi bangsa memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga integrasi nasional. 

Tampil sebagai narasumber, yakni Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto, cendekiawan muslim Azyumardi Azra, Ketua Umum DDII Adian Husaini, dan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. (boy/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler