jpnn.com - BANYUWANGI - Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, terus memberantas buta aksara di wilayahnya. Bahkan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas telah membentuk Tim Pemburu Buta Aksara dan Anak Putus Sekolah melalui Gerakan Masyarakat Pemberantasan Tributa dan Pengangkatan Murid Putus Sekolah (Gempita Perpus). Hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2014. Tributa yang dimaksud adalah kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.
Bupati Anas mengatakan, gerakan tersebut efektif dilaksanakan mulai 3 Maret 2014. Berdasarkan data BPS yang telah diverifikasi, tinggal 26.157 orang di Banyuwangi yang masih belum bisa baca, tulis, dan berhitung (calistung). "Setelah tim bergerak, per 30 April 2014, yang bisa baca Calistung sudah lulus 11.844 dan telah diberi Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma). Artinya, dalam dua bulan, sudah 11.844 orang berhasil bisa calistung," kata Anas.
BACA JUGA: Aktivitas Gunung di Jatim Meningkat, Anggota Koramil Jaga Semeru
Adapun sisa 14.316 orang yang masih belum bisa calistung akan dituntaskan dalam tiga bulan ke depan. Dengan kondisi sekarang, berarti hanya tinggal 1 persen warga Banyuwangi yang masih buta aksara dari total sekitar 1,5 juta penduduk.
Sedangkan untuk Tim Pengangkatan Anak Putus Sekolah bekerja secara terus-menerus untuk mendeteksi anak putus sekolah karena alasan non-ekonomi karena memang di Banyuwangi sudah ada program Banyuwangi Cerdas dan Banyuwangi Belajar yang menjamin pendidikan anak sampai SMA/sederajat, bahkan sampai perguruan tinggi.
BACA JUGA: Sindikat Vandalisme Makin Meresahkan di Surabaya
Anas mengatakan, gerakan di bidang pendidikan ini berbasis partisipasi yang terukur kinerjanya. "Semuanya mengandalkan gotong royong warga, tanpa anggaran khusus dari APBD. Dan kita buktikan bahwa kita bisa. Pengentasan 11.844 warga hingga bisa calistung menunjukkan gerakan ini efektif," kata bupati muda ini.
Anas mengatakan, Gerakan Masyarakat Pemberantasan Tributa dan Pengangkatan Murid Putus Sekolah (Gempita Perpus) baru dicanangkan secara formal sekarang berbarengan dengan momen Hari Pendidikan Nasional, karena dia ingin melihat kerja tim terlebih dahulu. "Cara kerja saya adalah apa yg kita canangkan harus telah berjalan dan ada hasil, bukan yg baru akan dikerjakan. Jadi kerja dulu baru diumumkan. Saya bersyukur gerakan pendidikan ini jalan efektif, tinggal kita kerja keras lagi untuk tuntaskan pekerjaan yang tersisa," tuturnya.
BACA JUGA: Tambang Ilegal Bebas Beroperasi
Anas mengatakan, banyaknya jumlah warga yang bisa calistung berkat kerja berbagai elemen, mulai dari camat, lurah/kepala desa, guru, ketua RT/RW, dan para relawan. “Kami berterima kasih, kami harap mahasiswa dan LSM makin banyak yang ikut terlibat dalam program pemberantasan buta aksara ini,” ajak Anas. (eri/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Minta Cerai Tak Dituruti, Perempuan Muda Tenggak Pembersih Lantai
Redaktur : Tim Redaksi