KUTACANE – Meskipun Ramadhan dan Lebaran sudah berlalu, namun harga sejumlah komoditi pertanian masih berada di bawah normal dan cenderung terus mengalami penurunan mengakibatkan petani mengeluh serta merugiSeperti harga cokelat yang sebelumnya Rp 20 ribu per kilogramnya anjlok menjadi Rp 19.000,- memasuki bulan Ramadhan, hingga kembali anjlok menjadi Rp 17 ribu perkilogramnya menjelang lebaran hingga selesai lebaran.
Harga ini dihitung sudah berada dibawah batas normal karena dengan harga Rp 17 ribu per kilogram ini juga sudah membuat para petani mengalami kerugian dibandingkan dengan coast perawatan kebun cokelat yang cukup tinggi.
Nurhaida (55) seorang petani coklat mengaku penurunan harga cokelat tidak diikuti oleh penurunan harga obat-obatan seperti pupuk dan pestisida bahkan upah buruh tani juga tidak mengalami penurunan sementara harga cokelat terus mengalami penurunan
BACA JUGA: Simpanan Melonjak, Kredit Turun
Anjloknya harga komodity pertanian juga terjadi terhadap jagung pipilan, sebelumnya harga jagung pipilan di pasaran mencapai Rp 2.400,- perkilogramnyaHasil penan jagung tidak dapat dikeringkan dengan mengandalkan matahari karena kondisi yang terjadi saat ini sedang meusim penghujan, sehingga banyak jagung petani yang sudah dipanen mengalami pembusukan (Topsin)
BACA JUGA: DPR Setujui Penambahan Kuota BBM Bersubsidi
Bila sudah mengalami pembusukan atau lapuk maka jagung tersebut akan dibeli dengan harga sangat murah sekaliBACA JUGA: Fokus Infrastruktur, Kurangi Pelesiran
"Bila tidak dijual kerugian petani akan lebih parah dan terpaksa dijual dengan harga murah," keluh Ali Sadikin salah seorang petani jagung di Kecamatan Semadam.Sejauh ini belum ada pihak terkait yang turun kelapangan melakukan operasi pasar untuk meninjau harga pasar sehingga harga komoditi sejumlah hasil pertanian seakan tidak terkendali dan sesuka hati para pedagang.
Para petani di kabupaten Aceh Tenggara meminta kepada pihak terkait segera turun kapasar untuk menetralisir harga pasar yang tidak berpihak kepada petaniBila harga yang semakin anjlok terus bertahan maka kemungkinan petani beralih ke komoditi lain akan sangat besar dan tidak mendukung program pemerintah menjadkan Agara sebagai daerah penghasil cokelat(man)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Matangkan Rencana Pembatasan BBM
Redaktur : Tim Redaksi