Selama pandemi COVID-19, orang-orang di Australia sangat mendukung penutupan perbatasan negara sebagai cara untuk memastikan virus corona tidak masuk ke negaranya.
Survei nasional Australia Talks menemukan 79 persen orang Australia setuju perbatasan internasional harus tetap ditutup sampai pandemi global ini terkendali.
BACA JUGA: Kebanjiran Pujian di Awal Pandemi, Taiwan dan Singapura Kini Alami Lonjakan Kasus COVID-19 Lagi
Tanggapan yang sama juga ditemukan dari warga Australia dari berbagai kelompok usia di hampir setiap negara bagian. 'Perbatasan internasional harus tetap ditutup'
Mereka yang kehilangan mata pencaharian karena ketergantungan dengan turis asing juga bahkan setuju dengan tetap ditutupnya perbatasan negara.
BACA JUGA: Warga NSW Menyerukan Dukungan Lebih Setelah Hasil Panen Habis dimakan Tikus
Greg Irons, direktur dari pengelola cagar alam Bonorong di Hobart, Tasmania mengaku telah merugi sejak pandemi COVID-19 karena tak ada turis asing atau penumpang kapal pesiar.
"Tentunya menghancurkan, tapi apa ada alternatifnya?" kata Greg.
BACA JUGA: Babinsa Mengawal Pelaksanaan Tracking untuk Keluarga Pasien Covid-19
Di titik terburuknya, pendapatan cagar alam Bonorong Wildlife Sanctuary turun menjadi 20 persen dari pendapatan normalnya.
"Seluruh perasaan di tempat ini sangatlah menyedihkan," tambahnya
"Tempat ini tidak seharusnya sepi. Ini tempat yang seharusnya menjadi tempat yang penuh kegembiraan, tempat mencari ilmu, dan tempat yang menciptakan perubahan."
"Saya tidak tahu di mana titik puncaknya untuk bisnis seperti kami. Sejujurnya, saya tidak membiarkan diri saya untuk berhenti atau berpikir apa yang akan terjadi kalau keadaan ini berlanjut sampai tiga tahun lagi."
Sementara itu bagi pebisnis tur perahu di Hobart, Rob Pennicott, kunjungan turis asing bisa menyambung 20 persen pendatapatannya sebelum pandemi.
Tapi setidaknya untuk saat ini, dia telah berhasil membuat perusahaannya tetap berjalan.
Meski pendapatan masih turun, tapi peningkatan pariwisata domestik membantu perusahannya tetap berjalan.
"Saya merasa sangat yakin jika perbatasan internasional harus tetap ditutup sampai benar-benar aman," kata Rob.
"Saya percaya ini akan memakan waktu dua hingga lima tahun."
"Kami masih berada dalam situasi yang tidak stabil. Setiap pekan yang berlalu, saya merasa lega."
"Bisa saja kita mengalami wabah COVID disebabkan oleh perjalanan internasional." Tak bisa pulang ke Australia, terdampar di Rusia
Di luar Australia, seorang warga Australia sudah terdampar di Siberia selama lebih dari setahun.
Ia sudah mengambil langkah untuk mengajukan izin menetap Rusia, meski berharap tetap akan diizinkan kembali ke Australia jika ia bisa mendapatkan vaksin Sputnik V.
James Cater meninggalkan Australia untuk berangkat ke kota Novosibirsk pada bulan February 2020 bersama pacarnya, dengan niat menghabiskan hanya beberapa bulan di sana.
Akan tetapi, sejak awal pandemi, pria berusia 30 tahun itu telah terdampar 10.000 kilometer dari rumahnya di Australia tanpa tahu kapan semua ini akan berakhir.
"Saya tidak dapat ke luar dari Russia karena ada penutupan pembatasan di sini yang berlangsung sampai bulan Juni. Pada saat itu… saya memutuskan untuk mencoba pulang," katanya.
"Saya tidak punya penghasilan di sini, saya tidak bisa berbicara bahasa Rusia."
Sebagai orang Australia di Rusia, James tidak memenuhi syarat untuk menerima vaksin COVID-19 di sana.
"Saya sebenarnya mau saja mengambil vaksin Sputnik V, tapi satu-satunya masalah adalah saya harus [memiliki] tempat tinggal sementara agar memenuhi syarat," katanya.
"Sekarang, saya dalam posisi yang sulit. Sejujurnya saya melamar tempat tinggal sementara Rusia, supaya bisa mendapatkan vaksin Rusia, agar bisa kembali ke Australia.
"Kepada orang-orang Australia pesan saya hanyalah lihatlah kami warga Australia yang terdampar, dengan sedikit rasa kasih sayang."
Survei nasional Australia Talks yang dilakukan oleh ABC juga menemukan adanya perubahan besar dalam pandangan orang tentang kebebasan individu.
Tujuh puluh persen warga di Australia setuju jika kebebasan individu kadang-kadang harus dibatasi demi menjaga keamanan negara.
Ini merupakan peningkatan 16 poin persentase jika dibandingkan tahun survei nasional tahun 2019 lalu.
Saat itu hanya ada 54 persen warga yang setuju.
Anda bisa mengikuti survei nasional Australia Talks di sini.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mandatory Check di Pelabuhan Bakauheni Diperpanjang Hingga 31 Mei 2021, Begini Alasannya