Harga Bahan Pangan Aman

April Diproyeksi Deflasi 0,1 Persen

Rabu, 30 April 2014 – 07:07 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Terjaganya pasokan membuat harga bahan pangan menunjukkan tren turun. Dari sekian banyak komoditas bahan pangan, hanya kedelai yang tercatat naik harga. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pantauan pemerintah menunjukkan pasokan dan stabilitas harga bahan pangan sepanjang April terkendali baik.

 

"Bahkan, tren harganya cenderung turun," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian kemarin (29/4).

BACA JUGA: Akuisisi BTN Bisa Jadi Warisan Penting Pemerintahan SBY

Data Kemenko Perekonomian menunjukkan, harga beras kualitas murah turun 2,16 persen, gula pasir 1,1 persen, daging sapi 0,03 persen, cabai rawit 5,54 persen, cabai merah 21,15 persen, bawang merah 6,8 persen, dan bawang putih 2,12 persen. Adapun harga kedelai tercatat naik 0,53 persen.

BACA JUGA: HKTI Desak Pemerintah Batalkan Impor Gula 350 Ribu Ton

Menurut Hatta, gangguan pasokan dan distribusi bahan pangan pada awal tahun akibat cuaca ekstrem sudah tidak terjadi. Kekhawatiran gangguan distribusi pada masa kampanye dan pemilu juga tidak terbukti.

"Karena itu, kami perkirakan April ini terjadi deflasi, terutama didorong turunnya harga pangan," katanya.

BACA JUGA: Hatta: Bahan Pangan Cukup Sampai Pilpres

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, harga pangan yang cenderung turun sepanjang April memang membuat indeks harga konsumen (IHK) yang menjadi basis perhitungan inflasi ikut turun. "Proyeksi kami, bisa deflasi sampai 0,1 persen," ujarnya.

Menurut dia, terjaganya harga bahan pangan yang merupakan salah satu komponen utama inflasi diharapkan berlanjut pada Mei. Ini terkait masa panen yang berlangsung bulan depan. "Karena itu, inflasi tahun ini diperkirakan sesuai target 4,5 plus minus 1 persen," katanya.

Senada dengan Chatib, sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, BI memproyeksi April akan deflasi di kisaran 0,08-0,1 persen dibanding Maret 2014. Adapun secara year on year atau dibanding April 2013, inflasi diperkirakan 7,18 persen. "Apalagi, kondisi selama pemilu juga stabil," ujarnya.

Agus menyebut, cabai merah dan beras memberi kontribusi signifikan pada deflasi April. Salah satu penyebab adalah melimpahnya pasokan cabai merah dari Jawa Timur pascaerupsi Gunung Kelud.

"Para petani sudah banyak yang menanam cabai. Dengan begitu, pasokan pada bulan-bulan ke depan diharapkan bagus agar harga tetap stabil," katanya.

Sementara itu, musim kemarau yang lebih panjang (el Nino) daripada biasanya diperkirakan terjadi di Jatim pada triwulan 3 hingga 4 tahun ini. Namun, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim menjamin el Nino tak akan memengaruhi kelancaran produksi, khususnya tanaman padi.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Dwi Pranoto mengungkapkan, pihaknya memprediksi kenaikan inflasi dampak el Nino di level rendah. "Prediksi inflasi antara 0,03 persen hingga 0,06 persen," katanya di sela-sela rakorwil TPID Jatim di Surabaya kemarin (29/4). Rendahnya dampak el Nino tersebut disebabkan manajemen pengelolaan air yang sudah cukup baik di Jatim.

Selain itu, dampak kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) industri tidak berpengaruh signifikan untuk menekan inflasi Jatim. Terkait hal tersebut, TPID memprediksi inflasi hanya 0,08 persen hingga 0,12 persen.

Kondisi itu tecermin dari klasifikasi industri menengah, khususnya pada perusahaan terbuka (kapasitas lebih dari 200 kVA), dan industri besar (kapasitas lebih dari 30.000 kVA) yang hanya 14,33 persen dari total penggunaan tenaga listrik di Jatim. (owi/dee/c2/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan: Pembelian Satelit Jangan Dibumbui Fitnah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler