jpnn.com, JAKARTA - Penceramah kondang KH Zainuddin MZ telah dipanggil ke Rahmatullah sejak sebelas tahun silam.
Pada Minggu malam (20/3/2022), digelar haul untuk mendoakan mubalig yang populer dengan sebutan Dai Sejuta Umat.
BACA JUGA: Hadiri Haul KH Zainuddin MZ, Gus Jazil: Beliau Tokoh Besar Dunia
Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid yang hadir dalam haul KH Zainuddin MZ menuturkan, haul ini digelar dalam rangka menyampaikan doa agar almarhum mendapatkan rahmat Allah SWT.
“Kita semua yang hadir disini dalam meneruskan dan melanjutkan keteladanan beliau,” ujar Gus Jazil–sapaan akrab Jazilul Fawaid di kediaman putra almarhum, KH Fikri Haikal Zainuddin, kawasan Rempoa, Tangerang Selatan.
BACA JUGA: Gus Jazil: Kalau Pak Luhut Baik Hati, Bagilah Datanya ke Kami
Menurut Gus Jazil, bangsa Indonesia sesungguhnya berhutang budi kepada almarhum sebagai tokoh penceramah yang selalu menyerukan persatuan dan kedamaian.
”Beliau mampu mengemas Islam yang ramah, bukan Islam yang marah. Beliau mampu mengemas Islam yang merangkul, bukan Islam yang memukul. Beliau yang selalu menyampaikan nasihat persatuan, kesatuan. Setahu saya, almukarrom sosok yang cinta kepada agama, sekaligus cinta kepada Tanah Air,” urainya.
BACA JUGA: Keluarga Besar Ponpes Raudlatul Ulum 2 Malang Restui Gus Muhaimin Presiden 2024
Oleh karena itu, dalam acara haul tersebut, juga dinyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Ya Lal Wathon.
“Ini sebagai bentuk penghormatan kepada al mukarrom, al maghfurlah KH Zainuddin MZ yang cinta kepada negeri ini, seperti halnya cinta beliau kepada umat Islam, kepada agama sehingga beliau dijuluki Dai Sejuta Umat, 5 juta kali, lebih,” kata Gus Jazil.
Ketua Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini mengatakan, dalam berdakwah, KH Zainuddin MZ berkeliling ke seluruh penjuru Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia.
“Kalau beliau tokoh yang dikagumi oleh masyarakat Indonesia, berarti beliau adalah tokoh terbesar juga di dunia,” katanya.
Gus Jazil mengajak seluruh umat Islam dan bangsa Indonesia untuk melanjutkan apa yang menjadi pikiran-pikiran almarhum, terutama tentang kecintaannya kepada agama dan negara.
”Beliau tokoh Islam, seorang kiai, ulama, mubaligh, tapi sekaligus seorang politisi. Jangan lupa karena cintanya kepada bangsa ini, beliau ikut politik. Beliau pernah menjadi ketua umum partai,” urainya.
Menurut Gus Jazil, selain patut diteladani, dalam menghadapi tantangan perubahan zaman, perlu untuk menghidupkan kembali pemikiran-pemikiran KH Zainuddin MZ.
“Kita menghadapi tantangan, dikit-dikit kita sudah mau marah. Dikit-dikit atas nama Islam yang merasa terbesar di negeri ini, terus kita mau marah. KH Zainuddin MZ ini contoh buat kita semua,” urainya.
Gus Jazil menyerukan agar ke depan haul KH Zainuddin MZ tidak hanya digelar di kediaman keluarga, namun digelar dengan lebih semarak, misalnya di Masjid Istiqlal Jakarta.
”Sebab, almaghfurlah ini bukan milik keluarga, putra putri almarhum saja, tetapi milih bangsa ini. Beliau tidak menyekat-nyekat. Saya saja yang orang Jawa Timur mengidolakan. Bersyukur kita punya tokoh sekaliber KH Zainuddin MZ. Tugas kita terus merawat pikiran-pikiran beliau,” tuturnya.
Sementara itu, sang putra, KH Fikri Haikal Zainuddin dalam sambutannya menekankan betapa almarhum begitu gigih dalam mencari ilmu. Bahkan, di sela kesibukannya membantu sang ibu, Zainabun, berjualan nasi uduk semasa kecilnya, almarhum sering mencuri informasi lewat jendela madrasah di dekat rumahnya ketika ada guru yang mengajar di kelas.
”Beliau dengerin dengan konsentrasi guru yang menerangkan ilmu di kelas,” kata Kiai Fikri Haikal, yang menceritakan bahwa almarhum sejak dalam kandungan, ayahnya, Turmudzi sudah meninggal sehingga belum sempat mendapatkan kasih sayang langsung dari sang ayah.
Kiai Fikri Haikal menekankan bahwa KH Zainuddin MZ mengajarkan rasa toleransi yang tinggi.
”Orang semakin berilmu, makin punya wawasan, makin mendalami, enggak usil. Gak ngelihat orang secara picik. Dikit-dikit haram, dikit-dikit salah. Oh, rupanya memang yang dilakukan KH Zainuddin MZ patut kita teladani bahwa ilmu, makin banyak kita mendapatkan ilmu maka semakin moderat, makin luas cara berfikir kita,” kata Gus Jazil.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich