Anthony, seorang warga keturunan Asia dan Inggris di Australia, sedang bermain kriket bersama rekan-rekannya ketika tim lawan meneriakinya sebagai "virus corona".
"Saya tetap berkonsentrasi dan berusaha mengabaikan hal itu," ujar Anthony menceritakan pengalamannya beberapa bulan lalu.
BACA JUGA: Australia Gencarkan Diplomasi Vaksin Corona, Tiongkok Ingin Indonesia Jadi Pusat Produksi
"Tidak seorang pun rekan satu tim yang memprotes hal itu. Kapten tim saya sendiri tidak mengatakan apa-apa," katanya kepada ABC.
Sebuah penelitian terbaru dari Australian National University (ANU) menemukan apa yang dialami Anthony itu merupakan pengalaman khas bagi warga keturunan Asia di Australia selama pandemi COVID-19.
BACA JUGA: Kabar Gembira untuk Warga 95 Kelurahan di Surabaya, Ini Daftarnya
Survei ANU ini melibatkan lebih dari 3.000 responden dan menemukan 84,5 persen keturunan Asia di Australia mengalami diskriminasi antara Januari hingga Oktober tahun ini.
"Saya mengalami rasisme sepanjang hidup saya dan naik-turun tergantung retorika politik atau liputan negatif dari media yang menyasar kelompok minoritas," ujar Anthony.
BACA JUGA: Menkes Masuk Rumah Sakit Lagi karena Covid-19
"Kebetulan kali ini giliran orang China lagi," katanya.
Awal tahun ini, ABC dihubungi oleh ratusan warga yang berbagi pengalaman mengenai diskriminasi selama masa pandemi.
Warga Asia di Australia, terutama keturunan China, melaporkan meningkatnya pelecehan dan serangan rasis, karena virus corona pertama kali terdeteksi dan menyebar di China.
"Meskipun lahir di Melbourne, diskriminasi telah menjadi bagian besar dalam hidup saya karena faktor etnis saya," kata Jieh-Yung Lo, direktur Pusat Kepemimpinan Asia-Australia pada Universitas ANU.
"Mulai dari rasisme langsung di taman bermain sekolah, mengalami hambatan selama awal karir profesional, bias yang tdak disadari di tempat kerja, hingga kesetiaan dan loyalitas pada Australia yang belakangan ini dipertanyakan," katanya.
Sejumlah kalangan menyatakan prihatin dengan tindakan Senator Eric Abetz dari Partai Liberal yang mempertanyakan pandangan warga keturunan tentang Partai Komunis China saat dengar pendapat di Senat Australia belum lama ini.
Pekan lalu, Sekretaris Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Frances Adamson memperingatkan perdebatan tentang China di Australia dapat dimanfaatkan oleh Beijing untuk menuduh Australia "tidak toleran".
Tuduhan seperti itu telah dilontarkan China sebelumnya dan pada Juli lalu bahkan memperingatkan warganya untuk tidak bepergian ke Australia. Secara ekonomi lebih buruk Photo: Wara keturunan Asia di Australia lebih merasa khawatir dengan virus corona dibandingkan masyarakat lain pada umumnya. (Reuters: Loren Elliott)
Survei ANU menemukan bahwa mata pencaharian warga keturunan Asia di Australia lebih mungkin yang terpengaruh oleh COVID-19 dan mereka lebih khawatir tentang pandemi daripada warga lainnya.
Jam kerja mereka mengalami pengurangan sebanyak lima jam selama periode Februari dan April, dua kali lebih besar daripada yang dialami penduduk Australia lainnya.
Dikatakan, hal ini terjadi karena keturunan Asia umumnya lebih muda dan cenderung tinggal di daerah perkotaan serta bekerja di industri yang terkena dampak lockdown.
"Namun kami juga tidak dapat mengabaikan efek diskriminasi dalam pasar tenaga kerja," kata Nicholas Biddle dari Pusat Metode Penelitian Sosial ANU.
Sekitar 80,7 persen keturunan Asia mengaku khawatir dengan virus corona pada periode Oktober, dibandingkan dengan 62,4 persen dari populasi Australia lainnya.
"Keturunan Asia bernasib lebih buruk selama periode COVID-19 dibandingkan penduduk Australia lainnya," jelas kata Jieh-Yung Lo,
Menurut dia, pengalaman mereka sebelumnya dengan epidemi SARS, telah membuat keturunan Asia lebih waspada dengan COVID-19 sementara mereka juga menghadapi xenofobia dan rasisme, termasuk serangan fisik dan verbal.
Namun Profesor Biddle mengatakan orang Australia cenderung menganggap keturunan Asia lebih "dipercaya" dan "adil".
Sekitar 65 persen orang Australia mengaku sangat percaya pada keturunan Asia, dibandingkan dengan 55 persen sangat percaya pada keturunan Anglo.
Komnas HAM Australia melaporkan kurang dari 5 persen keturunan Asia berhasil mencapai level eksekutif senior dan hanya 1,6 persen yang berhasil menjadi CEO.
"Terlepas dari COVID-19, pemerintah bertanggung jawab menyusun dan menegakkan undang-undang anti-diskriminasi dengan hati-hati," kata Profesor Biddle.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC News.
Video Terpopuler Hari ini:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Selamat! Australia Akhirnya Alami Hari Tanpa COVID-19