Harga Batu Bara Ambruk, Properti Masih Terpuruk

Rabu, 14 Desember 2016 – 01:11 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - SAMARINDA – Sektor properti di Kalimantan Timur belum bangkit setelah harga batu bara merosot.

Pancingan berupa relaksasi loan to value ternyata juga tak berbuah manis.

BACA JUGA: HEXIM dan EDC Terlibat di 8 Pembangkit Listrik Mobile PLN

Deputi Kepala BI Kaltim Harry Aginta mengatakan, dulu harga properti sangat tinggi.

Kemudian dikhawatirkan terjadi fenomena bubble properti, yakni begitu pecah bakal menimbulkan risiko finansial.

BACA JUGA: 2017, Tambah Lima Jalur Tol Laut

Maka, BI menerapkan kebijakan loan to value (LTV) untuk mengerem laju kenaikan properti yang dinilai di luar kewajaran.

Caranya adalah menerapkan ambang batas maksimal nilai kredit yang bisa diberikan oleh lembaga pembiayaan kepada masyarakat.

BACA JUGA: Kimia Farma Bangun Pabrik Garam Senilai Rp 76 Miliar

Selain itu juga memperketat batas minimal uang muka untuk kepemilikan rumah lebih dari satu.

"Ini instrumen makro prudential dari BI," ujar Harry sebagaimana dilansir Kaltim Post, Selasa (13/12).

Menurut dia, kebijakan LTV memang berhasil pada periode harga batu bara sedang baik.

Kala itu, harga properti melambung tinggi, kemudian diterapkan LTV untuk mengurangi risiko.

Akhirnya harga properti jadi terkendali. Seiring berjalan waktu, harga komoditas turun.

Menurut Harry, hal ini juga tecermin di sektor properti yang harganya kembali melambat.

Menurut dia, perlu insentif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi termasuk sektor properti.

"Untuk itu, BI pada tahun ini melonggarkan LTV atau relaksasi supaya mendorong gairah investasi properti," sebut dia.

Harry menerangkan, akibat relaksasi itu, yang tadinya sulit mendapatkan properti, sekarang lebih mudah.

Dampak di Kaltim, kata dia, lebih spesifik.

Sebab, struktur ekonomi yang didominasi pertambangan hampir 50 persen dan harganya masih belum membaik seperti dulu.

Akibatnya, permintaan masyarakat untuk properti tak sekuat tahun sebelumnya. Padahal sudah dilakukan relaksasi LTV.

"Namun dampak penjualan properti tak setinggi daerah lain. Penjualan properti di Kaltim tak secepat yang diinginkan," ulas dia.

Tak hanya itu, survei harga properti yang dilakukan BI di Balikpapan menunjukkan cenderung menurun.

Baik untuk rumah pertama maupun secondary market.

"Pengembang masih agak sulit berjualan. Sebab, ekonomi di Kaltim terpukul begitu dalam. Kami belum melihat dampak relaksasi LTV di Kaltim. Memang tak begitu bagus. Ekonomi kita sangat terpukul dan kontraksi ekonomi masih berlangsung," sebut Harry. (hdd/lhl/k18/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wujudkan Kedaulatan Energi, EBT Jadi Sebuah Keharusan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler