Hadiri ADIPEC 2022 di Abu Dhabi, Pertamina Gaungkan Semangat Transisi Energi

Jumat, 04 November 2022 – 22:51 WIB
SVP Research Technology and Innovation Pertamina, Oki Muraza menjadi salah satu panelis dalam sebuah acara yang merupakan rangkaian dalam ajang ADIPEC 2022 yang berlangsung di Abu Dhabi National Exhibition Centre, Uni Emirat Arab. Foto: Dokumentasi Humas Pertamina

jpnn.com, ABU DHABI - Pertamina turut menghadiri gelaran Abu Dhabi International Petroleum and Conference (ADIPEC) yang berlangsung pada 31 Oktober hingga 3 November 2022 di Abu Dhabi National Exhibition Centre, Uni Emirat Arab.

ADIPEC merupakan gelaran eksibisi tempat ekosistem energi, seperti pembuat kebijakan, pengambil keputusan bidang energi, inovator, dan perusahaan energi di seluruh dunia bertemu.

BACA JUGA: Dukung Kemanunggalan TNI dengan Masyarakat, Pertamina Bagikan 5 Ribu Paket Sembako

Tercatat sebanyak 2.200 perusahaan, 54 perusahaan migas nasional (National Oil Company/NOC), dan 28 negara berpartisipasi menjadi peserta untuk menjelajahi tren pasar terbaru, bertukar informasi dan promosi, dan menjalin kerja sama untuk menjalankan rantai bisnis tingkat global untuk meningkatkan nilai penuh industri.

SVP Research Technology and Innovation Pertamina, Oki Muraza menjadi salah satu panelis dalam acara tersebut bersama narasumber lainnya, yaitu Adif Zulkifli Executive Vice President & CEO Upstream Petronas, Montri Rawanchaikul CEO PTTE, dan Dr Dong Sub Kim President & CEO KNOC yang dimoderatori oleh Rebecca McLaughlin TV Anchor & MD RME Media.

Oki menyampaikan upaya Pertamina melakukan upaya transisi energi dan mengurangi emisi demi mewujudkan target Net Zero Emission (NZE) Indonesia 2060.

Salah satunya lewat energi panas bumi atau geothermal, mengingat lokasi Indonesia yang berada di ring of fire dunia.

“Pada dasarnya 30 tahun sebelum perjanjian Paris, kami memulai eksplorasi kami tentang panas bumi, mengingat Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar. Jadi strateginya ketika kita berbicara transisi energi, ada dua jawaban terbaik yaitu energi panas bumi dan hydro power,” ujarnya.

Menurutnya, teknologi menjadi hal yang penting dalam mengembangkan energi alternatif tersebut.

BACA JUGA: Pertamina Tambah 69 Titik Penyalur, BBM Satu Harga Kini Hadir di 123 Kabupaten

“Teknologi itu sangat penting, jadi kami mengembangkan lebih banyak teknologi dalam hal pemanfaatan limbah panas. Selain itu kami juga memiliki sejumlah inisiatif untuk mengoptimalkan aliran dan emisi," tambah Oki Muraza.

Selanjutnya, Dr Dong Sub Kim menjelaskan transisi energi merupakan optimasi campuran optimal dari berbagai energi.

Misalnya minyak, gas, dan solar itu akan tergantung pada masing-masing negara.

BACA JUGA: Rebranding, Pertamina Marine Engineering Kembangkan Bisnis Jasa Bawah Air

Tiga hal yang menjadi pendukung utama dalam transisi energi yaitu teknologi inovatif dan kerja sama atau kolaborasi.

Hal tersebut diaminkan oleh Oki bahwa kolaborasi dari berbagai pihak menjadi kunci dari keberhasilan transisi energi di suatu negara bahkan dunia.

Monti Rawanchaikul menjelaskan faktor pendukung lainnya, yaitu investasi dan pendanaan.

Pertamina terus berkomitmen untuk menargetkan pengurangan Karbon Dioksida (CO2) sebesar 25 - 30 juta ton pada tahun 2060.

Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang menargetkan pada tahun 2030 penurunan emisi sebesar 31.89 persen dengan usaha sendiri atau 43.20 persen dengan bantuan internasional sesuai dengan Enhanced National Determined Contribution (NDC) terbaru dan aspirasi net zero emission (NZE) Indonesia di 2060 atau lebih cepat. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler