Harga Bawang Merah Naik Lagi

Rabu, 18 Oktober 2017 – 08:16 WIB
Salah seorang pedagang Bawang Merah di salah satu pasar di Jakarta Selatan, Senin (9/1). Foto by: Ricardo

jpnn.com, SURABAYA - Harga bawang merah di tingkat petani naik menjadi Rp 11 ribu per kilogram.

Padahal, harga bawang merah sempat anjlok hingga Rp 8 ribu per kilogram tiga hari lalu.

BACA JUGA: Percepatan Ekspor dan Diversifikasi Bawang Merah

Ketua Asosiasi Petani Bawang Merah Jatim Akad mengatakan, kenaikan harga tersebut disebabkan langkah para petani yang melakukan tunda jual.

Ketika harga dinilai tidak menguntungkan, petani memilih untuk menyimpan sementara hasil panennya.

BACA JUGA: Harga Bawang Merah dan Cabai Merangkak Naik

Dalam kondisi kering, mudah bagi petani menahan penjualan.

”Sebenarnya, yang terjadi sekarang bukan panen raya, melainkan ada daerah yang panen bersamaan. Misalnya, di beberapa sentra produksi di Jatim seperti di Nganjuk bagian timur dan Probolinggo,” ujar Akad, Selasa (17/10).

BACA JUGA: Harga Bawang Merah Langsung Anjlok

Di luar Jatim, beberapa daerah sentra juga memasuki panen seperti Brebes, Jawa Tengah; dan Enrekang, Sulawesi.

Persoalannya, langkah tunda jual yang ditempuh petani tidak bisa berlangsung lama.

Sebab, petani membutuhkan modal. Khususnya ketika memasuki musim tanam. Masa tanam tersebut akan dimulai awal November.

”Jadi, sebelum masuk masa tanam, hasil panen harus sudah laku,” tambah Akad.

Karena itu, pihaknya menilai perlunya dukungan pemerintah ketika harga turun. Pada 2016, sudah ada komitmen bersama antara pemerintah dan Bulog.

Yakni, ketika harga di bawah Rp 15 ribu, Bulog bertindak sebagai buffer stock untuk menyelamatkan petani dari potensi penurunan harga. Namun, hingga sekarang tidak ada realisasinya.

”Yang ada, Bulog hanya melakukan stabilisasi ketika harga tinggi. Sedangkan ketika harga rendah, tidak ada tindakan penyelamatan,” jelasnya.

Menurut dia, itu menjadi satu-satunya solusi menghadapi anjloknya harga bawang ketika panen berlangsung.

Solusi lain seperti mengalihkan bawang ke daerah nonsentra sulit direalisasikan. Misalnya, ke Jakarta.

”Itu sulit karena menjadi tumpuan bagi seluruh wilayah sentra,” tegas Akad.

Selain itu, melakukan kontrak kerja sama dengan pabrikan dirasa memberatkan.

Sebab, biasanya petani tidak langsung mendapatkan uang segar. Mereka harus menunggu beberapa hari. (res/c6/fal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Upaya Kementan Wujudkan Swasembada Bawang Merah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler