Hadiri Kongres Desa Indonesia, Ketua MPR Bambang Soesatyo Ungkap Sejumlah Fakta

Minggu, 24 Maret 2024 – 11:14 WIB
Ketua MPR Bambang Soesatyo saat menghadiri Kongres Desa Indonesia di Jakarta, Sabtu (23/3). Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua MPR Bambang Soesatyo mengungkapkan sejumlah fakta saat menghadiri Kongres Desa Indonesia 2024 di Jakarta, Sabtu (23/3).

Dia menyampaikan secara rasio saat ini diperkirakan jumlah penduduk di perkotaan lebih banyak jika dibandingkan jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan.

BACA JUGA: Gus Halim Dorong Penguatan Literasi untuk Mempercepat Pembangunan Desa

Pria yang akrab disapa Bamsoet itu menyebut ada sekitar 52 persen penduduk tinggal di perkotaan.

Kondisi ini salah satunya disebabkan masih belum seimbangnya pembangunan di pedesaan sehingga kota masih menjadi magnet yang penuh daya tarik mendorong laju urbanisasi.

BACA JUGA: Ketua MPR Bamsoet Tegaskan Pentingnya Yurisprudensi untuk Mengisi Kekosongan Hukum

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan pada tahun 2035 mendatang, jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan meningkat menjadi 66,6 persen.

Bahkan menurut proyeksi Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan akan mencapai 70 persen pada tahun 2045.

BACA JUGA: Catatan Ketua MPR: Merawat Daya Beli dan Konsumsi Rumah Tangga

"Jika tidak diantisipasi, daya tahan kota akan semakin melemah sehingga tidak mampu lagi untuk menopang perkembangan populasi yang bertumbuh menurut deret ukur. Sementara di sisi lain, kehidupan desa akan semakin tertinggal dalam laju peradaban karena tidak tersentuh oleh pembangunan," kata Bamsoet dalam keterangannya yang diterima, Minggu (24/3).

Menurut Bamsoet, realita tersebut harus menjadi pijakan berfikir mengenai urgensi memprioritaskan pembangunan desa.

Pasalnya, percepatan pembangunan desa yang menurut BPS tahun 2022 jumlahnya mencapai 83.794 desa adalah sebuah keniscayaan.

Hal ini mengingat potensi desa sebagai lumbung pangan yang memiliki kontribusi penting dalam mengatasi kerawanan pangan.

Dia mengingatkan Indonesia adalah negara agraris, di mana lahan pertanian hanya dapat ditemukan di daerah pedesaan.

"Kita boleh sedikit merasa lega, karena berdasarkan data Badan Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia memiliki skor indeks ketahanan pangan 60,2 dan menempati rangking 63 dari 113 negara. Kondisi ini relatif aman. Namun kita tidak boleh melupakan bahwa ketahanan pangan di tahun 2024 akan menghadapi tantangan besar di tengah kondisi ketidakpastian global," ungkap Bamsoet mengingatkan.

Selain itu, kata Bamsoet, yang tidak boleh dilupakan juga adalah terkait dampak perubahan iklim yang ekstrem, serta lonjakan harga energi dan pangan dunia.

Karena itu, Bamsoet menegaskan penting disadari bahwa pembangunan desa haruslah bersifat holistik.

Dia mengatakan tanpa menegasikan pentingnya pembangunan fisik material, pembangunan desa juga tidak boleh melupakan aspek non-fisik, seperti nilai-nilai kearifan lokal dan wawasan kebangsaan.

"Selain kontribusinya dalam menopang ketahanan pangan, desa adalah sumber peradaban yang kaya akan beragam kearifan lokal," terangnya.

Bamsoet menyebutkan nilai-nilai gotong royong, kerja sama dan saling tolong menolong, adab sopan santun serta penghormatan terhadap norma sosial, adalah nilai-nilai jati diri ke-Indonesiaan yang sudah tergerus di kehidupan perkotaan.

"Namun, masih tumbuh dan berkembang di pedesaan," ungkap Bamsoet.

Dari desa, lanjut Bamsoet, nilai-nilai luhur Pancasila dapat ditemukan rujukan nyatanya.

Kehidupan masyarakat desa yang lekat dengan kehidupan ilahiah, menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan, guyub rukun dalam kebersamaan, penuh toleransi dan tepa selira adalah kristalisasi nilai-nilai luhur kearifan lokal yang menjadi inspirasi rumusan sila-sila Pancasila.

Dari kehidupan di pedesaan juga dapat diambil pembelajaran untuk hidup bersama dalam keberagaman, dimana nilai-nilai sosial telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan keseharian masyarakat desa.

"Ketahanan sosial dalam kehidupan masyarakat desa inilah yang menjadi cikal bakal dan simpul penguat ketahanan nasional. Di mana desa-desa menjadi himpunan unit pemerintahan terkecil yang akan menjadi perangkai keutuhan NKRI, sekaligus ujung tombak dalam mencegah dan menangkal paham yang menggerus nilai-nilai nasionalisme," pungkas Bamsoet. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler