Hadir di Pesta Nikah di Daerah Ini, Jangan Coba-coba Kasih Amplop Kosong

Sabtu, 08 Oktober 2016 – 00:17 WIB
Uang. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - TRADISI unik terjadi dalam prosesi pernikahan warga Lembak Bengkulu Tengah (Benteng). Berlaku suatu aturan, panitia buka amplop langsung depan tamu undangan yang datang. Jadi sampai lupa mengisi. 

HARMOKO, Karang Tinggi 

BACA JUGA: Perjuangan Ibu Mengantar Anaknya dengan Kursi Roda ke Sekolah

Peristiwa membuka amplop kosong dalam pesta undangan seringkali terjadi. 

Nah, fenomena itu rasanya akan sulit ditemukan di pestanya warga yang menetap di daerah Lembak, seperti Karang Tinggi, Pondok Kubang, Talang Empat, Taba Penanjung dan Pondok Kelapa bagian dalam. 

BACA JUGA: Puluhan Warga Bawa Kapas, Minta Air Mata Ikan Duyung untuk Pelaris

Pasalnya, pihak panitia yang mewakili tuan rumah yang punya hajatan pernikahan, selalu membuat aturan amplop dari tamu harus langsung dibuka dan dicatat.

Tradisi buka amplop tamu undangan merupakan warisan turun temurun dari para leluhur. 

BACA JUGA: Mantan Pilot Ini Mendapat Julukan Malaikat

Amplop yang sudah dibuka oleh tuan rumah kemudian ditaruh di atas asap dupa. Saat itu langsung dicatat berapa jumlah uang dan nama si pemberi amplop. 

Tidak ada rahasia lagi. Berapapun nilai dalam amplop, itu dicatat. Jangan coba-coba membawa amplop kosong jika tidak mau menanggung rasa malu.

Tokoh adat Lembak Benteng, H. Hamzah mengatakan, tradisi buka amplop di meja penyambut tamu merupakan tradisi yang sakral. 

Biasa dilakukan pada hari puncak pelaksanaan pesta pernikahan. Pada saat tetamu datang dari jauh dan dekat, mereka membawa buah tangan pada ahli rumah, sebagai tanda ikut bersuka cita atas rahmat yang diterimanya.

Istilah dulu kata Hamzah, jambar real atau jambar uang, undangan datang biasanya menyampaikan pemberiannya berupa uang, dimana uang ini dicatat pada satu buku. 

“Uang yang dibawa tetamu tersebut dikumpulkan oleh suatu kepanitiaan yang ditunjuk secara aklamasi oleh ketua kerja. Tugas dari panitia adalah menerima, mencatat dan menghitungkan uang,”  jelas Hamzah.

Khusus di Benteng, kata Hamzah, sering ditemukan di daerah Kembang Seri, Karang Tinggi atau Pondok Kubang, uang yang dikumpul dimasukkan ke dalam nampan dengan dibungkus saputangan putih terawang. 

“Kalau zaman nenek moyang, uang yang sudah dikumpulkan itu selalu digantung di batang yang hidup. Bisa beringin atau batang kopi diletak tengah tarub,” kata Hamzah.

Jangan heran bagi masyarakat yang datang dari jauh, biasanya memasukkan uang ke dalam kotak tempat penyambutan tamu, tradisi yang kekinian itu jarang ditemukan di Benteng. 

Sesuai dengan aturan dari panitia kerja di acara resepsi, amplop harus dicatat dalam buku dan di bagian luar amplop yang dijadikan sebagai bukti amplop. “Tradisinya di Benteng,” paparnya.

Ditambahkan Budiansyah warga Karang Tinggi, selain agar tidak ada yang hanya menyodorkan amplop kosong, ini juga terkait dengan tradisi balas-balasan. 

Tamu harus membawa amplop yang nilainya minimal sama dengan nominal yang pernah dia terima saat menjadi tuan rumah. Tentunya, ini berlaku bagi yang pernah menggelar acara pernikahan anaknya. 

“Nah, catatan di buku biasanya jadi simpanan tuan rumah untuk balas-balasan,” ucap Budiansyah.

Jadi, amplop yang diberikan tamu dianggap utang harus dibayar kelak saat tamu tersebut mengadakan pesta pernikahan. 

Masyarakat Benteng jarang membawa kado, ayam atau beras, kecuali yang mendapatkan pengaruh dari tradisi luar. 

“Cara ini adalah sebuah kearifan lokal menggambarkan bahwa masyarakat Benteng memiliki sifat terbuka,” tutup Budiansyah.(**/sam/jpnn) 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Di Daerah Ini Tarif Ojek Rp 350 Ribu Sekali Jalan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler