Hadirkan Inovasi Kitosan, Pupuk Kaltim Raih Penghargaan AREA 2023

Senin, 10 Juli 2023 – 19:32 WIB
Pupuk Kaltim meraih Asia Responsible Enterprise Awards (AREA) 2023 kategori Social Empowerment, yang diterima secara virtual dari Phnom Penh Kamboja, pada 30 Juni 2023. Foto dok PKT

jpnn.com, KALIMANTAN TIMUR - PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) melakukan inovasi olahan limbah cangkang rajungan menjadi pupuk Kitosan cair, dengan konsep pemberdayaan berkelanjutan.

Program tersebut mengantarkan Pupuk Kaltim meraih Asia Responsible Enterprise Awards (AREA) 2023 kategori Social Empowerment, yang diterima secara virtual dari Phnom Penh Kamboja, pada 30 Juni 2023.

BACA JUGA: Pupuk Kaltim Edukasi Para Petani di Ponorogo dengan Pemupukan Berimbang

Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi, mengungkapkan program inovasi kitosan cair berawal dari cukup tingginya produksi limbah hasil laut di kawasan pesisir Kota Bontang.

Masyarakat setempat yang berprofesi sebagai nelayan tangkap, hanya menjual hasil pemilahan rajungan dengan sisa cangkang yang terbuang begitu saja.

BACA JUGA: Makin Mudah, Tebus Pupuk Subsidi Kini Cukup Pakai KTP Saja

Penumpukan limbah didasari pola pikir tradisonal, yang masih beranggapan bahwa membuang limbah cangkang ke laut dapat mengurai bahan tersebut secara alami.

Namun dalam kenyataannya, hal itu justru menimbulkan sedimentasi hingga menyebabkan kenaikan volume air dan pendangkalan dasar laut.

BACA JUGA: Dr. Amaliya: Produk Tembakau Alternatif Bukan Pemicu Masalah Kesehatan Gusi

Melihat kondisi ini, Pupuk Kaltim mengambil peran merubah pola pikir masyarakat dengan menggencarkan edukasi untuk mendorong kesadaran bersama, agar mengelola limbah dengan lebih bertanggung jawab.

Hal ini juga didasari banyaknya mitra binaan Pupuk Kaltim berkecimpung di bidang kelautan, dan beberapa diantaranya menjual produk olahan kepiting hingga udang yang juga belum tertib dalam mengelola limbah.

"Sesuai dengan komitmen ESG, Pupuk Kaltim pun berupaya merubah pola pikir masyarakat agar lebih bertanggung jawab dalam mengelola limbah, serta tidak membuang sisa hasil tangkapan kembali ke laut," papar Rahmad Pribadi, Senin (10/7).

Secara bertahap Pupuk Kaltim memberikan pendampingan dan pembekalan keterampilan bagi anggota kelompok dalam mengelola limbah kepiting dan rajungan, untuk selanjutnya diolah menjadi produk kitosan.

Mulai dari cara memilah limbah, manajemen usaha hingga pelatihan produksi dan pemasaran.

"Prosesnya berjalan dua tahun lebih, menggandeng berbagai instansi maupun rumah produksi serupa di Indonesia. Langkah ini secara tidak langsung turut meningkatkan komitmen dan kesadaran masyarakat, hingga perlahan berdampak terhadap intensitas pembuangan limbah ke laut yang semakin ditekan," terang Rahmad.

Guna memaksimalkan program, Pupuk Kaltim menyiapkan infrastruktur pengolah yang mulai berproduksi sejak 2021.

Dalam satu bulan, rumah produksi ini mampu mengolah 150 Kg limbah rajungan dengan hasil rata-rata 60 Kg berbentuk kitin. Dari total tersebut dihasilkan sekira 40 liter kitosan.

Produk ini juga sudah mendapat paten berupa penambahan asam asetat (CH3COOH) sebagai pelarut kitosan menjadi pupuk cair, serta izin UKL-UPL dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bontang untuk aktivitas produksi.

Pupuk Kaltim pun melibatkan berbagai pihak pada proses pengujian efektivitas kitosan, seperti Laboratorium Pengujian Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia (LP-PBBI) dan Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda.

"Selain itu Pupuk Kaltim juga melakukan kesinambungan pengujian, untuk memastikan produk memenuhi standar mutu dan efektivitas dalam merangsang pertumbuhan tanaman," lanjut Rahmad.

Hingga kini, kelompok Cangkang Salona telah mereduksi limbah cangkang rajungan hingga 920 Kg.

Hal ini menjadi salah satu pencapaian besar dalam mengurangi limbah sampah rajungan di perairan Kota Bontang.

Produk pupuk cair dengan merek dagang "Kitosan Salona" tersebut juga telah lulus uji kualitas, serta dinilai efektif mendorong produktivitas pertumbuhan tanaman mulai awal pertumbuhan. Termasuk mampu mengurangi intensitas hama dan penyakit.

"Selain menekan limbah, program ini sekaligus upaya menstimulan masyarakat binaan melalui kegiatan produktif untuk menambah insentif melalui penjualan produk kitosan salona. Pendampingan akan terus difokuskan Pupuk Kaltim dengan memperkuat kapasitas kelompok binaan," seru Rahmad Pribadi.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pupuk Kaltim Siap Melahirkan Generasi Inovator Melek ESG di Sektor Agrobisnis


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler