Harga Cabai Melonjak hingga 40 Persen

Rabu, 29 Januari 2014 – 09:55 WIB

jpnn.com - PURWOKERTO - Banjir yang melanda sejumlah daerah dan juga jalur ekonomi menyebabkan kenaikan harga beberapa komoditi. Salah satunya harga cabai yang naik hingga 40 persen.

Tidak hanya itu, kendala distribusi tersebut juga menyebabkan kualitas cabai menjadi jelek, bahkan busuk.

BACA JUGA: Sawah Sentra Ketahanan Pangan Juga Kebanjiran

Salah satu pedagang di Pasar Wage, Purwokerto, Narni mengatakan beberapa hari ini kualitas cabai yang datang memang tidak seperti biasanya.

Selain itu, harganya juga sudah mulai naik sejak seminggu terakhir. "Kebanyakan pembeli mengeluhkan kualitas cabai. Sehingga saya pribadi khawatir tidak laku. Apalagi harganya mahal," katanya.

BACA JUGA: 180 KM Jalan di Pantura Rusak

Dijelaskan, untuk kenaikan harga kebutuhan pokok, komoditi cabai memang cukup tajam peningktannya. Dari biasanya dijual Rp 20 ribu per kilonya, saat ini harganya mencapai Rp 28-30 ribu per kilogram. "Distribusi yang terhambat kemungkinan jadi penyebab utama naiknya harga," katanya.

Untuk stok cabai sendiri, Narni mengaku saat ini distributor masih tetap mengirimkan seperti biasa.

BACA JUGA: Berharap Passing Grade Honorer K2 Diturunkan

"Untuk stok masih aman, hanya saja kualitasnya yang menurun jauh. Harapannya, kualitas cabai bisa baik lagi, sehingga masih bisa bertahan hingga beberapa hari dan tidak sampai rugi kalau nanti tidak laku karena busuk," jelasnya.

Kasi Distribusi dan Informasi Dinperindangkop Banyumas, Woro Astuti membenarkan beberapa hari terakhir harga kebutuhan pokok, khususnya, bumbu-bumbuan naik tajam. Hal itu disebabkan oleh pasokan ditingkat petani yang cenderung menurun.

Sejauh ini, lanjutnya, banyak petani yang gagal panen karena masuk di musim pernghujan, sehingga area persawahan terendam banjir. Selain itu juga karena ada penyesuaian harga, menyusul tingginya harga bumbu, khususnya rawit merah dan hijau di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta.

“Pasar Kramat Jati Jakarta memang menjadi rujukan pedagang menentukan harga. Kebetulan saat ini harga bumbu, seperti rawit merah cukup tinggi, karena akses menuju pasar tersebut terhambat oleh banjir," katanya.

Pihaknya menegaskan tidak bisa melakukan pengendalian harga bumbu-bumbuan. Pasalnya, komoditi tersebut bukanlah komoditas yang tahan lama seperti beras. “Kami tidak bisa ikut campur mengendalikan harga, karena itu memang mekanisme pasar. Masyarakat diharapkan dapat mengendalikan tingkat konsumsi untuk mensiasati kenaikan harga tersebut," imbaunya.

Berdasarkan hasil pantauan Tim Dinperindagkop Banyumas, perkembangan harga eceran rata-rata kebutuhan pokok di beberapa pasar tradisional di Purwokerto mengalami kenaikan. Harga cabe rawit merah yang awalnya Rp 24 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 42 ribu per kilogram.

Sedangkan cabe rawit hijau naik dari harga Rp 21 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 30 ribu per kilogram. Namun demikian, untuk cabe merah kriting justru mengalami penurunan harga dari Rp 28 ribu per kilogram, turun menjadi Rp 24 ribu per kilogram dan untuk cabe merah besar, turun Rp 3 ribu dari Rp 26 ribu per kilogram menjadi Rp 23 ribu per kilogram. (bay/acd)

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Hektar Ladang Ganja Dibabat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler