jpnn.com, SURABAYA - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Surabaya mulai melakukan investigasi terhadap pasar modern maupun tradisional di Jawa Timur.
Pasalnya, menjelang Ramadan ini, beberapa harga komuditas sudah naik, yang paling kentara adalah harga bawang putih dan telur.
BACA JUGA: Bersih 1001 Masjid, Bersuci Sambut Ramadan
Kepala Kantor Perwakilan Daerah KPPU Surabaya Aru Armando menjelaskan dua komoditas tersebut naik tajam bila dibandingkan satu bulan lalu.
BACA JUGA: Virus Ransomware Wanna Cry Menyerang, Data Kependudukan Tetap Aman
Dimana, April lalu, harga bawang putih mencapai Rp 38.000 per kilogram, namun di beberapa pasar ditemukan harga beragam hingga mencapai Rp 60.000 per kilogram.
“Begitu juga dengan harga telur. Pada April masih sekitar Rp 16.000 per kilogram, namun saat ini sudah menyentuh Rp 22.500 per kilogram. Barusan kami lakukan satgas dengan Kepolisian Tanjung Perak ditemukan beragam harga (telur dan bawang putih) di atas rata-rata,” kata Aru seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Rabu (17/5).
BACA JUGA: Mendikbud Muhadjir Adopsi Sistem Zonasi Pendidikan di Jawa Timur
Menurut Aru, sebenarnya tidak sulit untuk mencari penyebab naiknya harga bawang putih dan telur.
Salah satunya dengan sistem hulu sampai hilir. Dimana, KPPU akan memulai investigasi dari importir bawang putih di Surabaya.
”Bawang putih itu impornya dari Tiongkok, India, dan Thailand dengan pemusatan penyalurannya di Surabaya. Jadi, kami sudah memiliki data importir khusus bawang putih. Begitupula telur ayam yang produsennya di Blitar. Makanya, kami lakukan investigasi dulu ke hulunya, kalau tidak ada masalah yang kami telusuri ke penjualnya, saya rasa secepatnya akan kami temukan,” papar dia.
Ditargetkan, sebelum Ramadan sudah diketahui penyebab naiknya dua komoditas tersebut.
KPPU Surabaya akan melakukan survei 11 komoditas yang diharuskan oleh pemerintah, yakni beras, jagung, kedelai, daging sapi, gula, ayam, telur, cabai, bawang, terigu, dan minyak goreng.
”Bisa saja kenaikan komoditas pangan tersebut karena faktor permintaan pasokan. Intinya, karena adanya ketidakseimbangan antara permintaan-pasokan, maka berpengaruh pada harga,” jelasnya.
Apabila permintaan banyak namun pasokan tetap, bahkan turun, lanjut Aru, maka otomatis harga komoditas akan naik, begitu juga sebaliknya. Tetapi jika kenaikan harga komoditas karena sebab lain, seperti penahanan komoditas maupun kegiatan kartel, maka KPPU akan turun tangan menyidik, sesuai dengan kewenangannya.
Secara khusus juga dilakukan survei cabai dan daging sapi di tingkat pengepul, distributor, hingga pedagang.
Juga survei harga eceran tertinggi (HET) gula pasir, minyak goreng, daging beku di super market. Termasuk surevei harga bawang putih di mal dan pasar tradisional.
Menurut Aru, sebenarnya KPPU tidak bertanggung jawab dalam penanganan harga di pasar, karena itu kewajiban Dinas Perdagangan.
”Tapi kami harus lakukan itu, secara nasional ada Satgas Pangan yang melibatkan KPPU, Kemendag, Kementan, Bulog, Kepolisian, dan lainnya,” jelasnya.
Mulai pekan ini, Aru mengatakan, KPPU akan terus turun ke lapangan untuk memantau ketersediaan 11 komoditas pangan penting dan alur distribusi. (han/hen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Gerebek Penimbun Bawang Putih, Harga Langsung Turun
Redaktur : Tim Redaksi