Harga Beras Naik Hingga 15 Persen

Selasa, 16 Oktober 2018 – 07:44 WIB
Beras. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, PALEMBANG - Sejumlah barang kebutuhan pokok juga mengalami kenaikan beberapa pekan terakhir. Salah satunya beras. Naik harga antara Rp1.000 hingga Rp1.500 per kg.

Iyan (31), pedagang beras di Pasar 26 Ilir, mengakui hal itu. “Sebelumnya harga beras kisaran 10 hingga 11 ribu rupiah per kilo. Sekarang naik menjadi Rp11.000 hingga Rp 12.500 per kg,” jelasnya seperti diberitakan Sumatera Ekspres (Jawa Pos Group). Naik dari tingkat agen dan pabriknya. Maka itu, pengecer ikut menaikkan harga.

BACA JUGA: Bukan Cuma BBM, Harga Beras juga Naik

“Secara persentase, kenaikannya 10-15 persen. Kebanyakan beras-beras bermerek. Untuk beras dari Belitang atau Tugumulyo tak beda jauh dari sebelumnya,” jelasnya. Beras Belitang kualitas 1 dijual kisaran Rp205 ribu hingga Rp210 ribu per karung (20 kg) atau setara Rp10.000-10.500 per kg.

Karena kenaikan ini, terjadi penurunan penjualan terutama beras bermerek antara 5-8 persen. “Jika awal bulan sebelumnya bisa jual 15-20 karung. Saat ini maksimal 15 karung. Konsumen juga beralih ke beli kiloan."

BACA JUGA: DPR Anggap Kementan Konsisten Jaga Pasokan dan Harga Beras

Seorang pedagang di Pasar 26, Iin, mengatakan sejak lebih dari seminggu ini harga beras naik. Untuk sekarung isi 20 kg naik Rp5.000. “Kompak semua merek naik,” kata Iin.

Dia mengaku tidak mengatahui apa penyebab kenaikan itu. Pihaknya juga menanyakan kepada pihak agen, namun juga tidak jawaban yang pasti. “Tidak tahu, ditanya (ke agen) jawabnya dari sananya naik,” katanya.

BACA JUGA: Sandi Bandingkan Harga Makan Siang di Jakarta dan Singapura

Owner Beras Topi Koki, Sukartek, menjelaskan kenaikan harga ini sudah terjadi sejak beberapa hari terakhir. Banyak faktor yang jadi penyebab. Yakni tingginya biaya produksi termasuk dengan pupuk dan peralihan cuaca secara tiba-tiba.

“Kalau biaya produksi naik, tentu akan pengaruh dengan harga jual di pasaran. Tapi secara maksimal kami tetap akan menyesuaikan dengan kondisi dan daya beli masyarakat,” sebutnya.

Jika tidak cukup beli beras premium, bisa beras kualitas 1. Selain menyiapkan beras ukuran 20 kg, pihaknya juga menyiapkan beras ukuran 10 kg dan 5 kg.

“Tinggal konsumen sesuaikan dengan daya beli,” jelasnya. Beras Topi Koki sendiri dipasok dari sawah sendiri di kawasan Kelurahan Keramasan dan Karya Jaya, Palembang serta Desa Gasing, Kabupaten Banyuasin.

Tak hanya di Palembang, di pasar tradisional OKU juga mengalami kenaikan. Naiknya harga beras ini terjadi pada beras medium. Seperti beras Ciliwung dari Rp10 ribu per kg kini dijual Rp10.500 per kg. Sedangkan untuk beras IR 64 (Belitang) yang sebelumnya dijual kisaran Rp11 ribu, sekarang Rp11.600 per kg.

Naiknya harga beras diakui Yahya, staf perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten OKU. “Kenaikan harga ini bisa jadi didorong karena adanya kenaikan harga BBM,” terangnya.

Kabid Perdagangan Disperindag OKU, Husnizar, mengatakan untuk membantu masyarakat jika harga beras naik signifikan, biasanya ada langkah operasi pasar (OP) guna mengendalikan harga. “Tapi ini menjadi ranah Bulog untuk melakukan OP,” ucapnya.

Di beberapa pasar di Kota Prabumulih, harga beras mulai merangkak naik. "Sekitar tiga hari lalu saya beli beras 20 kg. Biasanya Rp205 ribu, sekarang Rp210 ribu," ujar seorang pembeli, Yani.

Kepala Disperindag Prabumulih, Junaidi, mengaku meskipun harga beras mengalami sedikit kenaikan, namun dirasa masih stabil. "Saya kira belum terlalu bergejolak, seperti halnya komoditi lain juga masih stabil,” tuturnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Ogan Ilir, Hasnandar Setiawan melalui Kabid Pertanian, Abi Bakrin, mengakui ada kenaikan harga beras dari Rp8 ribu menjadi Rp8.700 per kg. “Kenaikan ini karena musim panen sudah selesai dan gabah sudah banyak yang terjual dan digiling petani,” kata dia.

Penelusuran Sumatera Ekspres, beras bermerek seperti JM dan Topi Koki karung 5 kilogram naik dari semula Rp55 ribu menjadi Rp57 ribu. Sedangkan yang karungan isi 10 kilogram, naik dari Rp104 ribu menjadi Rp107 ribu. Sementara yang karung isi 20 kilogram naik dari Rp205 ribu menjadi Rp210 ribu.

“Untuk pembelian oleh konsumen belum terpengaruh,” kata Fuadi, pedagang sembako di pasar pagi Sekayu. Selain beras, sagu karung isi 25 kilogram juga naik dari Rp180 ribu menjdi Rp183 ribu.

Sedang sembako lain, seperti gula malah turun dari Rp12 ribu menjadi Rp10.500 per kilogram. Minyak goreng dari awalnya Rp11 ribu menjadi Rp10 ribu per liter. “Kami telah laporkan kenaikan harga bersa ini kepada Dinas Perdagangan provinsi,” kata Kepala Disperindag Muba, Zainal Arifin.

Menurutnya, Dinas Perdagangan provinsi yang memiliki wewenang pengawasan harga sembako di Sumsel. “Belum ada rencana operasi pasar (OP),” ucapnya.

Naiknya harga beras di Muba tak selaras dengan kondisi para petani. Sawah lebak justru sedang panen. “Stok beras di Muba banyak,” tutur Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan Muba, Ir A Thamrin.

Satu hektare sawah lebak mampu menghasilkan 5 ton padi. Luas persawahan jenis ini mencapai 18 ribu hektare. “Jadi, naiknya harga beras premium merupakan dampak kenaikan secara nasional saja,” jelasnya.

Di PALI, naiknya harga beras juga terjadi. “Tidak lebih dari Rp3.000 per kilogram,” ujar Kepala Bidang Perdagangan Disperindag PALI, Sunardi MSi. Menurut dia, sebab kenaikan biasanya karena biaya transpor. “Kalau stok masih aman,” jelasnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian PALI, Akhmad Jhoni SP, menegaskan, pihaknya akan membuka lahan baru untuk dijadikan areal persawahan. “Kami akan kuatkan ketahanan pangan sehingga harga beras bisa dikendalikan,” ucapnya.

Pergerakan harga juga terjadi di Musi Rawas (Mura). Juli, petani asal Purwodadi mengaku, harga beras semula Rp9.000 menjadi Rp9.200 per kilogram. “Tapi di pasaran masih stabil, di kisaran Rp10-11 ribu. Kalau stok habis, pedagang pasti akan ikut naikkan harga,” jelasnya.

Sementara Hendri, pedagang beras di sekitar Tugumulyo mengatakan, banyak petani di wilayah Mura yang mengeluh dan terancam gagal panen karena kemarau. Kondisi ini diakui Plt Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Mura, Tohirin. Dia mengatakan, saat ini ada sekitar 632 hektare sawah petani terancam kekeringan. Lalu, 62 hektare lainnya kritis.

“Ini dampak fenomena alam, sulit diprediksi,” jelasnya. Jika masalah ini tak bisa diatasi, ratusan hektare sawah terancam puso dan otomatis gagal panen. Saat banyak daerah naik, harga jual beras di OKUT, Empat Lawang, Lahat, dan OKI justru stabil. Pedagang beras di pasar tradisional Martapura, Sahri mengatakan sejauh ini harga masih normal dan tidak ada kenaikan.

“Karena selama stok masih ada, harga beras tidak akan bergejolak. Yang bahaya stok sudah tidak ada, kadang di situ terjadi kenaikan harga,” ungkapnya. (Sumek/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Harga Beras Turun, Cabai Merah Keriting Naik


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler