SURABAYA - Beban hidup R, siswi salah satu SMKN di Surabaya, kini terbilang bertumpuk. Hamil di luar nikah, kemudian melahirkan. Belakangan, siswi jurusan multimedia itu hampir tiap hari mendapat tekanan dari sekolah. Kabarnya, R dipaksa keluar dari sekolah untuk menjaga nama baik sekolah. Kini, kasus tersebut mendapat penanganan dari Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim.
Priyono dari LPA Jatim mengungkapkan, R hamil saat mengikuti praktik kerja industri (prakerin) di salah satu perusahaan sehingga tidak ketahuan oleh sekolah.
Sebab, selama magang, R tidak masuk sekolah selama enam bulan. Karena itu, saat R melahirkan pun, sekolah tidak tahu. R hamil pada Oktober tahun lalu dan melahirkan Juli lalu. R dihamili siswa sekolah itu juga. Inisial pacarnya K.
Pasca melahirkan, R kembali ke sekolah. Namun, entah mengapa para guru akhirnya mengetahui bahwa R sudah mempunyai anak. ''Dia sering kali diolok-olok gurunya. Awalnya, dipukul-pukul punggungnya tiga kali. Hei, kamu hamil ya, kamu hamil ya,'' ucap Priyono menirukan perkataan sang guru.
Mulanya, R tidak mengaku. Namun, lantaran terus ditekan, R akhirnya mengaku juga. Sejak saat itu, R sering mendapat olok-olok dari guru di kelas sehingga dia merasa sangat malu dengan teman-temannya. R kemudian juga dipaksa keluar dari sekolah. ''Dia diminta pindah ke sekolah lain. Apa pihak sekolah mikir kalau pindah ke sekolah swasta itu biayanya mahal?'' tuturnya.
Priyono mengungkapkan bahwa R datang dari keluarga broken home. Dia sempat tinggal dengan neneknya. Namun, si nenek meninggal beberapa waktu lalu. R pun tinggal dengan bibinya. Bibinya sendiri bekerja di salah satu mal Surabaya dengan penghasilan tidak seberapa. ''Nah, kalau kemudian dipaksa pindah, siapa yang membiayai? Dia itu sudah kelas XII dan sebentar lagi ujian. Kalau nggaksekolah, mau jadi apa? Mikir nggak sih,'' ucapnya.
Beberapa kali pihak sekolah yang berlokasi di kawasan Wonokromo itu meminta R menandatangani surat pernyataan mengundurkan diri. Namun, R tetap keukeuh tidak mau. Sebab, dia berkeinginan menyelesaikan pendidikannya. ''Anaknya bilang tinggal beberapa bulan lagi dan meminta sekolah memahaminya,'' ungkap Priyono.
Priyono meminta sekolah bisa memahami kondisi R, tidak serta memindahkannya ke sekolah lain seolah masalah selesai sampai di situ. Bagaimanapun, sekolah harus bertanggung jawab terhadap masalah ini.
Dikonfirmasi tentang masalah itu, kepala SMKN tersebut mengakui adanya masalah tersebut. Kasek berinisial B itu mengatakan bahwa sekolah tidak pernah memaksa R maupun K (pacar R) untuk mengundurkan diri. ''Kami hanya tawarkan ke dia, daripada dia malu dengan teman-temannya. Untuk nama baik sekolah, lebih baik dia mengundurkan diri saja. Sekolah kan tidak harus di negeri. Tapi, kami tidak memaksa,'' bebernya. (kit/c17/hud)
BACA JUGA: Dilatih K-13, Guru Tambah Bingung
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru SLB Terima Tunjangan Khusus Rp 1,5 Juta
Redaktur : Tim Redaksi